Terjebak Menjadi PSK
Alya kehilangan kesucian saat berusia sembilan belas tahun, ia terpaksa menjual kesuciannya kepada p****************g demi pengobatan sang Ibu.
Pertama kali Mami Monic bertemu dengan Alya alias Kristal, saat dirinya masih berusia sembilan belas tahun, Mami Monic adalah seorang Mucikari yang cukup terkenal di Ibukota. Ia sudah mendidik banyak gadis muda, cantik, dan polos untuk di jadikan pemuas nafsu lelaki hidung belang.
Saat itu Alya terlihat kurus dan kumel.
Meskipun begitu, Mami Monic dapat melihat sinar di wajah Alya, gadis itu adalah gadis yang cantik dengan sedikit polesan.
Alya sedang menangis tepat di depan Supermarket dimana ia sedang bekerja. Ia baru saja mendapat telepon dari Rumah sakit kalau sang Ibu harus segera di tangani, sedangkan Ia sama sekali tak punya uang. Gajinya yang pas-pasan hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari apalagi mengingat ibunya sudah lama tak bekerja karena sakit.
Suara tangisan Alya tak tertahan, sampai membuat beberapa orang yang melewati dirinya terus menatap tubuh Alya yang kurus.
Hampir semua orang tak peduli, kecuali Mami Monic yang baru saja keluar dari Supermarket. Ia melihat seorang gadis muda sedang berjongkok sambil memeluk lututnyanya, Alya menangis terisak dengan tubuh yang gemetar. Air mata sudah membasahi wajah cantiknya.
"Hei... kenapa menangis Sayang?" tanya Mami Monic ikut berjongkok sambil mengusap punggung Alya.
Alya mengangkat kepalanya dan menatap wanita paruh baya itu.
Saat ini sedang malam, Alya tidak terlalu melihat dengan jelas wajah wanita yang memakai pakaian seksi itu.
Alya yang masih muda dan polos berdiri setelah menghapus air matanya.
"Maaf Nyonya, saya tidak apa-apa," lirihnya.
Mami Monic tersenyum sembari menatap Alya dari atas kepala hingga ujung kaki.
"Apa kamu ada masalah keuangan?" tanya Mami Monic.
Alya terbatuk.
Mami Monic menyerahkan sebotol minuman yang ia beli dari supermarket.
"Minumlah ini, kamu bisa cerita pada saya, mungkin saja saya bisa membantu," kekeh Mami Monic.
Dengan ragu-ragu, Alya mengambil botol minuman itu dari tangan wanita yang belum ia kenal itu.
Alya meneguknya beberapa kali hingga akhirnya ia bisa sedikit bernapas lega.
"Ba-gaimana Nyo-nya bisa tahu saya punya masalah keuangan? " tanya Alya.
Ia penasaran bagaimana wanita di depannya itu mengetahui masalahnya saat ini.
Mami Monic hanya terkekeh sambil memegang dagu Alya. Bibirnya menyungging dan alis matanya terangkat sebelah. "Sedikit polesan, kamu akan sangat cantik," gumamnya, namun dapat di dengar Alya dengan jelas.
Alya mengernyitkan alisnya "Apa maksud Nyonya?"
Mami Monic hanya tertawa.Tawa wanita paruh baya yang masih cantik itu terdengar renyah.
Entah bagaimana, Mami Monic dapat mencairkan suasana sehingga Alya dapat tersenyum, gadis muda nan polos itu dengan mudah terperdaya oleh seorang wanita seperti Mami Monic, tanpa ia sadari, Alya sudah masuk kedalam perangkap Mami Monic.
Sesaat Alya dapat melupakan kabar buruk yang baru dia dapatkan beberapa menit yang lalu, Ia menceritakan pada Mami Monic tentang keadaan Ibu dan Keluarganya. Ibunya baru saja di diagnosa menderita penyakit gagal ginjal dan begitu menyedihkannya penyakit itu sudah cukup parah saat di ketahui karena terlambat mendapatkan penanganan dan kini hanya cuci darah lah yang harus di lakukan agar sang Ibu dapat bertahan hidup.
Selama ini sang Ibu memang sering mengeluh sakit, namun karena keterbatasan biaya, sang Ibu tak pernah mau di bawa ke rumah sakit, ibunya selalu berdalih kalau dirinya hanya sakit pinggang, namun hari ini sang Ibu tak lagi bisa menahan sakit hingga wanita paruh baya itu pingsan.
Alya dan adiknya yang bernama Ayla yang masih duduk di bangku sekolah menengah pertama, tak kuasa saat Dokter mengatakan kalau penyakit ginjal sang Ibu sudah sangat parah dan harus melakukan cuci darah untuk bertahan hidup.
Sedangkan biaya cuci darah sangatlah mahal. Darimana Alya dan Ayla mendapatkan biaya sebesar itu sementara Alya hanyalah karyawan Supermarket, setelah menyelesaikan sekolah menengah atasnya.
"Di zaman seperti ini, manusia mana yang tidak punya masalah dengan keuangan," kekeh Mami Monic.
"Sa-ya memang butuh uang Nyonya," jawab Alya tertunduk lesu.
"Berapa?" tanya Mami Monic.
"Sekali cuci darah biayanya sebesar lima juta Nyonya,"
"Siapa yang sakit?" tanya Mami Monic.
"Ibu saya Nyonya,"
Mami Monic menghela nafasnya. Tapi ia merasa seperti ada angin segar yang datang padanya malam ini. Sudah lama ia mencari mangsa baru untuk para Pelanggannya. Gadis cantik, muda, murni dan polos tentunya.
Ia menyeringai.
"Saya akan bantu," ujarnya.
Mami Monic merogo tasnya lalu menyerahkan lima ikat uang yang totalnya lima juta.
Mata Alya membulat sempurna saat melihat uang itu, ia bahkan belum pernah melihat uang sebanyak itu.
Gajinya bekerja di Supermarket dengan dua shift saja hanya berjumlah dua juta selama satu bulan.
"Ta-pi saya tidak bisa menerima uang ini dengan cuma-cuma Nyonya," ujar Alya.
"Apa kau tidak ingin melihat Ibumu sembuh, ambillah," paksa Mami Monic.
Alya yang begitu bahagia bahkan langsung memeluk Mami Monic, berkali-kali Alya mencium tangan Monic.
Saat itu Alya mengira kalau Mami Monic adalah Malaikat yang di utus Tuhan untuk membantu dirinya.
"Bagaimana cara saya membayar semua ini Nyonya, saya tidak akan mampu membayar Anda Nyonya," tanya Alya.
Mami Monic tersenyum tipis, tetapi memiliki arti yang Alya sendiri tak menyadarinya.
"Saya punya pekerjaan bagus untuk kamu, saya jamin dengan pekerjaan ini kamu bisa mengobati Ibumu," jawab Mami Monic.
Alya begitu riang gembira, ia tak menyangka bisa menemui seorang Malaikat malam ini, setidaknya saat ini itulah yang ia pikirkan, namun sayang sekali, Mami Monic bukanlah Malaikat, melainkan Iblis yang akan menyeretnya ke dalam Neraka.
Sejak saat itulah Alya terjebak ke dalam dunia yang gelap itu, Alya terpaksa menjadi Pekerja seks komersil.
Dengan uang hasil menjual dirinya, Alya bisa membiayai pengobatan ibunya dan juga pendidikan adiknya, Alya tidak punya jalan keluar karena ia terpaksa melakukannya.
Alya berusaha untuk tegar hanya demi Ibu dan adiknya. Menjual tubuh pada p****************g dari yang muda sampai yang tua, dari orang pribumi sampai warga asing semua Alya jalani dengan ikhlas.
Meskipun begitu, Alya selalu berusaha menyembunyikan semua itu dari Ibu dan juga adiknya, Alya sadar betul kalau keputusannya ini salah besar, namun Alya tidak memiliki jalan keluar.
"Aku rela menjadi wanita jalang seperti ini demi Ibu dan Ayla, biarlah hidupku yang tak berarti ini hancur, namun ijinkan aku Tuhan untuk membuat kedua orang yang aku sayangi itu bahagia, aku tahu manusia sepertiku bahkan tak layak berdoa dan meminta kepadamu,"
Itulah Kata-kata dan doa yang Alya panjatkan setiap hari sebelum ia tidur, hanya itu saja yang bisa menguatkan dirinya dan bertahan selama ini.