Bullying

2237 Kata
Seperti hari-hari biasanya Alin harus bekerja setelah pulang sekolah, dia sangat beruntung memiliki bos yang baik memberi keringanan kepada Alin untuk masuk jam berapa saja setelah pulang sekolah asal jam kerjanya tetap sembilan jam "Lin bawain pesanan ini ke meja no.03 ya" suruh Melani teman sesama pegawai, Alin mengangguk lalu membawa nampan yang sudah berisi pesanan meja no.03 "ini pesanan nya, selamat menikmati" ucap Alin sambil menaruh pesanan di atas meja "Alin ??" tegur seorang pelanggan, Alin melihat ke arah suara itu dan dia baru sadar kalau yang memesan adalah kakak kelas nya yang kemaren mengusak pucuk kepala Alin "kamu Alin kan ??" tanya Gavin memastikan sambil meneliti penampilan Alin "kamu kerja disini ?" imbuhnya lagi setelah sadar kalau seragam Alin adalah seragam Cafe ini "i-iya kak" jawab Alin tersenyum tipis "sini duduk dulu" ajak Saga menepuk bangku kosong di sebelahnya Alin menggeleng pelan "aku masih ada kerjaan kak, aku permisi" Alin berbalik pergi dari meja ke empat pria itu tanpa memperdulikan panggilan Gavin "dia siapa sih ??" tanya Putra penasaran, dia tidak pernah merasa teman-temanya kenal dengan gadis itu atau dia yang tidak tahu kalau mereka mempunyai teman baru "dia Alin, anak pindahan berkat beasiswa, waktu kita ketemu dia lo gak masuk sekolah" jawab Saga sambil menyeruput Coffe Late nya Putra hanya manggut-manggut sambil terus memakan steak kentang nya "makan nih Daf, diem muluk lo" suruh Gavin memberikan sosis bakarnya ke mangkok ice cream Dafi "berisik lo !" sentak Dafi melirik tajam Gavin yang hanya cengengesan "ini apaan coba sosis di taruh di ice cream gue !!" sungut Dafi saat melihat isi mangkuk ice cream nya ada sepotong sosis ketiga teman Dafi hanya tertawa kencang melihat kekesalan dewa es itu "gue gak mau tau !! lo ganti sekarang ice cream gue !" buy the way Dafi adalah pecinta ice cream, mungkin sifat dinginnya tertular karena ice cream yang sudah mendarah daging "hahaha iya iya, gitu aja marah" dengan sisa tawa nya Gavin beranjak memesan kan ice cream baru, dia sangat suka menggoda Dafi karena kalau tidak marah-marah tidak ada lagi ekspresi lain yang Dafi tunjuk kan saat sampai di meja kasir Gavin melihat kesana kemari mencari pegawai yang berjaga, dia sudah menekan lonceng perak di atas meja tapi tidak ada yang keluar, namun dia di kagetkan dengan suara "aakhhh !!!" Gavin mengernyit mendengar suara teriakan dari arah luar Cafe, karena penasaran Gavin menuju pintu samping yang terhubung dengan jalan keluar para pegawai lalu membukanya, saat itu juga mata nya membebelalak kaget melihat Alin di jambak oleh seorang wanita se usia maminnya "woy !!! berhenti !!!" teriak Gavin sambil berlari kearah mereka lalu menghentak kan tangan wanita itu dari rambut Alin, setelah itu dia menarik Alin untuk berdiri di belakangnya Aryana, dia datang untuk meminta uang kepada Alin namun karena Alin tidak memberikan apa yang dia minta tangan nya dengan cepat menarik rambut Alin sangat kuat "waah sudah punya teman kamu Lin" ejek Yana memperhatikan Gavin dari atas sampai bawah, dia menilai penampilan Gavin terkesan mewah dan banyak barang-barang branded melekat di tubuh Gavin, dia bisa menyimpulkan kalau lelaki pelindung Alin adalah anak orang kaya "siapa lo !!" bentak Gavin garang "saya tantenya Alin, kenapa ???" jawab Aryana dengan angkuh nya seraya melipat kedua tangan di dada kening Gavin mengernyit sejenak, kenapa kalau masih satu keluarga dia bisa sekejam itu kepada Alin "trus kenapa lo siksa Alin, dia salah apa ??" "dia tidak menuruti apa mau saya,tugas dia adalah memberi saya uang, saya butuh uang !!" balas Aryana sengit "gue bakal kasih lo uang asal lo jangan ganggu Alin lagi" "kak jangan, gg usah ikut campur kak, ini urusan aku" cegah Alin menarik ujung kaos Gavin, dia tau tantenya ini orang kejam dia tidak mau orang lain jadi incaran tantenya juga "lo diem aja Lin di belakang gue" jawab Gavin tanpa menoleh kebelakang dia harus waspada agar wanita itu tidak menyerang Alin lagi Aryana bersorak dalam hati, dia berhasil mendapatkan uang hari ini "Oke, aku nggak akan ganggu Alin, jadi mana uang nya ?" pinta Yana dengan nada lebih santai, dia menengadahkan telapak tangan kanan ke depan wajah Gavin "Kaak ?" tegur Alin lagi, Gavin menoleh kearah Alin yang menggelengkan kepala nya agar tidak melakukan itu tapi Gavin hanya tersenyum meyakinkan bahwa semua nya tidak masalah setelah itu Gavin mengeluarkan dompet dan memberi Aryana uang sekitar 5juta rupiah sesuai nominal yang wanita itu sebutkan "sekarang lo pergi dari sini, kalau gue lihat lo kayak gini lagi sama Alin, gue bakalan laporin lo ke polisi" ancam Gavin kepada Yana yang sedang menghitung uang nya denga senyuman lebar "hahaha, oke terimakasih ganteng" setelah itu Aryana melenggang pergi dengan senyuman lebar Gavin membalikkan tubuhnya menghadap ke Alin yang sudah berantakan, dia merapikan rambut acak-acak an Alin dengan pelan "lo gapapa ?" tanya Gavin dengan pelan "aku gapapa, harusnya kakak nggak lakuin ini, ini masalah aku kak" "gue nggak suka ada kekerasan Lin, kenapa dia bisa jahat banget sama lo ? padahal dia tante lo" tanya Gavin heran Alin hanya diam, dia tidak mungkin cerita kalau Aryana bukan tante asli atau hanya orang asing yang rela merawatnya dari kecil walau dengan siksaan seperti ini. Melihat bungkamnya Alin, Gavin menghela nafas panjang lalu tersenyum "oke lo gak usah jawab, gue nggak ada hak untuk tau masalah keluarga lo" "terimakasih kak" Gavin kemudian merangkul Alin yang tingginya hanya sebatas dagu lelaki itu "yaudah sekarang masuk ya, gue mau pesen ice cream, temen gue ngamuk" Alin mendongak menatap Gavin "ngamuk kenapa?" tanya Alin Gavin tertawa ringan mengingat kejahilannya kepada Dafi "tadi gue kasih sosis di mangkuk ice crem nya" jawab Gavin dengan santainya, Alin pun terkekeh kecil mendengar itu mereka pun masuk ke cafe dan Alin kembali membuatkan pesanan dari Gavin lalu membawa nya ke meja 03 lagi "ini pesanannya kak" Alin menaruh semangkuk ice cream di depan Dafi yang hanya dia saja menatap benda pipih di tangan lelaki itu "makasih ya Lin" jawab Gavin menggantikan mulut Dafi yang kaku, Alin mengangguk lalu pergi dari sana Gavin terus memperhatikan kepergian Alin dengan pandangan sendu, ada berbagai pertanyaan di kepalanya tentang kejadian tadi dan sepertinya kehidupan gadis itu tidak semanis senyumannya. ***** Home Dafi 20:04 Sepulang dari cafe Dafi merebahkan diri di atas kasur king size dengan mata menatap langit-langit kamarnya, tiba tiba terlintas bayangan wanita pertama yang dia cintai telah pergi meninggalkan dia dan ayah nya demi lelaki lain yang lebih kaya, bisa dibilang menukar keluarga hanya demi uang, dia adalah mama nya sendiri. Dafi tertekan dan sempat depresi akan pilihan sosok wanita kesayangan nya itu, berdampak pada sifatnya yang menjadi dingin seperti sekarang, waktu usia 8tahun dia harus menyaksikan sendiri perselingkuhan ibu nya ,pertengkaran dengan ayah nya dan keputusan ibu nya untuk meninggalkan keluarga kecil mereka demi uang, sejak saat itu dia jadi pendiam dan dingin, dia benci sosok wanita karena menurutnya hanya gila harta dan kekuasaan saja seperti ibunya suara ketukan pintu mengeluarkan Dafi dari bayangan masalalu, dia tetap diam sampai akhirnya "ini dady Daf" ucap orang di luar pintu kamar Dafi, Dafi pun beranjak bangun untuk membuka pintu "sudah makan ??" tanya Jems saat dia berhadapan dengan putra kesayangan nya itu "hmm" hanya gumaman kecil sebagai jawaban "dady mau ke london malam ini, di kantor pusat besok ada rapat penting dengan perusahaan Adam Godard, dad harap kamu bisa menghadiri nya" "aku usahakan" jawab Dafi cepat fakta lain adalah semenjak pengkhianatan itu Dafi dan Jems berusaha dengan keras agar bisa menjadi orang terpandang dan tidak di injak-injak hanya karena miskin dan sekarang semuanya membuahkan hasil Dafi dan Jems menjadi pengusaha kaya dan terpandang. Meski usia Dafi masih sangat muda tapi kehebetan nya dalam memegang beberapa perusahaan Jems tidak bisa di ragukan lagi bahkan anak nya itu sudah beberapa kali memenangkan tender milyar an rupiah "baiklah, dady serahkan semuanya ke kamu" Dafi hanya mengangguk pelan "istirahat lah" lanjut Jems "Dady juga" jawab Dafi datar Jems tersenyum lalu pergi dari sana **** 20:30 Alin baru saja pulang dari Cafe, dia segera menuju dapur untuk membuatkan makan malam ibunya, seperti tidak ada kata lelah untuk gadis satu itu, dia memasak bubur ayam kesukaan Raisa, sambil menunggu bubur nya matang dia pergi ke kamar untuk mandi dan ganti baju santai setelah semua sudah siap dia membawa nampan berisi bubur ayam dan segelas air putih ke kamar Raisa, dilihatnya Raisa sedang tertidur di atas ranjang kecil yang.Alin meletak kan nampan yang dibawanya ke atas nakas dengan pelan "bu,, makan dulu yuk, ibu belum minum obat" gadis itu mencoba membangunkan Raisa dengan pelan setelah cukup lama usaha Alin membangunkan Raisa, akhirnya Raisa terbangun dan langsung tersenyum melihat Alin di sampingnya "makan dulu ya bu, minum obat trus tidur lagi" "iya sayang" jawab Raisa pelan "kamu udah pulang dari tadi ?" "iya bu, aku juga udah mandi" jawab Alin sambil membantu Raisa untuk bersandar di kepala ranjang lalu mulai menyuapi wanita rentan itu "nak, wajahmu lelah sekali" ucap Raisa di sela-sela makan nya, dia memperhatikan raut wajah Alin yang terlihat sangat kelelahan "namanya juga selesai kerja bu" jawab Alin sambil menyuapi Raisa lagi "Ma--" "Apa ?" sela Alin "mau minta maaf lagi? Alin marah nih ?" sela Alin wajah jengkelnya dan malah membuat Raisa gemas, dia sudah paham lanjutan omongan ibunya itu yang akan meminta maaf karena membuat dirinya bekerja untuk bisa membelikan nya obat, Alin sangat tidak keberatan melakukan ini semua maka dari itu dia tidak suka Raisa meminta maaf. Raisa terkekeh pelan mendengar ancaman Alin, tangan lemahnya terangkat untuk mengelus pipi putri kesayangan nya itu "Aku gak suka ibu selalu minta maaf, ibu tau? aku malah bangga bisa ngerawat ibu" lanjut Alin dengan raut wajah sendunya. Raisa hanya bisa tersenyum haru, anak angkat nya begitu menyayanginya dan dia bersyukur mempunyai Alin, di dunia ini dia hanya mempunya Alin dan kakaknya Aryana yang kerjaan nya hanya marah, minta uang dan berjudi. Dia harap di sisa hidup nya dia masih sempat melihat Alin sukses dan hidup bahagia. Setelah selesai merawat Raisa, Alin segera beranjak ke kamar karena jam sudah menunjukkan tengah malam, besok pagi-pagi sekali dia harus sekolah. **** Gdr High school 10:49 Jam istirahat Alin berjalan sendirian ke arah toilet, dia berpisah dengan Renata dan menyuruh teman nya itu pergi ke kantin lebih dulu. Setelah selesai dengan buang hajat nya Alin sedikit merapikan penampilan serta rambutnya di cermin toilet, namun matanya menangkap tiga orang siswi yang tiba-tiba berdiri di belakang Alin Alin mencoba acuh dan hendak pergi namun mulutnya langsung di bekap oleh salah satu dari mereka "emppphhh !!!,, emphhh !!" Alin mencoba teriak dan meronta untuk di lepaskan tapi mereka bertiga seakan membagi tugas. Siswi berwajah bule mengunci tangan Alin di belakang punggung, lalu yang memiliki rambut sebahu membekap mulut Alin dan yang satu membukakan pintu toilet membawa Alin ke arah belakang sekolah, gudang belakang sekolah. "Awwhh !!" Alin memekik kesakitan saat tubuhnya di lempar ke lantai kotor dan dingin. Dia menatap ketiga siswi yang berseragam sama dengan nya berdiri menjulang di depan dengan tatapan benci "ka-kalian mau apa?" tanya Alin dengan nada bergetar salah satu dari mereka tersenyum licik, Alin perkirakan kalau yang berdiri di tengah dan tersenyum smirk barusan itu adalah kepala gengnya, siswi cantik berwajah lokal dengan rambut pirang sepinggang dan dandanan sedikit menor "jadi ini anak baru yang udah berani caper sama geng Gavin ?" tanya gadis itu kepada teman teman nya sambil menyilangkan kedua tangan di dada "iya Clar, dan Gavin juga sempet ngusap-ngusap kepala nih bocah, kecentilan banget kan dia !" sahut teman di sebelah kiri Clara, sebagai kompor. Alin jadi teringat kejadian dimana Gavin memang mengusap kepalanya sebentar sebelum pergi beberapa minggu lalu, jadi ketiga wanita ini marah karena hal itu ? tapi kan Alin tidak merasa kecentilan atau cari perhatian dari mereka "oohh,,, jadi di usap kepalanya sama Gavin?" kata Clara sambil berjongkok menyamakan posisinya dengan Alin "a,akhh sak-iitt" pekik Alin kesakitan karena rambut nya di jambak dengan sangat kencang oleh clara, bahkan Alin merasa sangat perih di kulit kepalanya dan ada beberapa helai rambut rontok dalam genggaman Clara "sakiitt ?? iyaa ???" Clara semakin menjambak Alin dengan lebih kuat lagi "le-pas ka-k,,,saa-kiit" rintih Alin memegang pergelangan tangan Clara berusaha menahan agar jambakan itu tidak semakin kencang, namun tidak ber efek sama sekali kepalanya sangat sakit dan pening, air mata Alin lolos begitu saja 'Dugh' Clara menghentak kan kepala Alin sampai terbentur ke kaki meja yang berada di sebelahnya, dan ketiga wanita disana hanya tertawa melihat kejadian itu "awh,,shh" Alin meringis memegangi kepalanya yang semakin pening itu "gue peringatin sama lo, jangan sok kecantikan di sekolahan ini apalagi deketin Gavin ! lo gak mau kan beasiswa lo dicabut ?" gretak Clara sengit Alin tidak begitu mendengar ucapan Clara, dia hanya menangis merasakan pening yang kini membuat kepalanya berat, Clara semakin meradang karena Alin tidak menghiraukan nta, dia pun mencengkram kuat dagu Alin untuk menatapnya "sshhh,,." desis Alin menahan sakit akibat kuku Clara yang menekan dagu nya "LO DENGER KAN !!!" bentak Clara berang tepat di depan wajah Alin "hiks, hiks,, iya, iya aku denger" jawab Alin sesegukan Clara melepas cengkraman itu dengan seringaian puasnya, namun semua belum berakhir disini dia kemudian menyuruh kedua teman nya untuk membuka kancing baju seragam Alin sedangkan Clara sudah siap akan merekam video "ja-jangan kak, jangann" cegah Alin menangis histeris sambil terus berusaha menahan tangan-tangan yang mencoba membuka seragam nya "pegangin yang kenceng !!" perintah Clara sambil terus mengambil video proses pelecehan Alin dengan di iringi tawa mereka bertiga "hika,,ja-jangan lakuin ini kak, aku mohon, hiks,,hiks" isak tangis Alin tidak berarti bagi mereka. Sekarang kancing seragam Alin sudah terlepas semua menampilkan bra yang membungkus p******a Alin, Alin hanya bisa menangis dan pasrah karena kepalanya pusing di tambah kedua tangan nya di pegang kuat oleh kedua teman Clara "tolongg !! tolongg !!" teriak Alin di sisa-sisa tenaganya "jangan kak,, hiks, jangan" "teriak aja sekenceng kencengnya, nggak bakalan ada yang nolongin lo !" cibir Clara merasa menang "hiks,, hiks" "hahahah mampus lo !" "bagus juga body lo" puji teman Clara melihat tubuh Alin yang terekspos "gue bakalan sebarin video ini ka-" PRAK !! belum sempat Clara melanjutkan ucapannya handphone yang dia pegang sudah melayang ke lantai dan hancur tidak berbentuk karena di tangkis oleh seseorang.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN