6 | Kejar-Kejaran

1117 Kata
Setelah selesai makan dan mengganti pakaiannya. Gisa berencana untuk pergi dari mansion Angga secepatnya. Gisa hanya menunggu saat-saat Angga pergi bekerja. Tapi sudah dua jam menunggu Angga untuk pergi, tapi ia tidak juga kunjung pergi. Gisa hanya bisa berdiam diri di dalam kamar sambil memainkan ponselnya dan membaca buku. Sedangkan Angga sibuk melihat ke arah laptopnya. Sesekali Gisa mengawasi gerak-gerik Angga yang dikiranya mencurigakan. "Mmm ... Pak, saya mau keluar sebentar." ujar Gisa dan berlalu keluar dari kamar. Seketika Gisa merasa lega setelah keluar dari ruangan itu. Berlama-lama di satu ruangan yang sama dengan Angga, membuat Gisa semakin tertekan. Tapi sepertinya ia memang belum bisa menjauh dari Angga, karena Gisa merasa ada seseorang yang mengikutinya, dan saat melihat ke belakang, ternyata benar, Angga berada tepat di belakangnya. "Kenapa bapak mengikuti saya?" tanya Gisa kesal. Padahal ini kesempatannya untuk kabur dari sana. Tapi kenapa Angga malah mengikuti ke mana ia pergi? "Aku khawatir kamu tersesat atau yang lebih parahnya kamu malah kabur." jawab Angga terus terang. "Lagian ngapain juga saya di sini? Jadi lebih baik bapak biarkan saya pergi." terang Gisa. "Tidak, kalau tujuan kamu memang untuk kabur, lebih baik kamu di dalam kamar saja." ujar Angga dan langsung menggendong Gisa seperti karung beras untuk kembali ke dalam kamar mereka. Gisa meronta ronta untuk minta diturunkan, tapi Angga malah menurunkan nya di atas kasur dan mengunci pintu. "Mau bapak apa sih sebenarnya? Saya bingung, pak! Padahal saya sudah tidak punya apa-apa lagi. Apa yang mau diharapkan dari saya?" tanya Gisa kesal. Sekarang dia merasa sedang dikurung di penjara. "Mau aku cuma satu, kamu tinggal di sini." jawab Angga berdiri tepat di hadapan Gisa yang sedang duduk di atas kasur. "Nggak, saya nggak mau. Lebih baik saya jadi gelandangan dari pada tinggal di sini." terang Gisa kesal. Seketika Angga menatap tajam ke arahnya. Dengan satu langkah, Angga sudah berada di atas kasur . Sedangkan Gisa mencoba untuk menjauh dari Angga yang sudah mulai semakin dekat dengannya. "Apa yang mau bapak lakukan? Jangan dekat-dekat." ujar Gisa mulai takut. Saat sudah sangat dekat, tiba-tiba ponsel Angga berbunyi. Dengan sangat kesal Angga turun dari kasur dan mengambil ponselnya kasar. Berbeda dengan Gisa yang merasa lega dan tertolong oleh sang penelepon. Siapapun itu, Gisa sangat berterima kasih. Setelah Angga mengangkat telepon nya, Angga langsung mengganti pakaiannya dengan pakaian khas kantoran. Seketika Gisa tersenyum senang. Akhirnya dia bisa kabur karena Angga tidak berada di sini. Tapi, tanpa ia duga, Angga malah kembali menggendongnya seperti kantong beras, dan membawanya masuk ke dalam mobil. "Bapak mau bawa saya ke mana? Turunkan saya, pak?" tanya Gisa kesal. "Ke kantor." jawab Angga singkat tanpa melihat ke arah Gisa. "Jangan bercanda! Buat apa bapak bawa saya ke sana?" tanya Gisa yang tak habis pikir dengan Angga. "Aku ada urusan penting, jadi aku tidak bisa meninggalkan kamu begitu saja di mansion. Aku tahu kamu sudah lama menunggu moment aku pergi bekerja, kan?" Tebak Angga tepat sasaran. Gisa hanya memutar bola matanya jengah dan melihat keluar mobil. Gisa tidak tahu apa yang akan terjadi padanya untuk ke depannya. Baru segini saja dia sudah merasa sangat lelah menghadapi sikap Angga yang suka seenaknya, apalagi beberapa hari ke depannya. Bisa-bisa dia mati karena banyak pikiran dan tertekan dengan semua keadaan yang ada. Jauhnya perjalanan yang mereka tempuh, akhirnya mereka sampai di kantor Angga dengan selamat. Saat Angga keluar dari mobil nya, Gisa hanya diam tanpa melihat dan mempedulikan Angga. Dan saat Angga membukakan pintu untuk Gisa. Gisa langsung menendang pintu yang membuat Angga langsung merintih kesakitan. Tanpa membuang buang kesempatan yang sudah di depan mata, Gisa langsung berlari dengan kaki kosong menelusuri jalan yang tidak dia ketahui. Saat ia menaiki anak tangga, Gisa menyempatkan diri melihat ke bawah. Betapa terkejut dan takutnya dia saat melihat Angga mengejarnya dengan sangat cepat. Dengan mengandalkan tenaga yang masih tersisa, ia kembali berlari menaiki tiap-tiap anak tangga. Sampai ia berlari menelusuri lorong yang di mana banyak karyawan yang sedang bekerja dan berlalu lalang. Banyak orang yang menatap heran ke arah nya yang masih memakai baju tidur sedang berlari ketakutan di lorong perusahaan. Merasa sangat lelah, Gisa berhenti sejenak dan melihat ke arah belakangnya. Jantungnya seakan benar-benar akan berhenti berdetak saat melihat Angga yang sudah sangat dekat dengannya. Dengan tenaga yang masih tersisa, ia mencoba untuk tetap melarikan diri. Tapi saat melihat ke belakang, Angga benar-benar sudah berada di belakangnya dengan nafas yang terengah-engah. Saat tangan Angga menggapai pinggang Gisa, Gisa berteriak dan mencoba mendorong Angga yang sudah menarik pinggangnya. Karena lelah dan dorongan dari Gisa, akhirnya Angga hilang keseimbangan dan terduduk di atas lantai dengan Gisa yang berada di pangkuannya. Angga masih memeluk pinggang Gisa dengan Gisa yang masih meronta-ronta minta dilepaskan. Karyawan yang berada di sana melihat Angga dan Gisa dengan tatapan bingung. Bahkan ada yang iri melihat kedekatan mereka. "Lepas lepas lepas .." teriak Gisa sambil mencoba melepaskan pelukan Angga di perutnya. Bukannya melepaskannya, Angga malah tambah mengeratkan pelukan nya dan membenamkan wajahnya di leher Gisa sambil mencoba menetralkan napasnya yang masih terengah-engah. "Kamu mau coba-coba lari lagi? Jangan harap." ujar Angga. "TOLONG ... DIA MAU CULIK SAYA ... TOLONG." teriak Gisa. Bukannya menolong, orang-orang di sana malah terlihat ketakutan dan kembali bekerja. Gisa yang merasa heran pun, melihat ke arah Angga yang memelototi karyawan yang sedang melihat ke arah mereka. "Kamu mau minta tolong sama siapa di sini? Di sini aku bos nya, apa kamu pikir mereka mau membantu kamu untuk kabur dari aku?" tanya Angga merasa menang. "Aduh capeknya." rengek Gisa menetralkan napasnya. "Siapa suruh kamu melarikan diri?" tanya Angga. "Lagian bapak kenapa mengejar saya?" tanya Gisa balik. "Karena kamu lari, makanya aku kejar." jawab Angga. Gisa hanya membuang napas gusar menanggapi tingkah Angga yang suka seenaknya. Angga berdiri dan menarik tangan Gisa untuk mengikutinya. Bukannya menurut, Gisa malah menahan tangannya agar tidak tertarik oleh Angga. Angga menatap Gisa dengan tatapan tajam. Kali ini bukannya takut, Gisa malah balik memelototi Angga dengan matanya yang agak sipit. Angga malah tertawa melihat wajah Gisa yang menurutnya bukan menakutkan, melainkan sangat lucu dan menggemaskan. Tanpa membuang buang waktu lagi, Angga kembali menggendong Gisa seperti kantong beras. "Turunkan saya, pak! Kenapa bapak selalu melakukan hal ini kepada saya? Saya bukan beras, pak." tanya Gisa sambil memukul-mukul punggung Angga. Bagi Angga pukulan Gisa bukan apa-apa. Dia tidak merasakan sakit sedikit pun. Tanpa putus asa, Gisa masih berusaha agar Angga menurunkan nya. Dia juga merasa sangat malu saat ditonton oleh banyak orang. Dan pada akhirnya Angga menurunkan Gisa di dalam ruangan nya. Tapi Angga malah keluar dan mengunci Gisa di dalam ruangan nya yang sangat luas itu. Gisa meneriaki dan melontarkan kata kata kotor dan kasar pada Angga. Angga hanya tersenyum dan pergi menuju ruangan rapatnya. Kali ini Angga tidak akan membiarkan Gisa untuk kabur lagi. Tidak akan pernah.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN