PART19
Author pov
Setelah pulang dari rumah Surya,Miko melangkahkan kakinya masuk ke dalam sebuah club malam di Jakarta baru kali ini dalam hidupnya masuk ke tempat nista itu .
Ia butuh hiburan , kata orang jika datang ke club malam bisa meringankan beban pikiran.
Miko memesan sebotol Vodka , mungkin minuman itu yang bisa diterima oleh lidahnya . Pasalnya Vodka hanya mengandung sedikit alkohol .
Ketika minuman itu datang , ia langsung meminumnya dengan sekali teguk .
Terasa pahit di tenggorokannya , namun memberi efek nyaman bagi kepalanya yang terasa tertumpu beban yang sangat berat dengan masalah yang menimpanya.
Perusahaan yang ia rintis dari bawah , sebagian besar bukan miliknya .
Saham telah dikuasai oleh anak tirinya -Adam , ternyata anak itu tidak bercanda dengan ucapannya waktu itu .
Miko mengedarkan pandangannya menyusuri club itu ,irama musik yang kencang cukup memekakan telinga nya .
Pandangan Miko jatuh pada seorang wanita tak asing baginya , wanita itu sedang meliuk-liukkan tubuhnya mengikuti alunan musik yang menghentak .
Miko semakin memicingkan matanya , memastikan bahwa yang ia lihat benar Yasmin istrinya.
Tanpa pikir panjang , Miko turun dari kursi lalu melangkah cepat ke arah Yasmin yang sedang asik berjoget.
Ditariknya tangan Yasmin ketika Miko telah berada tepat di belakang wanita itu , kemudian ia menarik Yasmin menjauh dari kerumunan orang di sana .
"Lepas !" Pekik Yasmin .
Miko tak bergeming , ia membawa Yasmin keluar dari club itu .
Mata Miko memerah , campuran antara rasa marah dan efek Vodka yang sepertinya tak cocok dengan tubuhnya.
"Ini ! Ini yang kamu lakukan setiap hari Yasmin ? Kamu tinggalin anakmu di rumah sendirian? Melalaikan kewajibanmu sebagai seorang istri HAH !" Ucap Miko marah .
Miko menjelajahi tubuh Yasmin dengan matanya , pandangannya tertuju pada perut Yasmin yang mulai membuncit .
"Kamu ! Kamu hamil Yasmin !"
"Seperti yang kau lihat." Ucap Yasmin enteng .
Yasmin hanya menatapnya santai , kedua tangannya terlipat di depan d**a menantang Miko .
Miko mencengkeram erat kedua bahu Yasmin."Katakan siapa yang menghamilimu!"
Yasmin menyentakkan tangan Miko. "Yang pasti bukan pria lemah syahwat sepertimu ! "
Tubuh Miko terdorong ke belakang saat Yasmin mendorong dadanya. "Kamu pikir wanita mana yang tahan tanpa disentuh ? Wanita mana yang tahan suaminya selalu memikirkan mantan istrinya!" Teriak Yasmin , ia menunjuk-nunjuk d**a Miko dengan jari telunjuknya.
"Semua karna ulahmu sendiri Yasmin ! Kamu lalai dengan anakmu , lalai melayaniku !" Bentak Miko .
Keduanya saling mencari pembenaran atas kesalahan masing-masing , mencoba untuk membela diri .
"Terus apa mau mu sekarang!" Tantang Yasmin .
Miko mengepalkan kedua tangannya , menahan emosi agar tak melampiaskannya kepada Yasmin .
"CERAI ! AKU MAU CERAI ! AKU TALAK TIGA KAMU HARI INI !" teriak Miko tepat diwajah Yasmin .
Tak ada kesedihan bagi Yasmin , ia senang bisa berpisah dengan Miko .
"Baiklah . Pergi dari sini." Usir Yasmin .
"Oke , segera ku urus perceraian kita di pengadilan!"
Miko pergi meninggalkan club itu , ia masuk ke dalam mobil dengan membanting pintu mobil dengan keras untuk meluapkan amarahnya .
Selama bertahun-tahun ia telah dikhianati oleh istrinya , bahkan Yasmin tengah mengandung entah anak siapa .
Perusahaan kacau , rumah tangga nya pun ikut hancur .
Selama ini ia bertahan hanya untuk Marsya , putrinya .
Miko harus segera pulang , mengemasi barang-barang Yasmin yang berserakan di rumahnya . Karena mulai hari ini , Yasmin bukanlah istrinya lagi .
Dengan tergesa ,Miko memasuki rumahnya.
Ia menuju kamar Yasmin , membawa beberapa trash bag untuk membungkus barang Yasmin.
Miko mengeluarkan satu persatu pakaian Yasmin , berikut dengan koleksi tas dan sepatu mahal milik Yasmin .
Miko tak menyangka , tagihan di kantornya membludak gara-gara Yasmin sering membeli barang mewah tak berguna itu.
Marsya mendekati kamar maminya yang terbuka , berharap yang di dalam adalah wanita yang selama ini ia rindukan .
"Mama pulang ?" teriak Marsya di ambang pintu .
Ia mengernyit ketika yang ditemui justru papanya , ia mendapati Miko tengah memasukkan salah satu tas kesayangan Yasmin dengan asal ke dalam kantong sampah yang ia bawa tadi .
"Pa , kenapa barang mami dimasukin semua ?" Tanya Marsya .
"Mulai sekarang dan seterusnya , mamimu tak lagi tinggal di sini. " Ucap Miko .
"Kenapa Pa ?"
Marsya memandangi lemari yang telah bersih tak satu bajupun yang tersisa , Miko menghentikan kegiatannya lalu duduk di samping putrinya .
"Papa dan Mama udah cerai secara agama , jadi papa kemasin semua kepunyaan Mamamu. " ucap Miko memberi pengertian.
Marsya sempat shock mendengar bahwa papa dan mamanya telah berpisah , tapi ini memang yang terbaik buat mereka berdua.
Marsya tak sedih sama sekali , ia juga tak mau melihat mereka saling menyakiti satu sama lain lebih baik kedua orang tuanya bercerai.
"Semoga ini yang terbaik buat Mama dan papa." Ucap Marsya sendu , Miko memeluk Marsya seolah memberi tahu bahwa semuanya akan baik-baik saja.
Mulai hari ini, Miko berjanji akan menjadi ayah yang baik bagi putrinya itu.
Semua barang Yasmin telah terbungkus , Miko meminta satpam untuk membawa semua itu ke halaman depan rumahnya. Biar saja nanti diambil oleh Yasmin , atau biarkan saja barang-barang itu dibersihkan oleh petugas kebersihan.
_____
Di rumah Surya setelah bangun pagi biasanya Denis akan berjalan-jalan santai di sekitar taman belakang rumah opanya , tapi tidak untuk hari ini .
Denis masih meringkuk di dalam selimutnya , badannya terasa panas .
Ia terus mengigau , memanggil nama Adam berulang kali .
Maya yang belum melihat cucunya keluar dari kamar , menghampiri kamar Denis untuk memastikan anak itu baik-baik saja.
"Mas ... mas Adam." Lirih Denis .
"Mas.."
Maya mendekati ranjang Denis , disibakkannya selimut tebal yang menutupi tubuh Denis .
Peluh bercucuran di sekujur tubuhnya , Maya meletakkan punggung tangannya di kening Denis untuk mengecek suhu badan Denis .
"Astaga!" Maya kaget , betapa panasnya kening Denis .
Perasaan semalam Denis masih sehat , apa mungkin masuk angin karena AC di kamar itu terlalu dingin ?
Maya segera menelpon dokter keluarganya , memberi penanganan yang tepat untuk Denis .
Tak berapa lama , dokter itu sampai di rumah Surya dan langsung memeriksa kondisi Denis .
Tak ada yang perlu dikhawatirkan , Denis hanya sedang rindu pada seseorang. Ia terus saja menyebut nama Adam , bisa jadi Adam lah yang akan menjadi obat bagi kesembuhan Denis .
Maya memberi tahu kepada Surya , ia meminta suaminya itu mencari alamat Adam .
Surya berpikir sejenak ke mana ia akan mencari Adam yang telah lama tak pernah ia tahu keberadaannya , Surya teringat keponakan Milka lalu menelpon Mama tiri dari Adam itu .
"Bagaimana Pa ?" tanya Maya .
"Papa sudah tahu alamatnya , biarkan Denis istirahat dulu Ma. " Ucap Surya .
Maya mengangguk , ia kembali masuk ke dalam kamar Denis untuk menemani Denis .
******