bc

TAMARA : Only You

book_age16+
965
IKUTI
5.2K
BACA
billionaire
second chance
manipulative
powerful
brave
popstar
tragedy
bxg
city
crime
like
intro-logo
Uraian

Budayakan LOVE sebelum bacanya ya ^^

TAMAT - GRATIS

Warning!! Thriller - Romance bikin gemes...

Kebohongan yang dimulai secara terpaksa membuat penyanyi Tamara berakhir dengan sosok pria kaya raya bermulut tajam, Brody Wang.

Hidup tenang Tamara kini sudah tidak ada, kini ia menemui banyak konflik dalam hidupnya. Semakin lama, problematika mendekap erat hingga menggulung dirinya lebih dalam.

Brody Wang lihai menjerat Tamara, agar bertahan dengannya. Kontrak kencan pun dimulai, win win solution. Brody butuh Tamara begitu juga sebaliknya.

Apakah mereka bisa menemukan kemurnian cinta diantara sandiwara yang dibuat?

Main Cast : Tamara Morison x Brody Wang

---------------------------------------------

“Bagaimana Nona Tamara? Apakah anda bersedia melakukan perjanjian kontrak kencan dengan saya?” tanya Brody Wang.

“Benar saja jika anda menduduki posisi tertinggi di Group Wang karena kemampuan anda melihat situasi dan kondisi dengan cerdas dan licik.” tajam Tamara melihat manik mata Brody.

“Hahaha… Tentu saja Nona Tamara. Kalau saya tidak cerdik dan licik, saya sudah lengser dari posisi ini sekarang.” balasnya menatap dengan tajam pula.

-----------------------------------------------

Cover Info : www.canva.com/premium

chap-preview
Pratinjau gratis
1. Our Birthday
TAMARA : Only You By Diralia Abelin -*-*-*-*- Kaki jenjang nan putih juga mulus itu melangkah dengan takut, melewati ruang gelap. Ia menyeret kakinya agar terus melangkah, mencari letak petikan lampu. Bùlu romanya sudah bergidik, pikirannya melayang, terpikir hal hal yang mengerikan. ~Happy Birthday To You~ Dia terkejut. Tiba tiba saja, telinganya menangkap suara seperti orang yang sedang bernyanyi. ~Happy Birthday To Me~ Matanya terbelalak. Degup jantungnya berpacu bagai kuda pacuan. ~Happy Birthday To Us~ Potongan lirik lagu selamat ulang tahun itu dinyanyikan oleh Theodore di depan Tamara sang adik kembar. Tamara menikmati suara kakak kembarnya. Walau tidak seprofesional dirinya. “Ayo kita tiup lilinnya bersama dalam hitungan ketiga ya,” pinta Theodore dengan raut muka yang cerah. “Satu” “Dua” “Tiga” Secara bersama mereka mengeluarkan hembusan angin dari mulut masing-masing dan mengarahkannya ke hadapan lilin yang memuat api. Tak perlu waktu lama, api di lilin tersebut langsung padam. “Jadi ini ulahmu, Theodore Morison?” tekan Tamara menyipitkan matanya. “Oppa Mianne,” balasnya dengan muka se—innocent mungkin. Tak lupa, dua jari mengudara. Tamara mendengus, “Kamu gak cocok ngomong gitu!” cibirnya kesal. Theodore mengikis jarak, satu tangan memegangi kuar tart, sedangkan satu lagi memeluk tubuh perempuan yang berdiri di hadapannya. Kembar identik berbeda jenis kelamin itu saling berbagi pelukan hangat. Tanpa sadar bulir bening lolos dari kedua pasang mata yang saling bertatapan. Sejak orang tua mereka meninggal dalam kecelakaan pesawat mereka tinggal bersama sang nenek. Kejadian itu berlangsung saat mereka berusia 10 tahun. “Okay, ini hari bahagia jadi tidak perlu bersedih. I have a good news for you sweety.” lengkungan senyuman terlukis di wajah bule nan tampan dari Theodore. “hmm… really? Would you tell me please.” Tamara masih sesegukan saat merespon Theodore. “I got the lead male character in action movie. Dan kamu tahu nggak kalau film ini dipegang oleh sutradara handal Indonesia.” mata Theodore berbinar saat membicarakan peran utama yang di dapatkannya. Tamara langsung menghamburkan diri ke pelukan kakak kembarannya. Dia sangat tahu kalau itu adalah one of his dream bucket lists. Tamara sampai berteriak dan teriakan gadis itu menggema ruangan tersebut. Mereka memeluk sangat erat, tak bisa dijabarkan dengan kata-kata betapa bahagianya Theodore dan Tamara sekarang ini. Sekarang mereka hanya tinggal berdua saja, setelah sang nenek menghadap Tuhan lima tahun yang lalu. Tamara menghela nafasnya, menghirup oksigen untuk mengisi pasokan oksigen yang menipis di paru-parunya. “We are twenty five years old, right? Sudah lima belas tahun kita berpisah dari mama dan papa. Kita juga telah lima tahun berpisah dari nenek. Kecelakaan itu...” Tamara tak sanggup melanjutkan kalimatnya. Theodore langsung memeluk sang adik kembar, Tamara memang tipikal orang yang rapuh dan sedikit manja kalau di depan sang kakak kembarannya. Bermanja dengan saudara kandung sendiri tidaklah salah asalkan masih dalam batasan. Apalagi mereka hanya berdua sama-sama menjalani hidup setiap harinya. Tamara dan Theodore adalah anak kembar identik beda jenis kelamin yang terlahir dari keluarga Morrison. Theodore adalah kakak dari Tamara. Mereka selisih lima belas menit saat dilahirkan. Tamara berusaha mengejar mimpi sebagai penyanyi, sedangkan Theodore mencoba peruntungan di bidang akting dan modeling. ---------------- Matahari menyusup melalui celah-celah kecil dari jendela itu. Seorang anak laki-laki masih bergelung dalam selimut tebal diatas ranjang king size mewahnya. Mata dari pria tiga puluh tahun itu senantiasa terpejam walau sinar matahari berusaha untuk mengganggu tidurnya. (Joey’s Calling) Nada dering dari telepon genggam pria itu berhasil membuat sang pria terbangun dari tidurnya. “hmmmm...” mata masih terpejam lalu menjawab panggilan telepon yang mengganggunya. “Halo Tuan Brody, satu jam lagi anda harus meeting dengan investor Mr. Kim dari Korea Selatan. Last meeting peresmian pembukaan hotel dan resort di Jeju Island.” ucap Joey Tan. Dia adalah asisten merangkap sekretaris dari Brody Wang, pewaris Wang Group. Mata sang pria langsung terbelalak, “Apa kau bilang?” berteriak di sambungan telepon. Joey menjauhkan telepon genggamnya dari daun telinganya sekarang, “Maaf tuan, tapi saya sudah mengingatkannya kemarin tuan. Tepatnya sebelum anda mengunjungi klub. Anda terlalu banyak minum tadi malam tuan, mungkin itu yang menyebabkan anda lupa.” Joey berusaha menjelaskan supaya tidak kena omelan sang atasan. “Sudahlah, jangan mencari alasan. Jemput saya lima belas menit lagi. Jangan telat!” Brody langsung memutus sambungan telepon dan berlari menuju kamar mandi. (**) Dia mandi seperti seekor bebek, yang penting ia sudah membasuh muka dan menghilangkan bau alkohol yang menempel pada tubuhnya. Sesuai lima belas menit kemudian ia sudah siap untuk pergi ke kantor. Joey telah menunggu di lobby apartemen, Brody langsung turun dan menemui sang pengganggu tidurnya. Walau cuma mandi bebek, tetapi ketampanan Brody tetap terlihat paripurna. Brody keturunan Indonesia Chinese, sang ayah Omar Wang asli negeri tirai bambu dan ibunya Ellia Wang berdarah Sunda. Sang ayah mengubah namanya sendiri ketika membuka cabang perusahaan di Indonesia. Dari Wang Wen Xiao menjadi Omar Wang, tujuannya untuk memudahkan segala urusan peresmian pembukaan cabang perusahaan. “Selamat pagi tuan!” ucap Joey kepada Brody. Pria tampan itu tidak membalas, ia menatap lekat ke arah Joey. Sekarang Joey mulai bergidik ngeri. Tanpa basa basi, Brody langsung memasuki mobil yang mana pintunya telah dibukakan oleh Joey. Brody langsung mempelajari berkas yang telah dikirim Joey melalui surel. Berkas itu adalah memorandum of understanding dengan Korean Corp, perusahaan yang diajak kerjasama oleh Wang Group. Jarak antara apartemen dan kantor Brody cukup dekat hanya butuh tiga puluh menit walau sedikit macet. Mercedes Benz S Class telah berhenti di sebuah perkantoran elit nan menjulang tinggi. Joey terlebih dulu turun, lalu membukakan pintu untuk atasannya. Memberi akses jalan untuk Brody. Mereka menaiki lift menuju lantai lima belas, tepatnya ruangan meeting berada. ------------- Tamara sedang menikmati sarapan paginya. Dua lembar roti gandum, sebuah apel hijau dan segelas nutrisi low fat. Sebagai seorang penyanyi ia juga harus menjaga bobot tubuhnya. Selain suara yang bagus, penampilan Tamara juga harus diperhatikan. Ia harus mengkonsumsi makanan yang sehat namun tetap berprotein dan sesuai takaran gizinya. Dinar datang menghampiri, “Pagi cewek!” tegurnya. “Pagi juga cewek,” balas Tamara dengan manja. Dinar adalah sahabat Tamara. Sejak dirawat oleh sang nenek Tamara dan Theodore menghabiskan waktu di Bandung. Mereka saling bertetangga dulu. Namun setelah tamat sekolah menengah atas Tamara dan Theodore hijrah ke Jakarta untuk menggapai mimpi mereka di dunia entertainment. “Apa aja jadwal aku hari ini, Din?” tanya Tamara. Dinar sahabat sekaligus manager Tamara. Ia akan mengurus segala keperluan Tamara mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi. “Setelah ini kamu harus latihan vocal dan last meeting untuk mengisi acara di perayaan ulang tahun Wang Group.” Tamara menatap heran Dinar yang sedang berbicara. ‘last meeting maksudnya apa ini’ begitulah arti dari tatapan Tamara. “Last meeting ini kayak briefing aja sih, memastikan riders kamu telah mereka penuhi semua. Aku nggak mau ya kena omel olehmu nantinya.” Dinar mengerucutkan bibirnya. Tamara tertawa lepas. Memang benar, kalau riders dari Tamara ada yang tidak terpenuhi maka yang kena getahnya adalah Dinar manager sekaligus sahabatnya ini. “Kamu udah sarapan belum Din?” tanya Tamara penuh perhatian. “Sudah tadi bareng kak Damar dan Theodore. Habis kamu dibangunin susah banget sih. Kayak kebo perawan!” sindir Dinar. Kepala Dinar langsung kena sendok makan karena Tamara, ia tidak terima disebut kebo perawan. “Enak aja itu mulut ya!” ketus Tamara. Sesaat kemudian, mereka tertawa bersama seperti tak ada masalah. “Oiya, Theodore hari ini ngapain aja sampai malam?” tanya Tamara. Dinar sedikit berpikir untuk menjawab pertanyaan Tamara, “Yang aku urus itu kamu bukan Theodore, jadi aku tidak terlalu tahu jadwalnya Ra.” “Memangnya kak Damar nggak ada bilang apa-apa gitu?” tanya Tamara lagi. “Dia cuma bilang akan ketemu client buat bahas film.” jawab Dinar seadanya. ------------- Rombongan Korean Corp telah memasuki ruangan rapat. Di dalam meeting room sudah ada Brody Wang dan karyawan lainnya. Ia pun berdiri dan bersalaman dengan rekan bisnisnya itu. “Welcome Mr.Kim Nice to see you again.” tegur Brody. Mr.Kim dari Korean Corp pun tersenyum ramah dan menyambut tangan dari Brody Wang. Rapat dimulai dan berlangsung dengan lancar. Kedua belah pihak setuju dengan semua isi perjanjian. Tak perlu waktu lama, mereka pun menandatangani memorandum of understanding. Deal! Mr.Kim pamit undur diri dan pergi meninggalkan gedung perkantoran Wang Group. Brody langsung menghantarkan rekan bisnisnya itu ke lobby kantor. Mobil Mr.Kim dan rombongan telah pergi dan Brody berlalu untuk melanjutkan pekerjaannya. “Tuan, lima belas menit lagi akan ada briefing untuk acara besok.” papar Joey. Brody menghentikan langkahnya, “Astaga, perayaannya besok ya?” Brody mengkonfirmasi pada Joey. “Iya tuan, dari penanggung jawab acara telah memberi tahu saya kabar kalau semuanya sudah 99% terpenuhi.” ucap Joey. “Ya sudah kau pastikan lagi semua. Saya tidak mau kena semprot dari tuan besar. Nanti kau hadiri saja briefing itu dan laporkan kepada saya perkembangannya.” titah Brody. “Oiya tuan, tuan besar telah menunggu anda di ruangan. Beliau datang disaat anda meeting dengan Mr.Kim” ucap Joey. Brody menghela nafas kasar, “Jadi bapak tua itu datang untuk memastikan tender tersebut jatuh ke Wang Group atau tidak, begitu?” tanya Brody penuh selidik. Joey tertunduk, “Maaf tuan, saya tidak tahu maksud dari kedatangan tuan besar. Anda akan tahu nanti setelah bertemu beliau.” balas Joey sembari memberikan saran. “Ya sudah, saya akan menemui tuan besar yang jadi ayah dari Brody Wang ini.” ia berbicara sambil menunjuk dirinya sendiri. Brody berlalu meninggalkan Joey. Dan sang sekretaris pergi menuju ruangan untuk last meeting perayaan ulang tahun Wang Group. “Bagaimana, kau berhasilkan?” tanya Omar Wang kepada Brody. Sungguh ayah yang tegas, tapi kurang rasa perhatian untuk anak sendiri. Mereka sudah sebulan tidak bertemu, karena Omar Wang harus melakukan investigasi dadakan ke perusahaan cabang yang ada di Macau. Seharusnya mereka saling bertanya kabar untuk menghangatkan hubungan mereka. Layaknya interaksi normalnya seorang ayah kepada anak tunggalnya. “Aish papa ini, dia anakmu satu-satunya kenapa diperlakukan seperti karyawan yang lain?” ketus Ellia Wang kepada suaminya itu. Ellia adalah istri Omar Wang, tentu wanita ini adalah ibu bagi Brody. Ellia memeluk anak laki-lakinya itu, pelukan kangen seorang ibu kepada anaknya. Ellia pergi menemani suaminya ke Macau. Brody mengeratkan pelukan dari mamanya itu. Tidak memperdulikan pertanyaan dari sang papa. ‘Aku juga kangen sama anak ini ma. Tapi aku harus tegas karena Brody harus tumbuh kuat dan tegas. Ia akan mewarisi seluruh asetku.’ batin Omar berkata. “Sudahlah ma, baru sebulan tidak bertemu. Bagaimana dengan setahun?” pertanyaan yang dilontarkan Omar berhasil melerai pelukan ibu dan anak itu. Ellia melepas pelukannya dan berjalan ke arah Omar, “Papa sungguh krisis rasa perhatian disini ya.” tunjuk Ellia tepat di area berbuku-buku Omar, sang suami. Mereka akhirnya duduk berhadapan dan membicarakan proyek tentunya. Brody menjelaskan bahwa Wang Group berhasil tekan kontrak kerjasama dengan Korean Corp untuk cabang hotel dan resort di Jeju Korea Selatan. Ellia hanya menatap lesu kepada dua laki-laki itu secara bergantian. Ia bingung kenapa dua pelindungnya ini hanya berbicara tentang bisnis saja. Mereka jarang sekali membicarakan tentang hal pribadi. * Sebuah harapan untukmu dan aku di hari ulang tahun kita, apapun yang kamu minta mungkin kamu terima, apapun yang kamu cari mungkin kamu temukan, begitu pula denganku. Apapun yang kita inginkan semoga terpenuhi pada hari bahagia ini dan selalu bersama selamanya. *

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Long Road

read
148.2K
bc

Noda Masa Lalu

read
205.6K
bc

Pengantin Pengganti

read
85.9K
bc

Istri Simpanan CEO

read
214.5K
bc

Super Psycho Love (Bahasa Indonesia)

read
88.6K
bc

Just Friendship Marriage

read
515.2K
bc

Jodoh Terbaik

read
183.1K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook