bc

Kaisar Iblis Ayzen

book_age18+
3
IKUTI
1K
BACA
dark
reincarnation/transmigration
no-couple
highschool
rebirth/reborn
war
like
intro-logo
Uraian

Di dunia di mana sihir menentukan kekuasaan dan status, nama Ayzen pernah mengguncang tujuh langit sebagai Kaisar Iblis, penguasa ilmu terlarang dan penguasa dunia bawah yang ditakuti para raja dan disembah oleh iblis. Namun, pada puncak kekuasaannya, ia dikhianati oleh orang terdekatnya dan disegel bersama jiwanya dalam gulungan terlarang.Seribu tahun kemudian dalam tubuh seorang pelayan muda rendahan bernama Ryl, Kaisar Ayzen bangkit kembali. Dunia telah berubah, namun ketamakan dan pengkhianatan tetap sama.Dengan kenangan kehidupan lamanya dan semua ilmu sihir gelap yang telah ia kuasai, Ayzen memulai kembali langkahnya… bukan untuk balas dendam semata, tapi untuk menghancurkan sistem dunia yang membusuk, dan membentuk dunia di mana kekuatan sejati tidak bisa ditentukan oleh kelahiran, bangsawan, atau kemunafikan.Diburu oleh sekte cahaya, para bangsawan, dan bahkan makhluk surgawi yang takut pada kebangkitannya, Ayzen tetap melangkah dingin, kejam, dan tak terhentikan."Kebenaran adalah apa yang bisa aku pertahankan dengan kekuatan.""Jika dunia ini sakit... maka biarkan aku menjadi penyakit yang lebih besar."

chap-preview
Pratinjau gratis
Bab 1
Langit di atas Kerajaan Valtheria diselimuti awan kelabu. Petir menyambar jauh di pegunungan, menggema hingga ke menara-menara akademi sihir yang tinggi dan sunyi. Di salah satu ruangan bawah tanah yang tersembunyi di balik labirin istana, seorang pria muda berdiri di tengah lingkaran sihir merah darah. Tubuhnya kurus dan penuh luka. Matanya tajam, menatap lurus ke arah gulungan kuno yang terbuka di hadapannya. Cahaya merah dari simbol-simbol sihir kuno memantul di irisnya yang gelap. "Aku sudah membaca semua naskah terlarang. Tapi yang ini... berbeda," gumamnya. Ia bernama Ayzen Virell, penyihir yang dikenal sebagai anak yatim tanpa nama. Namun mereka tidak tahu bahwa Ayzen menyimpan sesuatu yang bahkan para tetua sihir pun tidak bisa pahami. Darahnya menetes ke tanah. Lingkaran sihir bereaksi. Udara menjadi berat. Dinding batu di sekitar mulai retak pelan. "Kutukan Jiwa Satu Miliar," suara dari dalam gulungan terdengar seperti bisikan ribuan roh. "Harga dari pengetahuan ini... adalah hidupmu." Ayzen tidak bergeming. Ia menggenggam d**a kirinya, di mana segel sihir yang tertanam sejak bayi mulai berdenyut hebat. "Aku tidak peduli," ujarnya dingin. "Beri aku kekuatan. Aku akan membayar dengan segalanya." Kilatan cahaya merah menyambar ruangan. Bayangan-bayangan berteriak dari gulungan. Roh-roh jahat, monster-monster dimensi, dan raja iblis yang sudah lama mati bangkit dalam bentuk memori. Tapi di tengah kekacauan itu, satu suara menembus segalanya. Tenang, dalam, dan dingin. "Jadi kau akhirnya memanggilku." Ayzen menoleh. Sosok berjubah hitam dengan mata perak berdiri di sana. Tidak benar-benar hidup, tapi tidak pula mati. "Siapa kau?" tanya Ayzen. "Aku adalah kau... yang lain. Aku adalah Raja Neraka Ketujuh, yang disegel dalam gulungan ini sejak ribuan tahun lalu. Dan kini, karena tubuhmu mengizinkan, aku akan bangkit melalui darahmu." Ayzen menatap sosok itu tanpa rasa takut. "Kita bisa bicara nanti. Sekarang... ajari aku cara membunuh semua orang yang mengkhianatiku." Sosok itu tertawa pelan. "Baiklah, Ayzen. Maka pelajarilah seni sihir terlarang. Dunia ini akan menyesal membiarkanmu hidup." Saat itu, jiwa Ayzen terkoyak. Tapi dalam kehancuran itu, kekuatan baru lahir. Tubuhnya terbakar oleh sihir kuno. Segel-segel pelindung di dalam dirinya hancur satu per satu. Ingatan dari kehidupan lampau yang bukan miliknya mulai masuk. Jurus-jurus iblis, mantra pembalik waktu, ilmu peredam jiwa. Ayzen rebah di lantai, napasnya berat. Tapi saat ia bangkit, matanya tidak lagi sama. Dunia baru saja melahirkan iblis dalam wujud manusia. Dan balas dendamnya baru saja dimulai. Dua hari telah berlalu sejak Ayzen membuka gulungan terlarang di bawah istana tua. Dunia di atas tidak berubah. Matahari tetap terbit, para bangsawan tetap berdusta, dan para tetua sihir masih menatap langit dengan kebanggaan kosong. Tapi di bawah tanah, sesuatu telah bangkit. Ayzen berjalan perlahan di lorong-lorong tua istana Akademi Virellon, mengenakan jubah abu kusam dan penutup wajah. Tak ada yang menyadari bahwa pemuda tak dianggap itu kini membawa ingatan dan teknik dari Raja Neraka Ketujuh, pemusnah sembilan negeri dalam satu malam. Setiap langkahnya terukur. Tatapannya kosong. Tapi dalam dadanya, sihir kuno terus berdenyut dan hidup seperti napas baru. Ia memasuki Aula Selatan, tempat kelas umum para penyihir tingkat rendah. Beberapa murid meliriknya dengan tatapan menghina. "Masih hidup rupanya, tikus parit itu," bisik salah satu dari mereka. Tawa kecil menyusul kata-kata itu. Ayzen tak menanggapi. Tapi di dalam pikirannya, nama-nama mereka sudah terukir. Tak jauh dari sana, seorang lelaki tua berkepala botak berdiri di tengah ruangan. Guru sihir elemen dasar, Master Kern. Tatapannya sinis saat melihat Ayzen. "Kau di sini lagi, Virell? Aku tak melihat namamu di daftar murid. Kau sudah dikeluarkan, ingat?" Ayzen menunduk. "Maaf, Master Kern. Saya hanya ingin mendengar pelajaran dari luar. Saya masih ingin belajar." "Belajar?" Kern menyeringai. "Sampah seperti kau tak akan pernah memahami sihir. Bahkan anak-anak bangsawan yang bodoh pun lebih berharga dari keberadaanmu." Tawa pecah dari para murid. Ayzen berdiri diam seolah menerima semuanya. Namun di balik ketenangan wajahnya, satu mantra terukir di telapak tangannya. Mantra keheningan jiwa, salah satu teknik pembungkam batin dari Raja Neraka. "Aku harus bersabar," pikir Ayzen. "Jika aku menunjukkan kekuatanku sekarang, mereka akan tahu. Dan orang itu yang menghancurkan keluargaku, pasti mengawasi dari kejauhan." Hari terus berlalu. Tapi setiap malam, Ayzen kembali ke ruang tersembunyi di bawah istana. Ia membaca, menghafal, melatih tubuh dan pikirannya. Roh Raja Neraka muncul di sampingnya, melayang seperti bayangan api dingin. "Kau berkembang cepat. Tapi ingat, kekuatan sejati hanya muncul melalui ujian darah. Kau harus membunuh untuk membangkitkan segel berikutnya." Ayzen menatap bayangan itu. "Siapa yang harus kubunuh dulu?" Raja Neraka tersenyum samar. "Ayahmu." Ayzen terdiam. "Ayahku sudah mati." "Tidak. Ia hidup. Dan dialah yang menyerahkanmu kepada para tetua. Ia menukar hidupmu dengan kursi di Majelis Agung." Jantung Ayzen berhenti sejenak. Lalu dingin kembali. "Kalau begitu," gumamnya perlahan, "dialah yang pertama." Malam itu, langit kota Virellon berwarna kelabu, seperti memantulkan isi hati seseorang yang akan menuntut kebenaran. Angin dingin membawa suara-suara langkah cepat yang menyelinap di balik dinding kota. Ayzen berdiri di depan pintu rumah tua di sisi barat distrik bangsawan. Rumah itu dulu megah, tapi sekarang tampak tua dan dilupakan, seperti kenangan yang ingin dihapus paksa. "Ini rumahku dulu," bisik Ayzen pada dirinya sendiri. Tangan kirinya menggenggam gulungan perak kecil. Isinya adalah salinan dari perjanjian yang ditandatangani oleh ayahnya, menyerahkan dirinya kepada Majelis Agung sebagai pengorbanan untuk menutup perang politik antar faksi. "Untuk kedudukan. Untuk kehormatan. Kau menjual anakmu." Ayzen membuka pintu tanpa mengetuk. Tak ada penjaga. Tak ada penerangan. Hanya keheningan yang berat. Tapi ia tahu, seseorang menunggunya di dalam. Di ruang utama, seorang pria berusia sekitar lima puluh tahun duduk sendirian. Rambutnya abu, jubahnya rapi, dan wajahnya tampak damai. "Putraku," ucapnya dengan nada datar. Ayzen menatapnya. "Jangan panggil aku seperti itu. Kita berdua tahu sebutan itu tak berlaku lagi sejak hari kau menyerahkanku." Ayahnya mengangguk pelan. "Kau masih hidup. Itu sudah di luar harapan siapa pun." "Kau tidak menyesal?" "Aku menyesal kau kembali." Ayzen tidak terkejut. Tidak marah. Ia hanya merasa kosong. "Aku ingin tahu satu hal," katanya. "Saat menyerahkanku, apa kau pernah ragu?" "Aku ragu apakah kau akan berguna bagi siapa pun. Kau lemah. Tak berbakat. Dan saat Majelis menawarkan kedamaian dengan syarat satu anak bangsawan dijadikan tumbal, aku tahu siapa yang harus dikorbankan." Ayzen mengangguk perlahan. "Terima kasih. Kau baru saja membuka segel kedua." Dari dadanya, cahaya merah tua memancar. Segel jiwa retak dan pecah, melepaskan aliran sihir yang terasa seperti darah mendidih. Ayzen melayang sedikit di atas lantai, dan matanya berubah menjadi merah menyala. Raja Neraka berbisik di benaknya. "Sakit itu manis. Hancurkan, dan kau akan tumbuh." Ayzen mengangkat tangannya. Jari-jarinya membentuk mantra kuno. "Flamma Doloris." Api hitam meluncur dari telapak tangannya dan mengenai dinding belakang ayahnya. Namun bukan untuk membunuh. Hanya memperingatkan. "Aku tidak akan membunuhmu sekarang," kata Ayzen. "Karena kutukan ini akan membakar jiwamu perlahan. Dan suatu hari, saat kau melihat semua yang kau bangun runtuh, saat nama keluargamu menjadi bahan hinaan… baru aku akan datang untuk menyelesaikannya." Ayahnya mencoba berdiri, tapi lututnya melemas. "Kaulah kutukan sejati," gumamnya. Ayzen membalik badan dan berjalan keluar dari rumah masa kecilnya, meninggalkan abu yang melayang di udara. Tapi sebelum ia melewati ambang pintu, ia berhenti. "Aku bukan kutukan," katanya tanpa menoleh. "Aku adalah warisan yang kau tolak. Dan sekarang aku kembali untuk menulis ulang dunia."

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

TETANGGA SOK KAYA

read
52.2K
bc

Setelah Tujuh Belas Tahun Dibuang CEO

read
1.2K
bc

Jodohku Dosen Galak

read
31.0K
bc

(Bukan) Istri Simpanan

read
51.2K
bc

Takdir Tak Bisa Dipilih

read
10.2K
bc

Kusangka Sopir, Rupanya CEO

read
35.7K
bc

Pacar Pura-pura Bu Dokter

read
3.1K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook