Nyonya Mila orang yang tadi menegur Olla. Dirinya yang baru sampai dari luar negeri istirahat di kamar dan Paman Jo memanggil Nyonya Mila. Saat keluar dari kamar Nyonya Mila melihat Olla berdiri di depan pintu.
Karena penasaran Nyonya Mila mendekati Olla dengan perlahan. Dan saat dirinya sudah dekat dengan Olla, Nyonya Mila mendengar apa yang terjadi di dalam kamar. Ternyata cicitnya menyakiti hati Olla istri yang baru saja dia nikahi.
"Keterlaluan sekali," gumam Nyonya Mila.
Nyonya Mila geram Brian menyia-nyiakannya Olla. Nyonya Mila menyentuh pundak Olla hingga membuat Olla terkejut.
"Olla, kamu kalau mau ceritakan padaku apa saja silahkan. Nenek uyut akan senang mendengarkannya. Karena nenek Uyut akan membantumu sebisa mungkin. Jangan sungkan ceritakan semuanya ya. Mengerti, Sayang?" tanya Nyonya Mila yang mencoba untuk membuat Olla nyaman karena saat ini dia yakin hati Olla pasti sedang gelisah karena mendengar perkataan dari Brian.
Olla yang terkejut tadinya dan sedih terharu mendengar perkataan Nyonya Mila. Dia menganggukkan kepala pelan dan dia merasa senang ada orang yang umurnya sudah sepuh tapi masih mempunyai jiwa pelindung untuknya.
"Terima kasih nenek Uyut. Kalau ada apa-apa aku pasti memberitahukannya kepadamu," jawab Olla yang dianggukkan oleh nyonya Mila.
Sesampainya, di bawah mereka bertemu dengan yang lainnya. Rico melihat Brian tidak ada menaikkan alisnya.
"Loh, Olla mana Brian. Kenapa dia tidak turun?" tanya Rico kepada Olla dan Nyonya Mila.
"Di dalam. Dia lagi telpon," jawab Olla singkat.
Rico mengangguk pelan mendengar jawaban Olla tapi dia bisa melihat dari sorotnya Olla kalau Olla bersedih tapi apa?
Riki dan Arden juga ikut merasakan kalau perubahan wajah Olla. Tapi, mereka pun sama dengan Rico untuk tidak angkat bicara.
"Maaf aku lama," ucap Brian yang turun dari tangga dan menyapa mereka.
Brian menoleh ke arah Olla yang memalingkan wajahnya. "Kenapa dia?" tanya Brian.
"Ayo kita makan. Semuanya sudah disiapkan," ucap Paman Jo menghampiri majikannya untuk makan.
"Ayo semuanya, kita makan. You semuanya harus makan," ujar Pingki lagi.
Mereka bergerak menuju ruang makan dan tidak ada yang buka suara mereka makan malam bersama.
"Kalian jangan lupa ke makam orang tua kalian. Besok hari dimana orang tua kalian meninggal," ucap Nyonya Mila ke Brian dan yang lainnya.
"Baik, Nenek Uyut," jawab semuanya.
Makan malam tidak ada yang spesial. Olla yang sudah selesai makan segera pergi ke kamar.
"Besok kita pergi ke pemakaman jangan lupa," jawab Brian yang masuk ke dalam kamar.
Olla yang sudah di kamar menoleh ke arah Brian dan mengangguk pelan mengiyakan perkataan Brian.
Brian segera ke kamar ganti untuk berganti pakaian. Olla hanya menundukkan kepala dan menghela napas.
"Olla, kamu kenapa sedih. Dia bukan orang yang mencintaimu dan dia juga bukan belahan jiwamu. Kenapa kamu sedih jika dia seperti itu?" tanya Olla pada dirinya sendiri.
Brian keluar kembali dan melihat Olla masih duduk di sofa dengan posisi menunduk.
"Olla, kamu kalau tidur jangan duduk," tegur Brian.
Olla mengangkat kepalanya dan dia menatap Brian dengan lekat.
"Aku tidak tidur. Siapa yang tidur?" tanya Olla ke Brian.
"Oh, aku kira tidur." Brian segera berbaring dan tidur.
Olla hanya menatap Brian yang dingin padanya. Dan Olla memilih untuk tidur karena besok dia akan pergi ke pemakaman.
"Semua akan berlalu, Olla. Kamu bisa," ucap Olla menyemangati dirinya sendiri.
Esok harinya Olla lebih dulu bangun dan seperti biasa Olla menyiapkan pakaian untuk Brian. Dan dia turun menyapa yang lainnya.
"Kamu sudah siap ke pemakaman, Olla?" tanya Gia ke Olla.
"Sudah," jawab Olla dengan senyuman.
Gia tersenyum dan memeluk lengan Olla. Kini dia ada teman dan bisa pergi bersama kelak.
"Olla, Gia. Ayo kita makan. Brian sudah turun," ajak Pingki ke Olla dan Gia.
Olla dan Gia yang di taman segera masuk ke dalam. Mereka masih berbincang kecil sembari tertawa. Saat di ruang makan Olla melihat Brian memakai pakaian yang berbeda dengan pakaian yang tadi dia siapkan.
Kekecewaan muncul kembali tapi Olla tidak memperlihatkan kekecewaan itu. Dan masih meyakinkan dirinya kalau dia hanya sebagai pemuas ranjang sang Billionaire.
"Kakak, tumben pakai pakaian biru. Biasanya hitam terus dan putih. Ini kenapa biru?" tanya Gia ke kembarannya.
"Mau ganti suasana," jawab Brian singkat.
Gia hanya mengangguk pelan dan tidak peduli. Selesai makan Olla dan yang lainnya pergi ke pemakaman.
"Nanti aku mau ke pemakaman ibu dan ayahku. Apakah kamu ...."
"Tidak. Aku sibuk," jawab Brian yang enggan ikut ke pemakaman orang tua Olla.
Olla yang niatnya untuk mengajak Brian ke pemakaman lagi-lagi kecewa dan akhirnya memilih diam.
Sesampainya di pemakaman, Olla mengikuti Brian dan keluarganya ke pemakaman mertuanya dan di sana Olla hanya diam tanpa sepatah katapun. Barulah selesai Olla pergi sendiri ke pemakaman ibunya yang kebetulan dekat dengan pemakaman mertuanya.
"Ma, Pa, aku datang. Kalian apa kabar?" tanya Olla ke makam ibunya dan ayahnya yang berdekatan.
Olla duduk dan menyapu tanah yang ada di nisan kedua orang tuanya. Air mata Olla yang sedari tadi dia tahan di pelupuk matanya jatuh berderai. Dia tidak kuat lagi untuk menahan semuanya
"Ma, Pa. Aku tidak kuat. Kenapa dunia ini kejam. Kenapa tidak ada bahagia yang diberikan kepadaku. Kenapa Tuhan membuat aku menderita apa salah yang aku perbuat Ma, Pa hingga Tuhan memberikan aku cobaan berat ini," tangis Olla pecah sambil memeluk batu nisan kedua orang tuanya.
Olla menumpahkan isi hatinya kepada makam kedua orang tuanya berharap hatinya lega dan bisa menjalani kehidupan dengan baik. Cukup lama Olla berada di pemakaman hingga dirinya tertidur.
"Nona, permisi Nona. Jangan tidur di sini," panggil seseorang yang menepuk pelan pundak Olla.
Olla yang tertidur langsung terbangun dan melihat penjaga pemakaman membangunkan dirinya. Olla tersenyum kecil. Ternyata dirinya lagi-lagi tertidur dan bebannya sedikit hilang walaupun masih ada tapi paling tidak dia bisa hadapi masalah yang akan datang.
"Maaf saya tertidur," jawab Olla.
"Pulanglah, ini sudah mau hujan. Jika masalah kamu berat jalani dengan senyuman. Ketahuilah nona kalau kamu bisa jalani semuanya dengan senyuman dan ikhlas maka semuanya akan berjalan dengan baik. Tuhan itu baik padamu dia berikan cobaan untuk melihat seberapa kuat kamu jalani kehidupan yang kejam ini," jawab si penjaga makam yang tersenyum lembut ke Olla.
Olla hanya terdiam dan menundukkan kepala. Dia tahu Tuhan tidak jahat padanya karena Tuhan tahu apa yang terbaik untuknya.
"Terima kasih, tuan. Kalau begitu saya permisi," jawab Olla yang pamitan untuk pergi.
Olla segera memeluk nisan kedua orang tuanya. "Ma, Pa. Aku pamit. Nanti aku ke sini lagi," ucap Olla lagi.
Olla pun pergi dari pemakaman dengan hati yang tenang. Olla akan menemui sahabatnya Isaya dan sahabatnya yang lain. Dia yakin sahabatnya pasti khawatir dengan dia. Dan saat dirinya berjalan menuju tempat dimana sahabatnya sering berada Olla melihat Brian masuk ke dalam cafe.
"Itu bukannya Brian ya? Dia mau apa itu?" tanya Olla berjalan pelan mengikuti Brian dan saat berdiri di depan cafe Olla melihat Brian dengan seseorang dan aura Brian terlihat lembut seperti aura malam itu saat dirinya dan Brian baru saja selesai bercinta.
"Aura itu sangat lembut dan hampir lembut. Aura yang aku kagumi. Tapi, sayangnya dia menunjukkannya bukan bersamaku. Tapi dengan wanita itu. Siapa wanita itu? Apakah dia kekasihnya? Kalau iya, kenapa dia menikahi aku?" tanya Olla lagi.
Olla terus memperhatikan Brian dan tanpa di duga Olla dan Brian saling memandang satu sama lain. Brian memandang Olla dari dalam yang berdiri menatapnya.
"Kok ada dia dan kenapa sakit sekali?" Tanya Brian yang tiba-tiba hatinya sakit. Dan dia tidak tahu kenapa hatinya sakit.
"Kenapa Bri?" tanya wanita itu ke Brian.
Brian tersentak dan memandang ke arah wanita yang dia tadi dia jawab panggilan telponnya.
"Tidak ada," jawab Brian lagi.
Brian menoleh ke arah luar hujan mulai turun dan Olla sudah tidak ada di sana.
Olla berjalan pelan menyusuri hujan. Olla tidak menangis karena air matanya tidak bisa dia keluarkan. Hatinya sakit tapi dia berusaha meyakinkan diri kembali kalau pria itu bukan miliknya.
Tangan Olla ditarik dengan keras dan Olla terhuyung ke belakang. Tiba-tiba tamparan kuat mengenai pipinya.