Chap 7

1184 Kata
Pagi hari di kerajaan Wizard semua orang tengah berkumpul di aula istana. Reynald duduk di salah satu kursi barisan sebelah kanan dan Brian berdiri di sampingnya kirinya. Reynald duduk dengan tenang sambil meminum darah yang di sediakan. "Aku sebagai Raja dari kerajaan Wizard berterimakasih kepada pangeran Reynald dari kerajaan Lucifer yang sudah membantu kami mengalahkan pemberontak. " Lord Alvian menjeda sebentar "sebagai ungkapan rasa terimakasihku aku akan memberikan hadiah kepada pengeran Reynald. " Rey menatap Lord Alvian tidak berminat sama sekali dan memasang wajah yang sangat datar. "Aku akan memberikan putriku Velerie sebagai hadiah kepada pangeran Reynald." Rey yang sedang duduk bersandar di kursi tiba-tiba duduk tegak. Valerie yang mendengar ucapan ayahnya tersenyum senang. "Aku menolak. " Sebelum Lord Alvian mengatakan hadiah tersebut Renald menolak dengan singkat, padat, dan tegas. Lord Alvian tidak menyerah dan mencoba membujuknya kembali. "Pangeran anda tidak boleh menolak hadiah dari kami, selain itu kerajaan lain sering melakukan hal yang sama dan pangeran harus menerimanya seperti pangeran yang lainnya. " Reynald mencoba mengatur emosinya yang sudah naik ke ubun-ubun dan detik berikutnya dia menyeringai dengan ide yang ada dikepalanya. "Baik tapi aku akan menerima putrimu dan akan aku jadikan pelayan pribadi untuk mateku. " Menyadari perubahan wajah putrinya Queen Angela angkat suara "Anda tidak boleh melakukan itu pangeran, anda harus menjadikanya istri anda. " "Hah?Aku hanya akan menikah dengan mateku. " Reynald hampir meledak terbukti dari matanya yang berubah warna dari hitam menjadi merah kemudian kembali lagi. "Putriku sangat cantik, belum tentu mate anda bisa secantik Putri kami. Bisa saja mate anda adalah seorang w***********g yang selalu tidur dengan pria manapun dan mungkin saja ia akan memanfaatkan anda untuk tujuan liciknya, atau mungkin ia adalah mata-mata musuh yang sedang mencari in-" Prang... Seluruh jendela di ruangan itu pecah karena kemarahan Reynlad sehinga mebuat Lord Alvian berhenti berbicara karena kaget. Telinganya tersa sangat panas mendengar makian dari Lord Alvian yang menjelek-jelekkan matenya "Tutup mulutmu. Aku tidak akan menerima hadiah darimu dan jangan menjelek-jelekkan mateku. " Bukanya berhenti Lord Alvian malah mengancam "Jika anda menolaknya makan kerajan Lucifer dan Wizard akan berperang. " Ancaman Lord Alvian tidak membuat Reynald taku dan malah semakin memancing emosinya naik. "Tidak perlu berperang aku sendiri bisa menghancurkan istana ini dengan beberapa detik saja jika aku mau. " Perkataan lord Alvian semakin keterlaluan. "Saya hanya mengatakan yang saya pikir kan tentang mate anda dan itu bisa saja benar mate anda adalah w************n. " Sret... Bruk... Bledar... Rey melesat mendekati Lord Alvian dan mencengkram kerah bajunya lalu melemparnya hingga menabrak tembok dan membuat tembok tersebut berlubang dan retak. "DENGAR BAIK-BAIK, JIKA KALIAN MENGHINA MATE KU AKAN AKU LENYAPKAN KALIAN." Rey berteriak mengancam. Seluruh istana bergetar dan retakan besar menjalar disemua sisi. "Kita pulang. " Brian hanya mengangguk patuh dan pergi mengikuti Rey yang sudah melangkah melewati portal. Valerie tidak menyerah "Ibu aku hanya menginginkan pangran Reynald aku tidak mau yang lain titik. " "Sabarlah sayang, minggu depan kita akan pergi mengunjungi kerajaan Lucifer dan kita akan menjodohkanmu. " Queen Angela mencoba membujuk anaknya lalu pergi menghampiri Lord Alvian yang pingsan. ❁❁❁❁❁ "Noan. " Riri memangil majikanya yang sedang membaca buku. "Pangeran baru saja kembali dari Istana Wizard. " Adriana cepat-cepat menutup buku tebal yang ia baca. "Benarkah, dimana dia? " semenjak Rey pergi meningalkan istna dia selau meikirkanya. Adriana tahu bahwa ia mulai menyukai Reynald. Gadis mana yang tidak luluh dengan sang pangeran kerajaan Lucifer yang selalu meperhatikanya, menyediakan apa yang ia butuhkan, selalu bersikap lembut walau kadang dingin.  Adriana juga tidak tahu kenapa ia sangat cepat menyukai Reynald padahal dia masih memiliki seorang kekasih di dunia manusia dan selama di sini ia tidak pernah memikirkannya bahkan hampir melupannya. "Pangeran sedang menuju kemari. " Adriana langsung berlari keluar dari Reynald. Ia sedikit kesulitan karena gaun yang ia gunakan. "Nona anda jangan berlari, anda bisa jatuh. " Riri dan para pelayan lainya mengejar Adriana. Adriana terus saja berlari sehinga ia menginjak bagian depan gaunya dan hampir terjatuh ke depan. Hup... Reynald datang dan menangkap tubuh Adriana yang hampir jatuh "Apa yang kau lakukan hmm? Kenpa kau berlari-lari? Kau tahu kau bisa jatuh, bagaimana jika kau terluka? " Bukanya menjawab Adriana malah melompat dan memeluk pria di depannya. Reynald meringis nyeri saat tubuh Ana menubruk tubuhnya. Mendengar ringisan tersebut Adriana melepaskan pelukannya. "Rey, apa kau baik-baik saja? " Melihat raut wajah Adriana yang khawatir Reynald langsung memegang perutnya. "Kau tahu, kemarin aku tertusuk pedang di bagian perut. " Mata Adriana terbelalak mendengar penjelasan tersebut. Reynald tersenyum karena ide jahinya berhasil. Tidak ada salahnya bukan jika menjahili matenya yang terlalu polos itu. "Buka bajumu. " Adriana memerintahkan dengan wajah datar Reynald mengangkat alisnya tidak mengerti dan gadis itu memperjelas ucapannya. "Aku hanya ingin melihat lukamu.” "Sebaiknya kita ke kamar,” Reynald memegang tangan Adriana dan menariknya ke kamar. Sampai di kamar Reynald membuka bajunya memperlihatkan tubuh atletisnya dan perban yang membungkus perutnya. Ariana melangkan maju dan membuka lilitan perban di perut Reynald dengan hati-hati. Setelah perban terbuka terlihat luka yang masih menganga yang hampir membuat Adriana pinsan karena luka yang dalam. "Rey perutmu." "Sebentar lagi juga akan sembuh dan ini sudah biasa." Matanya mulai berkaca dan Adriana hampir menumpahkan seluruh cairan bening yang berdesakan ingin keluar. "Sudah biasa katamu? Aku sangat takut saat melihat luka ini dan kau bilang biasa? " Adriana hampir saja menjerit karena takut terjadi sesuatu kepada Reynald. Reynald yang melihat Adriana menangis membuatnya merasa bersalah. "Jangan menangis, aku baik-baik saja. Nanti aku akan memerintahkan tabib untuk membawa obat karena aku tidak bisa menyembuhknya dengan kekuatkanku karena pedang yang di gunakan musuh bukan pedang sembarangan. " Reynald menghapus air mata di pipi Ana dengan ibu jarinya. "Kalau begitu tunggu apa lagi cepat minta obatnya.” Adriana mendesak dengan tidak sabar. "Bagaimana jika darahmu saja?itu akan membuat luka ku sembuh lebih cepet.” Renlad menatap leher jenjang Adriana dengan penuh nafsu. Matanya bahkan sudah berubah menjadi berwarna merah  "Untuk apa? Rey, kau seorang demon bukan vampire! " "Seorang demon akan membutuhkan darah matenya agar staminanya kembali. " "Tapi apa itu sakit? " pertanyaan polos Adriana membuat Reynald terkekeh. Adriana yang melihat Reynald terkekeh wajahnya langsung merona. Demi apapun yang ada didunia ini yang menciptakan pria didepannya dia akan sangat-sangat berterimakasih. "Ya, itu akan sedikit sakit. Jadi, apa kau mau? " Adriana menimbang-nimbang apa yang di katakan Reynald lalu melihat luka diperut Reynlad. "Apa jika meminum darahku lukamu akan sembuh? " Reynald mengangguk. "Kalau begitu aku tidak keberatan, sebagai gantinya aku ingin mengunjungi duniaku." "Aku akan pergi denganmu tapi kita hanya akan seminggu saja di sana karena dua minggu lagi aku akan bersekolah. " Sekolah? " Adriana membeo. Rey mengangguk. Dia menatap Reynald dengan mata berbinar senang."Apa aku juga bisa bersekolah? " "Ya, sebelum itu kau akan melakukan upacara pembangkitan." Suaranya sedikit lebih berat dan matanya semakin terang karena haus. "Pembangkitan apa? " Sret... "Nanti kau akan tahu sendiri sayang, aku haus. " Reynald memeluk pinggang Adriana. ia mengecup tengkuk Adriana lalu menjilatnya "Bersiaplah aku akan meminum darahmu. " Adiana menjerit saat taring itu menembus kulitnya. Reynald meminum darah Adriana dan kemudian matanya terbelalak karena rasa darahnya yang manis. Luka di perut Rey perlahan menghilang. Perlahan kesadaran Adriana mulai menipis dan ia pingsan dalam pelukan Reynald. Reynald menyudahi aktivitasnya dan membaringkan tubuh Adriana diranjang lalu ia juga membaringkan tubuhnya. Tangannya memeluk pinggang Adriana possessive dan ia mulai memejamkan matanya untuk menjelajahi alam mimpi. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN