#2 weeks later
Hubungan antara Sean dengan Ashley kini nampak semakin erat. Mereka selalu menghabiskan waktu bersama sepulang Sean bekerja dan sepulang Ashley sekolah. Bahkan mereka sama sekali tak canggung lagi untuk menghabiskan waktu dengan saling berpelukan dan mengobrolkan hal-hal yang terjadi seharian itu. seperti saat ini, Ashley berada di kamar Sean dan duduk dipangkuan Sean yang kini tengah duduk bersandar pada sandaran ranjang.
"Uncle..." panggil Ashley pada lelaki didepannya yang sedari tadi menatapnya dengan senyum tak pernah luntur.
"Hmm?" gumam Sean dengan tangannya yang bergerak menata rambut Ashley untuk menyelipkannya dibelakang telinga Ashley.
Bukannya membalas gumaman Sean, Ashley justru tersenyum dan terkikik menatap Sean, membuat Sean menyunggingkan senyum miringnya.
"Why darl? Apakah ada yang salah dengan wajahku hm?" tanya Sean, Ashley yang mendengarnya pun menyunggingkan sebuah seringaian manisnya.
"Well, I'm not your darling my sweet uncle" ucap Ashley dengan tangannya bergerak perlahan membelai rahang tegas Sean.
"I'm not sweet babe, I'm so hot know?" goda Sean dengan seringaian yang mulai bertengger dibibir sexy nya.
"Really huh? Sayangnya aku tidak mempercayainya uncle." Bisik Ashley didekat telinga Sean, membuat Sean memejamkan matanya menikmati suara merdu gadis dipangkuannya itu dengan deru nafas Ashley yang menerpa leher Sean semakin membuat sesuatu yang ia tahan dalam-dalam dihatinya mulai berkecamuk.
"You don't believe me? Akan kubuktikan padamu darl" bisik Sean membalas perlakuan Ashley, namun ia juga mengecup telinga Ashley hingga Ashley sempat menggigit bibir bawahnya.
Sean mulai mengeratkan pelukannya di pinggul Ashley, dan memiringkan kepalanya ketika ia berhasil menarik tengkuk Ashley dan membuat bibir mereka menyatu. Keduanya saling menatap, Sean menatap gadis itu intens, sementara Ashley membulatkan matanya. Ia tak menyangka lelaki didepannya ini mengambil ciuman pertamanya saat ini.
'Oh s**t!! She is so fuckin hot! Her lips like opium.' Umpat Sean dalam hati ketika ia menempelkan bibir mereka. Ia sudah tak bisa menahannya lagi, ketika ia dapat merasakan bibir gadis ini yang begitu memabukkan. Bibirnya pun bergerak melumat lembut bibir Ashley masih dengan tatapan intensnya menatap Ashley. Ashley yang baru pertama kali merasakannya pun mulai terbuai dengan lumatan Sean, dan tanpa sadar kedua matanya mulai menutup dan tangannya bergerak melingkari leher Sean, menikmati pagutan lelaki itu. ketika Sean menggigit bibirnya kecil, Ashley sempat memekik pelan karena terkejut, namun sesuatu yang bergerak membelit lidahnya didalam sana membuatnya kembali terbuai.
"Eunghh.." lenguh Ashley ketika lidah itu bergerak menghisap-hisap lidahnya didalam mulutnya. Ia merasa ada jutaan kupu-kupu beterbangan dalam dirinya, merasakan semua ini. Andai ia dalam posisi berdiri, mungkin saja kakinya sudah terkulai lemas. Sean pun menyudahi ciuman panas mereka setelah ia merasa bahwa Ashley mulai kehabisan nafasnya. Ia menempelkan dahinya dan Ashley, menatap Ashley dalam. Ashley pun mulai membuka matanya dan menemukan sepasang mata indah milik Sean menatapnya dalam, membuat pipinya merona.
"bibirmu benar-benar seperti opium bagiku darl." desis Sean tepat didepan wajah Ashley, membuat wajah Ashley semakin memerah karena malu.
"Uncle, what did you say?" gumam Ashley dengan menatap mata Sean, mencari sebuah jawaban bahwa lelaki itu hanyalah bercanda padanya.
"I want you to know darl. You made my heart beat so fast since our first meeting. I'm so damn love you." jelas Sean. Ia masih menatap dalam kearah kedua manik mata Ashley yang membulat.
"Uncle, it's wrong for us to loving each other." Lirih Ashley, menatap tak percaya kearah lelaki didepannya itu.
"No Ash. Tidak ada yang salah antara kita. It's love Ash. I really love you as my girl, my mine." Balas Sean menatap Ashley teduh, membuat Ashley tak bisa berkata-kata.
"How about you? Did you feel same with me Ash?" tanya Sean membuat Ashley membisu. Ia tak tau harus mengatakan apa tentang perasaan yang diam-diam menyelinap dihatinya. Membuat ia selalu ingin berada di dekat Sean, menatapnya, dan tersenyum pada lelaki itu.
"Ash... please, tell me." Lirih Sean melihat Ashley yang tak meresponnya membuatnya sangat takut. Apa Ashley tidak memiliki perasaan yang sama? Apa Ashley akan membencinya? Semua fikiran buruk mulai berkecamuk dibenaknya.
"Okay Ash. I'm sorry for that. Kurasa aku memang bodoh, mana mungkin kau mencintai pria tua macam diriku." Ucap Sean setelah menghela nafas. Ia tergelak dengan ekspresi kecewanya. Membuat Ashley tak tahan melihatnya. Ia pun berbalik memeluk Sean dengan erat, dan menyandarkan kepalanya di d**a Sean, mendengarkan detak jantung Sean yang terdengar keras, seperti jantungnya.
"Apa kau berfikir begitu Uncle? Berarti aku yang bodoh, karena aku bisa jatuh dalam pesona pria tua itu dan sangat menyukainya secara diam-diam." Cerocos Ashley, membuat Sean membulatkan matanya. Ia pun memegang bahu Ashley untuk menatap kedua manik matanya. Ia mencari sebuah kebenaran disana.
"Ash... really?" gumam Sean dengan tatapan dalamnya.
"Kau fikir aku akan diam saja jika bibirku disentuh lelaki yang tidak aku cintai hah? Aku pasti akan menamparnya saat itu juga bodoh!" oceh Ashley dengan bibirnya yang cemberut. Sean yang mendengarnya pun segera memeluk Ashley erat dan memberikan kecupan-kecupan kecil dipuncak kepalanya.
"Thank's Ash. Thank's for loving this old man." Ucap Sean membuat Ashley tersenyum senang. Ia sama sekali tak mempermasalahkan jarak umur mereka yang terpaut14 Tahun.
"You're welcome uncle" balas Ashley lalu tanpa diduga, ia memberikan sebuah kecupan di pipi kiri Sean. Sedikit membuat Sean lupa diri dan menahan nafasnya selama beberapa detik.
Hanya dengan sebuah kecupan ringan dipipinya yang gadis itu berikan padanya, dapat membuat kembang api meletup-letup dalam benaknya hingga membuat senyuman itu tak pernah luntur dari bibirnya.