Mata indah yang sudah tertutup selama hampir enam jam itu perlahan terbuka, mata indah itu mengerjap beberapa kali kemudian menelurusi sekelilingnya. Ruangan serba putih, selang infus di tangan nya dan seorang lelaki sedang tidur terlentang dengan tangan kanan sebagai penutup wajahnya
setelah beberapa menit mengumpulkan memory kejadian apa yang sampai membuatnya terawat di ruangan putih itu dia lalu teringat dengan kondisinya yang sempat setengah telanjang, tanpa sadar kedua mata nya mulai memanas hingga tetesan demi tetesan keluar dari sana.
Gavin yang baru saja akan memasuki dunia mimpi sedikit terganggu oleh isakan kecil dari bibir Alin, terpaksa dia membuka mata kemudian mengernyit sembari melihat ke arah Alin yang tidur membelakanginya. Kerutan di kening Gavin semakin dalam ketika dia lihat punggung Alin bergetar, gadis itu menangis ??
"Lin,, " tegur nya membuat tubuh Alin menegang kaget
"Lo kenapa ?" tanya nya lagi sambil beranjak mendekati ranjang Alin, karena tidak ada respon dia memutuskan untuk memutari ranjang Alin dan kini sudah bisa melihat wajah gadis itu
"apa ada yang sakit ?? gue panggilin dokter ya?" tanya Gavin cemas
Alin hanya menggeleng pelan sambil menatap ke arah nya, mata nya memerah, pipi dan hidungnya juga merah karena habis nangis tapi pemandangan itu terlihat sangat menggemaskan di mata Gavin.
"Terus kenapa nangis ?? , cerita dong sama gue" Gavin menarik kursi kemudian duduk disana bersiap mendengarkan apapun yang akan Alin katakan.
Tangisan gadis itu membuat nya merasa sangat iba, mungkin dia sedih karena perlakuan Clara tadi. Ingatkan Gavin untuk memberi mereka pelajaran setimpal.
"Kakak yang nolongin aku ?" tanya Alin dengan suara seraknya
Gavin menggeleng pelan
"bukan gue, tapi temen gue, kenapa ?" balas nya dengan senyum tipis
"e, eh jangan nangis dong !" pekik Gavin panik ketika tangisan Alin semakin menjadi-jadi
apa gue salah ngomong ?
"pasti temen kakak lihat kondisi aku yang--"
"dia nggak lihat, dia cuman lihat punggung lo doang, lo gak usah khawatir dia mikir aneh aneh, dia anak nya baik kok"
Gavin langsung menyela ucapan Alin karena tau apa yang Alin maksud adalah kondisi setengah telanjang yang Dafi ceritakan tadi.
Kenapa gue yakin kalau Dafi gak bakalan aneh-aneh ya karena gue sendiri gak yakin kalau temen gue suka sama cewek, haha
stop Vin kok lo malah ketawa di kondisi kayak gini !!
"beneran ?" tanya Alin sedikit memicingkan matanya yang mana terlihat semakin menggemaskan
astaga nih cewek terbuat dari apasih
"iyaa, lo bisa tanyain sama dia sendiri" balas nya meyakinkan
"kak aku harus pulang, makasih udah jagain aku" Alin bergerak cepat hendak mencabut selang infus nya
"eh gak bisa gitu dong kondisi lo masih lemah Lin" cegah Gavin menahan gerakan tangan Alin
"tapi ibu aku sendirian dirumah kak" jawabnya hampir menangis lagi
Gavin terdiam sejenak, otak nya memutar kejadian beberapa saat lalu ketika dia mendapat info dari para pengawal nya.
"Lin tadi gue udah suruh orang kerumah lo tapi disana sepi" kata Gavin
"ibu di kamar kak, dia sakit dia nggak bisa kemana mana" balasnya dengan nada panik
astaga, kok gue bodoh banget nggak nyuruh bodyguard gue lihat kondisi dalam rumah
"oke oke, lo jangan kemana mana gue bakalan nyuruh beberapa bawahan gue buat jagain ibu lo dan dua perawat buat ngerawat ibu lo, sedangkan lo harus tetep disini sampek sembuh, ibu lo nggak bakalan suka lihat kondisi lo kayak gini" bujuk Gavin sedikit negoisasi
tubuh Alin kembali terlentang dengan helaan nafas pasrah
"tapi jangan bilang kalau aku di bully ya kak, dia bakalan sedih, bilang aja kalau aku cuman kecapek an dan harus di rawat sehari aja" ucapnya dengan wajah memohon ke Gavin
"iyaa" balas Gavin cepet
****
Mansion Nicholson
18:20
Rose sedari tadi tidak bisa tenang karena putra bungsunya tidak pulang, padahal sudah jam setengah tujuh malam dan seharusnya jam empat tadi Gavin sudah dirumah seperti hari hari biasa, telfon Gavin tidak aktif menambah ke khawatiran wanita baya cantik itu, dia takut terjadi sesuatu dengan putranya.
Nichol juga merasakan hal yang sama meskipun dia suka menjahili anak nakal nya itu tapi tidak bisa di pungkiri kalau dia sangat khawatir saat Gavin tidak pulang tepat waktu, sampai Nichol menyuruh sekitar lima puluh bodyguard andalan nya untuk mencari Gavin.
"Kemana anak itu" gumam Rose sambil mondar mandir dengan meremas jari tangan nya sendiri
"duduk lah sayang, kita tunggu saja kabar dari anak buah ku" Nichol merangkul Rose menuntun nya agar duduk di sofa, sedangkan Nichol berlutut di karpet menghadap ke Rose kemudia menggenggam dan mengecup seluruh jari Rose yang di remas tadi
"tenanglah tidak akan terjadi apa-apa dengan putra kita" ucap Nichol dengan lembut mencoba menenangkan Rose
"tapi Nic, dia gak pernah pulang telat tanpa pamit apalagi mematikan ponsel nya" jawab Rose dengan wajah sangat khawatir
"iya aku tau sayang, barang kali ponsel nya habis batre dan dia lagi ada kelas tambahan ?? jangan negatif thinking dulu ya" Nic mengusap pelan tangan Rose yang berada di dalam genggamannya
tiba tiba ponsel Nic berbunyi dia berdiri kemudian mengangkat telfon dari bawahan nya itu
"iya, bagaimana ?" tanya Nich dengan suara bariton tegas berbeda sekali nada bicaranya saat bersama Rose
Rose yang mengira itu adalah kabar Gavin segera ikut berdiri di samping Nich berharap ada kabar baik yang di sampaikan bawahan suaminya itu
"APA, Rumah sakit mana !!"
Rose dibuat kaget dengan nada tinggi suaminya, bukan itu tapi ucapan yang di katakan suaminya rumah sakit ? siapa yang sakit ?? tiba tiba d**a Rose sesak fikirannya melayang kemana mana, apa anaknya kecelakaan ? atau bagaimana ?? Rose meneteskan air mata lalu terduduk kembali di kursi dengan lunglai
"kita kerumah sakit sekarang" kata Nic setelah mengantongi ponsel nya kembali
"kenapa ?? siapa yang disana ? jangan bilang kalau itu putra kita Nic,, hiks" tanya Rose menatap sendu suaminya dengan air mata yang sudah mengalir deras
Nichole tersenyum tipis lalu menangkup wajah istrinya itu dan mencium kedua pipi yang dibasahi air mata Rose
"dengarkan aku sayang, Gavin baik baik saja dia dirumah sakit tapi bukan dia yang sakit" tangisan Rose seketika berhenti, dia menghapus air mata nya dengan cepat
"kamu tidak becanda kan Nich?" tanya Rose mengerjapkan matanya
Nichole merasa gemas ditatap seperti itu oleh istri kesayangannya ini, Nic punhanya menggeleng sebagai jawaban.
"Lalu siapa yang sakit?" tanya Rose lagi
"aku juga belum tau sayang, maka dari itu kita sekarang kesana, oke?"
Rose mengangguk cepat.
********
Gdr Hospital
19:45
Para pegawai yang berlalu lalang, menyapa dengan hormat pimilik rumah sakit dimana mereka bekerja, Nicholson menggandeng istrinya menuju ruang rawat VVIP yang berada di lantai 3 rumah sakit itu.
Sesampainya di depan pintu bernomor 101 Nichol membuka nya dan mereka langsung masuk tanpa mengetuk terlebih dahulu membuat Gavin yang sedang menonton televisi menoleh kearah pintu. Gavin melotot kaget mendapati kedua orang tuanya memberi tatapan horor sampai, lelaki tampan itu menelan dengan susah salivanya, dia melihat Rose berjalan mendekati Gavin kemudian menjewer dengan kencang telinga putra bungsu nya itu
"a-awwhh !! aduh, aduh sakit moom !" pekik Gavin kesakitan
"kemana ponsel kamu !! kenapa kamu disini, kamu bikin mom khawatir !" omel Rose dengan segala emosi dan kepanikan nya yang sudah dia pendam tadi
"aduuuhhh iya mom maaf, aku bakalan cerita tapi, aduuuhh lepasiin mom" Gavin terus mengaduh kesakitan sambil memegang tangan Rose yang menjewernya kuat, dia rasa telinga nya hampir lepas sekarang.
Rose melepas jewerannya sedangkan Gavin mengusap telinga yang kini memerah dan terasa panas
"Rose" tegur Nic pelan
"Apa !!" bentak Rose tanpa melihat kebelakang dia masih menatap tajam Gavin
"Rose lihatlah" perintah Nichol yang berada di belakang Rose
"Apasih Nic" geram Rose sembari berbalik badan, kedua mata nya membulat seketika melihat diruangan itu ada pasien terbaring di atas ranjang kini sedang menatapnya polos
Rose reflek cengengesan menahan malu
"ha-hai tante" sapa Alin canggung
"haii nak" balas Rose lembut kemudian dia melirik Gavin tajam
"ke-kenapa kamu gak bilang kalau disini ada pasien Gav" desis Rose kesal
"lah salah siapa mami langsung nyerang aku" jawab Gavin kesal
"sekarang jelaskan Gav" perintah Nichol dengan tegas
Gavin menghadap kedua orang tua nya kemudian menceritakan semua kejadian dari awal sampai akhirnya dia memutuskan menemani Alin karena tidak ada anggota keluarga yang bisa dihubungi, dia juga bilang bahwa batrai ponsel nya habis.
"Kamu membuat mami khawatir sayang" ucap Rose melembut setelah mendengar penjelasan dari Gavin
"maaf mam" sesal Gavin, dia juga lupa mengabari keluarganya walau hanya sekedar lewat telepon rumah sakit karena sedang asyik menonton balapan motor Gp sejak tadi
"jadi kamu anak pindahan yang terpilih karena beasiswa ?" tanya Nichole kini sudah duduk di kursi samping ranjang Alin
"iya om, maafkan saya sudah merepotkan" jawab Alin merasa tidak enak sudah sangat merepotkan keluarga Gavin
"minggir Nic !"
Rose langsung mendorong Nichol agar berdiri dan menggantikan posisi Nich duduk di samping Alin, Nichol hanya tersenyum geli melihat tingkah istrinya sangat antusias kepada Alin.
"Tidak apa apa sayang, kami tidak merasa di repotkan sama sekali" ucap Rose meyakinkan gadis itu dengan senyuman di wajah cantiknya
"terimakasih tante" jawab Alin membalas senyuman Rose tak kalah manis
mulut Rose ternganga melihat senyuman Alin yang menurutnya sangat manis dan menggemaskan
"ya ampun Nic, lihatlah dia manis sekali kalau tersenyum" pekik Rose kegirangan
"iya sayang" jawab Nic menyetujui ucapan Rose yang sesuai fakta
Gavin menatap sendu reaksi Rose yang sangat antusias kepada Alin, mami nya itu sangat ingin punya anak perempuan tapi karena kecelakaan beberapa tahun lalu membuat Rose harus mengubur dalam keinginannya itu karena di vonis tidak bisa hamil lagi.
******
Sudah satu jam yang lalu Nichol dan Rose pamit pulang, sedangkan Gavin memutuskan untuk tidur diruangan Alin dengan menelfon Dafi untuk menemaninya juga, karena perintah Nichol yang tidak mengizinkan mereka berdua tidur dalam satu ruangan.
"Ganggu orang tidur aja" gerutu Dafi sambil merebahkan dirinya di sofa panjang, saat Gavin menelfon dan meminta nya kerumah sakit Dafi sudah akan terlelap dalam tidur. maka nya sekarang lelaki es itu menggerutu kesal dari tadi karena tidak bisa tidur lagi.
"Lo ngebacot mulu deh perasaan" balas Gavin mendengus malas
"lagian kenapa lo gak telfon Saga atau Putra aja sih, kenapa harus gue !!" bentak Dafi dengan nada kesal nya
"cuman nomer lo yang aktif" jawab Gavin santai
Alin yang melihat pertengkaran itu merasa tidak enak karena sudah mengganggu istirahat mereka berdua akhirnya dia angkat bicara
"mendingan kak Gavin sama kak Dafi pulang aja, aku disini sendiri gapapa kok lagian besok kan udah boleh pulang" celetuk Alin membuat Gavin langsung menatap tajam ke arah Dafi yang kini sudah membuang muka dan memilih tidur memunggungi mereka.
"Nggak usah mikirin gunung es ini Lin, dia emang kayak emak-emak"
"tapi aku beneran gapapa kak, kalian pulang aja pasti nggak nyaman tidur disini" jawab Alin merasa sangat sungkan
"kenapa nggak dari tadi siang aja ngomong kayak gini" sindir Dafi pedas masih dengan posisi memunggungi Gavin dan Alin.
Gavin menghembuskan nafas panjang, mulut teman es nya itu memang sangat pedas kalau bicara, ingin rasa nya dia sumpal dengan sandal saat ini juga.
"Ma-maaf kak" kata Alin lirih
"ck, lo diem deh Daf. Mulut lo itu lebih enakan diem dari pada ngebacot mulu nyakitin perasaan orang !" tegur Gavin yang sudah kelewat kesal dengan Dafi
"whatever" gumam Dafi masih terdengar oleh Gavin dan Alin
Gavin menggeleng lelah akan sikap Dafi kemudian memilih beranjak mendekati Alin, dia melihat wajah gadis itu terlihat sedih lagi dan Gavin tidak suka itu, entahlah dia sangat prihatin dengan kondisi Alin.
"Nggak usah dengerin dia, sekarang kamu istirahat ya" perintah Gavin sembari membenarkan selimut Alin, gadis itu mengangguk patuh dengan senyuman tipis di wajah nya.