bc

Look At Me, Please

book_age16+
4.4K
IKUTI
65.4K
BACA
family
love after marriage
arranged marriage
drama
sweet
like
intro-logo
Uraian

Dijodohkan dengan sahabat dari saudara sendiri, terlebih lagi belum saling memiliki perasaan namun harus terikat hubungan yang lebih dari pertemanan. Itulah yang dialami oleh Alana Joseph Pradipta.

chap-preview
Pratinjau gratis
PART 1
Mungkin kalian pernah merasakan memendam perasaan untuk seseorang bahkan orang tersebut tidak melihatmu sama sekali, ya banyak pasti yang pernah merasakannya termasuk aku saat ini, lama memendam akankah ia melihatku, andaikan itu hanya dalam mimpi aku ngga akan mau bangun dari mimpi itu... *** "Ana!" Seseorang membuyarkan lamunanku, ya siapa lagi kalau bukan Dea sahabatku dari kecil, "Melamun aja lo, awas kesambet An," lanjutnya yang kini sudah duduk di sebelahku, "Ah lo De seneng amat buat orang kaget!" ku cubit gemas pipi Dea yang membuatnya sedikit meringis padahal ngga sakit 'menurutku'. Kami sedang dikelas sekarang, dan karena masih jam istirahat maka kelas terasa sepi sehingga disinilah kami hanya berdua ditemani bangku-bangku kosong. Aku Alana Josephine Pradipta, aku biasa dipanggil Ana tujuannya untuk membedakan panggilanku dan kakak kembarku Alan Joseph Pradipta, yang dipanggil Alan, sesuai namanya kami kembar identik namun karena berbeda gender jadi masih dapat dibedakan dari fisik kami.     Saat ini kami duduk di kelas 3 SMA di sekolah yang sama namun kelas berbeda. ini yang tadi mengobrol denganku namanya Hanna Amadea Kusuma, lebih suka dipanggil Dea katanya lebih imut 'kata dia' lagipula kalau dipanggil Anna takut tertukar dengan namaku. "Mana kakak lo? Tumben ngga mampir," wih tumben nih anak nanyain kak Alan, "Kenapa bu? Kangen?" Godaku jahil pada Dea, alhasil ia nampak sedikit salah tingkah. "Eeh kagak, nanya doang emang dilarang?!" Dea menjitak pelan kepalaku, aku hanya membalas dengan sedikit kekehan. "Ia juga ngga apa kok," Dea mengerucutkan bibirnya, kebiasaannya kalau ngambek, paling cuma bertahan beberapa menit, "Tumben lo ngga ke kantin An?" Tuh kan udah baik lagi moodnya haha, aku sama Dea memang ngga pernah ngambekan berjam jam hanya karena candaan batas wajar, "Lagi males De, ngga nafsu jajan juga, lo sendiri?" Tanyaku balik, "Sama aja An lagi ngga laper buat jajan." Lagi tengah mengobrol dengan Dea tiba-tiba, "Hei girls!" nampak kak Alan berdiri di depan pintu kelas. "Hai kak!" jawab aku dan Dea hampir bersamaan, "Pantesan kantin sepi, dua bidadari sekolah lagi ngumpet disini ternyata," ledek kak Alan yang sudah mengambil posisi duduk di bangku di hadapanku. "Apasih kak bidadari mulu," kucubit lengan kak Alan sedikit walau aku tahu ngga akan terasa olehnya. "Iyalah kita kan kembar kalo kakak dibilang ganteng berarti kembarannya cantik," kak Alan sedikit terkekeh 'tapi ada benarnya juga' aku membenarkan dalam hati, kak Alan memang memiliki face lumayan bagiku namun luar biasa dimata kaum hawa disekolahku, didukung dengan bodynya yang berbentuk hasil olah raga rutin tiap weekend bareng teman-temannya, tidak heran dia punya fans-fans sendiri di sekolah, dan aku yang merupakan kembarannya juga ketularan, tidak tahu berapa cowok sering menghampiri dari sekedar say hello sampai mengajak malam mingguan, kalau aku lihat aku tuh biasa aja tapi banyak yang bilang lebih yah terserah lah ya. "Eh Dea," panggil kakakku pada sahabatku yang sejak tadi diam sebagai pemerhati kami "dapat salam tuh dari Dio," kak Alan tersenyum jahil. "Waaah Dio temen kak Alan??!" Tanyaku penasaran, ngga nyangka sohibku yang manis ini punya admire, dan ngga salah salah seorang Giodio Pratama admirenya, salah satu sohib kak Alan yang wajahnya oriental cool gimana gitu haha. "Ciee Deaaaa..." godaku yang berhasil membuat wajah sohibku ini persis kepiting rebus, "Iiih apaan siiih!" wajah Dea benar-benar merah, manis deh, aku semakin tersenyum jahil padanya, "Udah An nanti Dea pingsan gara-gara blushing pula," kak Alan mengacak acak rambutku "ntar kakak yang di jitak Dio," kak Alan kembali terkekeh, aku hanya bisa sedikit tertawa takut sohibku semakin ngambek karena malu. Bel tanda masuk berbunyi, kak Alan pamit kembali ke kelasnya dengan sebelumnya mencium keningku, sudah jadi kebiasaan kak Alan kalau akan pamit pergi kemanapun atau pisah seperti sekarang, cium tanda sayang katanya dan aku mulai terbiasa. Kelas pun dimulai setelah guru masuk kelas dan wajah Dea sudah kembali normal setelah habis habisan digoda olehku dan kak Alan, kalau mengingatnya kasihan liat ekspresi Dea tapi aku senang kalau itu benar terjadi.   ***   Sekolah usai, aku udah janjian dengan kak Alan bertemu diparkiran, Dea sudah pulang lebih dulu dijemput ayahnya. Sesampainya diparkiran tampak kak Alan sudah stay didepan audinya sambil fokus pada ponselnya, "Kak," panggilku ketika sudah dihadapan kak Alan. "Bentar yah sayang kakak lagi nunggu teman kakak," ucap kak Alan sambil mengacak acak poniku. "Oke," aku langsung mengambil posisi disebelah kak Alan. "Nunggu didalam aja sweety, panas disini," duh pengertiannya kakakku tersayang ini, aku langsung masuk ke mobil dan kak Alan menyalakan mesin mobilnya agar AC mobil menyala. Tidak lama dua sohib kak Alan tiba, Giodio atau Dio yang tadi kak Alan cerita dan Jacob, Setelah berbicara sebentar dengan kak Alan yang aku ngga tau bicarain apaan mereka langsung masuk ke mobil mengambil bagian di kursi belakang begitu juga kak Alan di kursi kemudi. "Ana mau ikut?" Tanya kak Alan setelah memastikan semua sudah di mobil. "Kemana kak?" Tanyaku bingung. "Jalan-jalan dong sayang," kak Alan mengelus ujung kepalaku, "tenang, kakak udah minta izin Daddy dan Mommy kok," kak Alan meyakinkan. "Okeh!" Jawabku bersemangat, kami pun berangkat. Perjalanan ditempuh kurang lebih satu setengah jam, baru setengah jam aku mulai ngantuk, "Kak, Ana bobo bentar yah," izinku pada kak Alan yang dari tadi asik bercanda dengan kedua temannya. "iya Ana sayang," celetuk Jacob sebelum kak Alan menjawabku. "Haha gue jitak lo manggil gitu ke adek gue!" ancam kak Alan dengan sedikit candaan pada Jacob, "iya bobo aja sweety nanti kakak bangunin kalo udah sampai," kak Alan mengusap usap lembut kepalaku membuatku semakin terlelap. Merasa puas tidur, aku pun bangun, setelah merenggangkan otot badanku, aku terpaku, karena seingatku tadi masih di mobil kenapa sekarang udah di kamar? Dan ini bukan kamarku, tapi sepertinya kamar ini ngga asing. Ahh iya ini kan salah satu kamar di vila pribadi keluargaku, pantas saja dapat izin ternyata ke sini mereka. mungkin kak Alan yang tadi memindahkan ku dari mobil ke sini, ngga mungkin teman-temannya, bisa dapat tinju mentah dari kak Alan kalau sampai menyentuh aku sembarangan hehe. "Udah bangun sayang?" Tanya kak Alan begitu aku sudah turun dari kamarku yang berada di lantai dua, dan sekarang aku berada di ruang makan dimana kak Alan masih duduk dengan ponsel ditangannya. "Huum kak," kepalaku mengangguk dan menyunggingkan senyuman yang disambut kecupan dikeningku dari kak Alan. "Teman kakak pada kemana?" Aku baru sadar hanya berdua disini dengan kak Alan "Habis minum teh tadi langsung pamit keluar bentar mereka katanya jalan-jalan lihat sekitar," jelas kak Alan. Oh iya aku lupa bilang, karena ini weekend makanya kami disini sekarang tanpa takut akan ke sekolah besok. "Tadi kan temen kakak ada dua tambah kakak jadi tiga kok gelas tehnya ada empat?" Aku baru memperhatikan gelas teh yang masih belum dibereskan dimeja lebih satu karena aku ngga ikut minum tadi, "Oh iya tadi dijalan kesini waktu kamu bobo kakak jemput satu temen kakak lagi, mau ikut katanya jadi putar balik sebentar tadi, repot sih tapi demi temen hehe," kak Alan kembali fokus ke ponselnya dan aku mengambil gelas baru untuk minum teh serta mengambil tempat duduk di samping kak Alan. By the way siapa temen kak Alan satu lagi ya, karena yang biasa ku lihat cuma Jacob dan Dio, jadi penasaran, dan juga kalau tau bakal liburan gini aku bakal izin ke ayahnya Dea buat izinin Dea menginap juga, takut ngga ada temen ngobrol disini nanti walau ada kakakku paling ntar sibuk sama temennya. Hari semakin sore, aku baru selesai mandi dan ganti pakaian di kamar, kak Alan juga tadi langsung kusuruh mandi. Baru mau keluar kamar terdengar suara beberapa orang dari lantai satu 'mungkin teman kak alan udah pada balik' pikirku. Segera aku turun mencoba bergabung sebelum mati bosan dikamar, walau aku tahu bakal dikacangin juga kalo mereka udah seru ngobrol. "Halo Ana cantik," goda Jacob saat aku tengah menuruni tangga, dia memang sering bercanda menggodaku namun tidak jarang juga mendapat jitakan dari kak Alan, seperti sekarang, jitakan kak Alan mendarat sukses di keningnya membuatku geli sendiri melihat mereka. "Iihhh kak Alan jahat lho," sungut Jacob dengan nada dibuat manja membuatku semakin geli. "Makanya jangan gangguin Princess tercintanya Alan," kali ini Dio angkat suara sambil tergelak begitupun kak Alan. Aku segera mengambil duduk di sebelah kak Alan, dan baru sadar ada satu wajah baru disana, aku memperhatikan diam-diam disaat mereka tengah mengobrol, ia berbeda dari teman kak Alan yang lain, lebih cool, ini kak Alan ngga mau ngenalin apa yah temen barunya? "Oh iya sweety kenalin tuh temen kakak namanya Geovani, panggilnya Geo," wow kak Alan bisa baca pikiranku, baru aja diomongin hehe, "Geo ini adek kembar gue namanya Alana panggilnya Ana," lanjut kak Alan mengenalkanku. "Hai." sapanya singkat. "Hai," udah gitu aja? Ngga pake basa basi gitu? Flat amat yah?? Memang berbeda dengan teman kak Alan yang lain yang banyak basa basi kalau dikenalkan padaku ada aja yang jadi bahan pertanyaan, tapi yang ini dingin banget kayaknya, irit kata- kata, hemat pulsa mungkin. Jam menunjukan setengah delapan malam, semua beranjak ke halaman belakang vila termasuk aku dipimpin oleh kak Alan, ngga mau acara weekend garing, kak Alan dan yang lain mengadakan barbequ. Semua bahan dan alat udah siap, dan disinilah mereka beraksi. Kak Alan memintaku untuk duduk manis aja menyaksikan mereka beraksi membuat daging panggang luar biasa menurut versi mereka pastinya. Aku hanya bisa tersenyum geli melihat tingkah cowok-cowok ini dan terkadang membuatku tertawa, lumayan weekend jadi ngga hambar disini. Disaat tengah menyiapkan makan malam, manik mataku menangkap setiap gerak gerik Geo secara diam-diam, aku ngga ingin menjadi bahan ledekan disini terutama oleh kak Alan, maka terkadang aku memperhatikannya lewat sudut mataku. Ntah apa yang terjadi dengan otakku saat ini, cowok itu membuatku penasaran. Apa ia hanya bisa tersenyum kaku? Ahh ana ada apa denganmu? Tak sadar aku mengacak acak rambutku sendiri. "Kenapa sweety?" Pertanyaan kak Alan mengagetkanku, eh kemana saja aku tadi sampai tak sadar akan kehadiran kak Alan di hadapanku "Oh-itu..anu- ngga apa," aku berusaha tidak terlihat gugup seperti maling yang baru ketangkap basah, "Ngantuk?" Tanya kak Alan lembut sambil mengusap pipi kiriku. "Ngga kok kak," aku memasang senyuman agar kak Alan tidak khawatir, "cuma laper," kali ini aku nyengir polos. "Hehe bentar yah, bentar lagi beres kok masakannya," kak Alan memasang senyum hangatnya lalu kembali ke teman-temannya, "buruan eh! adek gue udah laper tuh," ucap kak Alan setengah berteriak. "Bentar yah princess Ana," kali ini Jacob setengah berteriak ke arahku sambil memasang senyuman khasnya yang ku balas dengan senyum dan jempol yang ku angkat tinggi di atas kepala. Selesai makan dan membereskan semuanya kami menuju kamar masing-masing. Kak Alan memilih tidur dengan teman-temannya, 'kakak lupa yah Ana takut bobo sendiri?' keluhku dalam hati. Di rumah aku memang memiliki kamar sendiri namun jika hujan petir atau gelap, kak Alan yang menemaniku. Disini memang sedang tidak hujan namun jika tidak di kamar sendiri aku suka takut bobo sendirian, setiap liburan disini aku selalu bobo bareng Mom atau kak Alan. Tapi ya sudahlah, mungkin kak Alan masih mau bersama teman-temannya, toh jarang jarang bisa weekend bareng gini. Andaikan Dea ikut, aku membuang nafas pelan.   Dan disinilah aku, malam semakin larut namun mata belum mau terpejam. Jam menunjukan tengah malam, belum ada rasa ngantuk sedikitpun. 'Oh come on kenapa ngga berat juga ini mata sih' rutukku dalam hati, aku memang butuh kak Alan sekarang. Dan sialnya lagi cuaca yang memang sedang sulit ditebak sedang tidak bisa diajak kompromi, hal yang ditakutkan muncul. Yup, hujan deras, oh my ... aku meringkuk di balik selimut, biasanya disaat seperti ini ada Mom atau kak Alan tapi sepertinya tidak sekarang, mungkin mereka sudah terlelap. Petir pertama aku masih bertahan, petir kedua mulai keringat dingin, disaat selanjutnya aku mulai menangis, aku takut, kakak... Ditengah ketakutanku tiba-tiba terdengar pintu kamarku dibuka dan aku merasa seseorang merangkulku dan memelukku hangat membuat rasa takut itu menguap ntah kemana, yang ada rasa nyaman. ***

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

MENGGENGGAM JANJI

read
475.1K
bc

Love Match (Indonesia)

read
173.5K
bc

Mas DokterKu

read
238.9K
bc

Suddenly in Love (Bahasa Indonesia)

read
76.1K
bc

Skylove (Indonesia)

read
109.5K
bc

Married By Accident

read
224.4K
bc

Aksara untuk Elea (21+)

read
836.6K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook