Mulut ketinggalan

1897 Kata
Kedua teman Clara langsung pucat pasih melihat siapa yang datang dan menangkis handphone Clara, sedangkan Clara masih menganga menatap nanar handphone keluaran terbaru nya hancur tak berbentuk Clara langsung membalikkan badan dengan emosi yang sudah meluap, namun bibir merah Clara yang hendak mengumpati orang tersebut langsung bungkam berganti dengan mata membelalak kaget. "Da-dafi" kata Clara lirih dengan nada bergetar, mendapat tatapan sengit dari Dafi di tambah aura menakutkan dari tubuh lelaki itu. Al khadafi Pov. Selesai dari toilet gue ngecek ke halaman belakang karena biasanya pintu di halaman belakang dipakai anak-anak bandel kabur dari jam pelajaran ke dua, gue rutin lakuin ini karena cuman gue anggota osis satu-satu nya yang mereka takutin di sekolah ini, gue gak tau kenapa mungkin karena wajah gue yang gak pernah senyum, bodo amat lah. Halaman belakang kosong dan aman, namun saat gue mau balik badan gue denger suara tangisan seorang cewek, gue ngikutin suara samar-samar itu tanpa ada fikiran negatif, urusan belakangan kalau itu adalah kuntilanak. Tapi mana ada kuntilanak siang bolong. Kaki gue berhenti di depan gudang tua di halaman belakang sekolahan yang jarak nya cukup jauh dari sekolahan gue, gue tajemin lagi pendengaran gue dan dari dalem gue denger ada cewek teriak-teriak minta tolong. Tanpa fikir panjang gue langsung masuk ke gudang yang emang pintu nya gak kekunci itu, ada banyak ruangan di gudang ini dan gue milih ngikutin suara itu sampai gue berhenti di lorong yang hanya ada dua ruangan di sisi kanan gue "tolongg !! tolongg !!" suara itu makin jelas, gue jalan dengan perlahan mendekati salah satu ruangan "jangan kak,, hiks, jangan" "teriak aja sekenceng kencengnya gak bakalan ada yang nolongin lo !" dan kayaknya gak cuman ada satu orang di gudang ini, oke fiks ini orang bukan kuntilanak gue yakin suara itu ada di salah satu ruangan di sebelah kanan gue ini, gue langsung masuk dan gue syok lihat kelakuan anak Gdr Highschool yaitu Clara dan kedua b*****t b*****t nya, mereka lagi bully dan ngelecehin seorang siswi. Disana ada 4 cewek dan yang satu sedang nangis meronta karena ada dua cewek yang melucuti seragam sekolahnya, sedangkan cewek yang membelakangi gue lagi asik ngerekam aksi b***t itu. "Hiks,, hiks" "hahahah mampus lo !" "bagus juga body lo" ucap teman Clara saat melepas seragam cewek itu dengan paksa dan melemparnya kesegala arah, gue mendekat tanpa ada yang sadar ke datangan gue. "Gue bakalan sebarin video ini ka-" "PRAK !!" gue langsung nangkis ponsel dari tangan Clara sampai terjantuh ke lantai dan hancur. Al Khadafi Pov End. "Lepasin dia !" bentak Dafi menggeram marah kepada mereka bertiga, kedua teman Clara langsung melepaskan Alin dan seketika tubuh gadis itu luruh kelantai. "Da-daf gu-gue bisa jelasin" ucap Clara terbata bata sangat takut melihat aura Dafi, apalagi Dafi adalah anggota osis bagian ketertiban yang tidak pernah memandang siapa yang salah. "Dimana otak kalian !! kalian sekolah di sekolahan ternama tapi kelakuan kalian kayak binatang !!" bentak Dafi kepada Clara dan kedua temannya yang sudah menunduk ketakutan "Daf gue bisa jelasin" Clara mendongak menatap Dafi untuk membela dirinya sendiri "gue cuman ngasih pelajaran sama dia, dia anak baru tapi udah songong banget di sini Daf, gue cuman mau ngingetin posisi dia" lanjut Clara membenarkan perilaku jelek nya Dafi tidak memperdulikan ucapan Clara karena tatapannya tertuju kepada gadis yang duduk membelakangi mereka dengan punggung dan tali bra yang ter ekspos, dia langsung berlari menuju gadis itu, Alin "hiks,, hiks" suara tangisan pilu itu terdengar sangat menyayat di telinga Dafi "hey jangan nangis" nada Dafi berubah melembut "ja-ngan mendekat hiks,, hiks" perintah Alin dengan suara seraknya, dia semakin memeluk tubuhnya yang sudah setengah telanjang "tolong jangan mendekat, aku nggak pakek baju, ,hiks hikss, ak-aku" ucapan Alin terhenti saat dia merasa seseorang memakaikan kain untuk menutupi tubuhnya dari belakang. Alin hanya pasrah ketika dua lengan menariknya untuk masuk kedalam pelukan hangat orang tersebut membuat Alin semakin menangis tersedu-sedu. Kini Dafi hanya memakai kaos pendek polos karena seragam nya dia gunakan untuk menutupi tubuh Alin. Postur tubuh Dafi jauh lebih besar dari Alin sehingga seragam putih itu terlihat membungkus seperti selimut hangat. Alin terus menangis di pelukan Dafi, yang dia tau sekarang dia malu, kepalanya pening, dia saja tidak tau siapa yang memeluknya ini, tapi biarkan saja untuk saat ini Alin pasrah dengan keadaan karena memang dia sangat butuh sandaran. "Jangan nangis ada gue disini, apa ada yang luka?" tanya Dafi selembut mungkin, entah lah dia merasa aneh dengan sikapnya sendiri Alin menggeleng pelan, dia memang tidak terluka tapi kepalanya pening ditambah dia terlihat telanjang di depan lelaki, Alin sangat malu. Namun tenaga lemah nya membuat gadis itu tidak bisa berbuat apa-apa. "ssstt udah jangan nangis" Dafi terus mencoba menenangkan gadis di pelukannya itu "sekarang lo kancingin sendiri bajunya" perintah Dafi, kemudian dengan terburu-buru Alin segera mengaitkan kancing seragam yang melekat di tubuhnya, setelah Dafi memastikan tidak ada bagian badan gadis itu yang ter ekspos, dia langsung menggendong Alin bridal style. Dafi berhenti sejenak saat akan melewati Clara beserta kedua teman nya "urusan kalian belum selesai sama gue" desis Dafi dengan nada berat dan rendah, terdengar sangat menyeramkan. setelah itu Dafi melenggang pergi menuju Uks untuk memberi pertolongan kepada Alin. Dalam perjalan sekali-kali Dafi menatap gadis yang ada di gendongan nya itu, di wajah putih nya ada luka memar di kening, rambut sangat berantakan serta bibir pucat.  Dafi mempercepat langkah nya ketika dia rasa tubuh gadis itu semakin melemah. Semua murid menatap tidak percaya melihat Dafi menggendong seorang gadis, termasuk ketiga teman nya yang sedari tadi mencari Dafi. "e,eh itu Dafi kan ?" tunjuk Putra ke arah Dafi yang barusaja lewat melewati mereka "bawa siapa tuh ?? cewek ?" tanya Saga sambil memicingkan matanya, dia juga kaget melihat teman es nya membawa gadis untuk yang pertama kali. "Susulin yuk" ajak Gavin yang sudah berlari terlebih dahulu, dia juga penasaran dengan gadis yang di bawa Dafi. ******* Uks, Gdr school. Brak ! Dafi menendang pintu uks dengan kencang hingga terbuka menghantam tembok, di dalam ruangan ada petugas yang sedang menata obat, petugas bernama Galang itu kaget saat pintu di tendang oleh Dafi. Namun saat akan protes siapa yang melakukan itu Galang malah diam tidak bergeming melihat Dafi membawa seorang siswi dalam gendongannya "jangan diem aja, cepet periksa dia!" bentak Dafi marah kepada Galang yang hanya menatapnya heran saat menaruh Alin di atas ranjang "i-iya" jangan salahkan Galang yang menatap bodoh melihat Dafi membawa perempuan di gendongannya, karena rumor Dafi anti perempuan sudah menjadi cerita legend di sekolahan ini, bahkan para penggemar Dafi tidak ada yang berani mengungkap kan ketertarikan nya kepada lelaki es itu karena takut akan tatapan tajam dan ekspresi yang seperti patung manequen, datar. Bukan hanya itu Dafi selalu menghindar dan menangkis setiap sentuhan siswi atau wanita yang ingin mendekatinya, ketiga teman nya bahkan mempertanyakan kenormalan seorang Dafi, tapi lelaki es itu tidak berniat menjelaskan apa apa. Al Khadafi Pov. Perasaan apa ini ? kenapa gue panik ngeliat gadis kecil itu gak sadar sadar dari tadi, bahkan gue gak bisa ngontrol emosi gue buat nggak ngebentak Galang yang belum bisa menyadarkan gadis itu. Oke, mungkin karena rasa kemanusiaan aja gue jadi kayak gini, ehh ? tapi semenjak kapan gue punya rasa kemanusiaan sama cewek ? hilangkan perasaan aneh lo ini Daf, mending sekarang lo keluar dari ruangan ini Bisik gue dalam hati, gue langsung keluar dari ruang uks dan hampir menabrak ketiga temen gue yang udah berdiri menatap aneh ke arah gue "kenapa lo pada?" tanya gue menatap sinis ketiga temen gue Saga menempelkan punggung tanganya ke kening gue dan langsung gue tangkis dengan kasar, dipikir gue sakit kali. "gue sehat, bukan gue yang masuk uks" kata gue ketus, eh malah mereka bertiga senyam senyum gak jelas, udah gejala nih mereka. "Kita tau kok bukan lo yang masuk uks, tapi seorang gadis yang di gendongan lo tadi kan ?" nada Putra mengejek gue sambil menaik turunkan kedua alisnya, sialan jadi mereka lihat gue tadi. "Siiapa yang lo bawa tadi ?" tanya Saga antusias, gue mendengus kasar kemudian menjawab "Alin" jawab gue singkat dan aneh nya mereka bertiga kaget dan langsung nabrak gue untuk masuk ke dalam ruang uks sampek gue terpental ke dinding, b*****t emang. Al-khadafi pov end. ******** "Kapan dia sadar ?" sudah kesekian kali nya Saga, Gavin dan Putra menanyakan hal itu kepada dokter keluarga Gavin. Iya,,setelah mereka bertiga masuk ke ruang uks dan melihat kondisi Alin ,Gavin memutuskan membawa gadis itu ke rumah sakit keluarganya agar mendapatkan pertolongan lebih intensif karena menurut Gavin perawatan uks sekolahannya kurang untuk kondisi Alin yang sangat lemah itu. "Jadi keinget adek gue" celetuk Putra yang sedari tadi memandangi wajah damai Alin yang sedang tidak sadarkan diri, Putra memiliki seorang adik perempuan yang kini masih kelas dua smp. Mendengar itu ekspresi Gavin menjadi sendu seketika, dia berharap gadis malang ini cepat sadar agar kasus Clara bisa di perberat atas kesaksian Alin sendiri, Dafi lah yang langsung melaporkan kejadian itu kepada polisi atas persetujuan pihak sekolah karena kelakuan Clara dan kedua teman nya sangat diluar batas. "Ini semua gara-gara lo Vin" tuduh Saga tiba-tiba "kok gue ?" tanya Gavin bingung "si Clara Clara itu kan cinta mati sama lo, dia esmosi karena lo ngusap kepala Alin, untung cuman ngusap jadinya cuman di jambak tapi kalau lo pegang tangan Alin pasti udah di potong sama Clara" "esmosi apaan ?" tanya Putra dengan bodohnya "EMOSI " ralat Saga kesal, karena terlalu sibuk menuduh Gavin lidahnya tidak sengaja typo. Gavin menghela nafas panjang, yang dikatakan Saga benar jika ini semua ada sangkut paut dengan dirinya, Gavin menatap telapak tangan nya sendiri dengan heran kenapa juga dia reflek mengusap kepala Alin waktu itu padahal baru beberapa menit kenal. Fikir Gavin dalam diam "udahlah gak usah saling menyalahkan, emang dasar nya biadab aja tuh cewek" celetuk seseorang dari posisi tak jauh dari mereka Saga Gavin dan Putra melihat kearah suara yang bicara tadi "gue kirain mulut lo ketinggalan Daf" ejek Putra yang membuat Dafi berdecak sebal, ngomong salah gak ngomong salah. Gavin dan Saga terkekeh pelan, Dafi sedari tadi memang ada di ruangan Alin duduk di kursi single sambil memainkan ponsel tanpa mengucapkan satu kata pun sejak Alin masuk ruangan ini "trus sekarang gimana ?? kita cari-cari di tas dia gak punya ponsel buat hubungin keluarganya, gue juga udah nyuruh bawahan gue buat nyari alamat rumah nya tapi kosong gak ada orang" tanya Gavin memulai pembicaraan serius "nggak mungkin kalau gue harus jagain dia, kalian tau sendiri adek gue sendirian dirumah" ucap Putra dengan sedikit menyesal, dia sebenarnya tidak keberatan jika di suruh menjaga gadis malang itu sampai sadar, tapi dia teringat adiknya yang sendirian dirumah karena kedua orang tua mereka keluar kota untuk bisnis. "Kita berempat nggak mungkin jagain dia sampai sembuh, gimana kalau gue nyuruh beberapa body guard gue buat jagain dia dari luar ruangan?" usul Saga di setujui Putra namun di tolak Gavin "trus kita biarin dia di ruangan ini sendirian??" tanya Gavin memikirkan kelanjutan nasib Alin yang tidak ada anggota keluarga nya sama sekali "ribet banget sih, kita udah bantuin dia trus kenapa juga harus jagain dia, cewek emang nyusahin" sembur Dafi dengan nada jengkelnya Ketiga temannya hanya menggelengkan kepala mereka melihat sikap asli temannya keluar lagi "kalian bertiga boleh pulang, biar gue yang jagain Alin, lagian ini juga masih ada sangkut pautnya sama gue" putus Gavin lebih baik begini fikirnya. "Lo serius Gav ?" tanya Putra meyakinkan "iya gue serius, gue nggak mungkin ninggalin dia dalam kondisi kayak gini apalagi gak ada keluarga nya disini" balas Gavin lalu melihat ke arah Alin yang masih tertelap "yaudah, udah ketemu kan solusinya ? gue cabut dulu, bay" Dafi langsung berdiri dan melenggang pergi begitu saja "temen siapa sih tuh?" tanya Saga mengerutkan keningnya terheran heran menatap lelaki yang baru saja keluar "nggak tau" jawab Putra sekenanya "temen lo ya Vin?" tanya Saga ke Gavin yang menggeleng cepat lalu sedetik kemudian mereka bertiga tertawa terbahak-bahak menyadari ke lucknut an diri mereka sendiri yang enggan mengakui Dafi sebagai teman.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN