6. Perjodohan.

845 Kata
"Aku tak menyangka akan berakhir di di sini lagi," keluh Keenan jelas. Dia menatap gadis cantik di depannya tanpa minat. Jika dia tak salah, ini adalah kesekian kalinya dia menghadiri perjodohan yang di atur oleh orang tuanya. Ini tentang perjodohan. Selama Keenan memiliki rencananya sendiri, selama itu juga kedua orang tua dan para tetua keluarga mengatur rencana untuknya. Menemui salah satu wanita cantik dalam makan malam di sebuah tempat makan mewah nan tenang. Lilin lilin di nyalakan dengan musik halus membuat kesan romantis yang menyentuh hati. Cahaya redup dengan sajian makan malam mewah dan sebotol wine mahal kualitas terbaik. Semua di atur dengan harapan keduanya saling jatuh cinta pada pandangan pertama. "Aku di sini, juga karena aturan keluargaku," jawab wanita itu dengan tersenyum tipis. Matanya tampak hidup. Ingatannya kembali saat kedua orang tuanya mengajaknya bicara tentang bisnis keluarga lalu memberikan sebuah foto dari sesi perjodohan. Dia terpaku, dan kemudian menatap foto itu sambil tersenyum. Dengan menganggukkan kepalanya, dia berkata,"Baiklah, akan kutemui dia dalam kencan buta malam ini. Ayah dan ibu harus berterimakasih padaku, jika bisnis kita sukses," Kembali pada makan malam romantis yang telah kedua pihak atur, Keenan tampak tak semangat selain menegak wine di gelasnya lalu menepukkan tangannya beberapa kali. "Cukup, hentikan." Musik berhenti dan ruangan itu tampak sunyi. Keenan menjentikkan jarinya kesal lalu lampu ruangan kembali hidup terang. Semua orang yang memainkan alat musik mundur, hanya menyisakan dua orang yang masih duduk d bangku yang sama. Keenan menatap salah satunya, sebelum orang itu pergi dia memberi perintah. "Matikan lilinnya." Cahaya lilin itu padam dan segera di singkirkan. Keenan menatap gadis di hadapannya dengan tajam. "Kini aku dapat melihat wajahmu dengan jelas." Gadis itu tersenyun bangga. "Kenapa? Bukankah aku lebih cantik dari yang di foto?" ucapnya percaya diri. Keenan hampir tertawa. "Kau Harumi? Harumi Farayaka dari keluarga Farayaka?" Harumi mengangguk bangga. Dia tak percaya bahwa dia bisa melihat Keenan dari jarak yang begitu dekat. Kemarin, saat mereka berada di universitas, dia sudah merasa bahwa Keenan terlihat tampan dan sedikit keren. Terlebih dia juga mendapati bahwa Keenan menatap ke arah tempat dia duduk beberapa kali. Dan pada akhirnya, dia tak menyangka bahwa pria itu akan duduk di hadapan matanya. "Aku tak ingin membuatmu terluka," jujur Keenan pada inti. "Aku tak menyetujui perjodohan ini, dan kali ini, kau yang mencari alasannya." Harumi tercengang. Dia tak percaya bahwa pria di hadapannya ini tak tertarik padanya. "Jika kau tak setuju, kenapa kau datang menemuiku? Kau bisa saja membatalkannya saat menerima fotoku bukan?" Keenan yang baru saja akan berdiri kini kembali duduk. Dia menatap Harumi tanpa minat. "Aku hanya harus mengikuti aturan yang sopan." "Kerjasama perusahaan," tahan Harumi tak melepaskan Keenan begitu saja. "Itu tak akan terjadi jika kau pergi." Keenan tertawa kecil, membuat wajahnya kian terlihat tampan. "Apa kau tak tahu siapa aku? Aku Keenan Yonathan Blaxton. Ceo muda yang tengah gemilang dalam berbagai aspek yang kukerjakan. Membatalkan? Kau pikir aku akan kesulitan dalam mencari partner kerjasama? Keluarga Farayaka pasti sangat bermimpi!" Harumi mendengus marah. Dia tak percaya bahwa kekayaan keluarganya tak bisa mempengaruhi keputusan Keenan atau pun keserakahan Keenan pada kekuasaan. "Jika begitu aku cukup mengatakan kau menghina keluargaku dan melukai harga diriku bukan?" Keenan terdiam. Jika itu masalahnya maka semua tak akan semudah yang dia pikirkan. Keluarga Farayaka adalah salah satu keluarga yang cukup membantu bisnis keluarganya beberapa tahun lalu saat bisnis keluarganya tengah kesulitan. Dan jika hal yang Harumi katakan tercetus, maka bisa di pastikan sebuah persahabatan lama akan terputus. "Apa maumu?" tanya Keenan kemudian. Harumi tersenyum tipis. "Itu terdengar seperti aku wanita jahat yang mengejar dan menggodamu. Mari lakukan ini, tiga kali pertemuan untuk mengetahui apakah kita benar-benar tidak cocok," Keenan bersandar santai. Menyilangkan kedua tangannya di d**a, dia mencebik tak bersuara. "Apa kau keberatan?" Keenan menimbangnya lalu berkata, "Apa yang akan aku dapatkan?" "Yang kau dapatkan?" ulang Harumi tak mengerti. Keenan berdecak malas. "Nona, pertemuan tiga kali itu kau yang menginginkan. Untukku, kau membuang waktuku yang berharga. Sebagai pebisnis aku tak ingin rugi. Tentu saja, aku harus menerima bayaran yang sesuai untuk menyetujui permintaanmu," Harumi terkejut dan tak percaya. Laki-laki di hadapan ini bukan hanya sangat perhitungan namun juga sangat haus akan kekuasaan. "Apa yang kau inginkan?" Keenan tersenyum, mendapati gayungnya tersambut. "Entahlah. Kau tak cukup menarik selain dari kekayaan keluargamu." "Kau!" "Aku sama sekali tak berminat pada perjodohan ini. Itu terserah dirimu, apakah kau mau mengatakannya atau tidak. Aku tak peduli," Harumi mendesah tak percaya saat Keenan berdiri dan berlalu. Dia menatap kursi kosong di depannya. Harga dirinya terluka. Bagaimana mungkin dia tak menarik? Dan dirinya tak cukup cantik di mata Keenan. Pria itu mengatakan semuanya dengan sangat ringan. Di hadapan matanya dan lebih lagi dia tak bisa melepaskan Keenan begitu saja. Semakin dia berpikir, semakin dia tertarik pada Keenan. Bangun, dia meninggalkan tempat itu menuju apartemen Clarissa. Saat dia berdiri di depan pintu apartemen Clarissa dia merasa ragu meski hanya dengan mengetuk atau pun memanggil sahabatnya. Melihat jam di pergelangan tangannya, dia menyadari bahwa hari ini mulai malam. Dan pada akhirnya, dia memutuskan untuk pergi ke club malam. Membuang kekesalannya dengan bertemu teman-teman baru.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN