Musik klub malam menghantam gendang telinga, lampu merah-ungu memantul liar di dinding. Udara penuh asap rokok dan alkohol. Di sofa VIP, Lusi terduduk dengan mata merah basah, memegangi kepalanya yang berdenyut. Nafasnya pendek, kacau, dan ia tampak kebingungan dengan dunia yang berputar-putar. Gerald berdiri tidak jauh darinya, wajahnya keras, tatapannya tajam mengikuti setiap gerakan Lusi yang limbung. Teman-temannya sudah menjauh ke bar, sibuk dengan minuman dan wanita lain. Lusi meracau dengan suara serak, air mata mengalir tanpa henti. "Aku… aku capek, Ge… aku capek banget…" Gerald menajamkan tatapan. Ia tahu ucapan Lusi tidak sedang baik. Lusi kembali menyeka wajahnya dengan kasar, menangis lebih keras. "Aku mau hidup sendiri… aku mau bebas… aku mau cerai… cerai dari kamu…" Ge

