Cinta Pandangan Pertama

1038 Kata
Siang ini, Abiyan Hafis dan beberapa teman kantornya sudah berjanji akan pergi ke pengajian bersama, Pria berusia 27 tahun ini adalah seorang Manager di salah satu perusahaan makanan yang cukup berkembang pesat saat ini. Pria yang biasa di panggil Biyan itu cukup sering ikut pengajian bersama teman-temannya, mengingat Biyan cukup religius. “Wah cantik-cantik banget ya wanita yang datang ke pengajian Ustadz Solihin,” Kekeh Arkan teman sekantor Biyan yang jabatannya ada di bawah Biyan itu. Biyan terkekeh “Kita kemari mau mendengar ceramah bro, bukan jelalatan cari cewek,” kekeh Biyan. “Sambil menyelam minum air bro,” kekeh Arkan menepuk-nepuk pundak temannya yang sudah lama menjomblo itu. “Mana yang lainnya sih?” tanya Biyan. Matanya terus menjelajah mencari beberapa teman mereka lainnya. Namun matanya terpaku ketika melihat seorang gadis yang memakai kerudung coklat muda yang sedang berdiri di dekat gerbang masjid seperti sedang mencari seseorang. Gadis itu bermata besar, bulu matanya lentik, hidungnya mancung dan bibirnya terlihat berwarna pink natural. Tubuhnya cukup tinggi dan semampai namun tidak kekurusan dan tidak pula kegemukan, bagi Biyan tubuh gadis itu terlihat ideal meskipun tubuhnya di balut dengan gamis hitam polos. “Cantiknya,” gumam Biyan yang dapat di dengar oleh Arkan. Arkan melihat ke arah gadis itu, dan terkekeh melihat Biyan yang sedang mengangumi sosok seorang gadis yang berdiri tak jauh dari mereka. "Tadi katanya gak boleh jelalatan, sekarang matanya udah gak bisa lagi melihat kearah lain," sindir Arkan. Biyan yang mendengar sindiran temannya itu, langsung memfokuskan diri kembali. "Apaan sih?" ujar Biyan. Arkan hanya bisa terkekeh. Biyan kembali berpura-pura mencari temannya yang lain, namun dirinya masih penasaran dengan gadis cantik tadi. Matanya kembali melihat kearah dimana gadis cantik berkerudung coklat muda tadi berdiri, sayangnya gadis itu sudah menghilang. "Kemana dia?" ucap Biyan dalam hatinya. Biyan hanya bisa tersenyum mendapati dirinya yang sudah mengagumi seorang wanita yang baru di lihatnya pertama kali. "Apa ini yang dinamakan jatuh cinta pada pandangan pertama?" ucapnya dalam hati. Namun Biyan tidak ingin terus menerus memikirkan gadis berkerudung coklat itu. "Kalau jodoh, kami pasti bertemu kembali," ucapnya tersenyum tipis. Tidak lama menunggu, Biyan dan Arkan akhirnya bertemu dengan teman-teman mereka yang lain, mereka semua masuk kedalam masjid. Jamaah wanita dan pria memang hanya di pisahkan oleh kain berwarna hijau yang membentang. Alya dan Fathia duduk di depan mendengar ceramah Ustadz Solihin. Alya, gadis pendiam itu cukup introvert dan tidak memiliki banyak teman, hanya Fathia saja teman yang dimiliki gadis yang kini hidup sebatang kara itu. Dua tahun yang lalu, Ibu dan Adik perempuannya meninggal dunia karena kecelakaan, Adik perempuannya sedang membonceng sang Ibu dengan motor menuju rumah sakit, naas keduanya mengalami kecelakaan fatal dan mengakibatkan keduanya kehilangan nyawa di tempat. Sejak saat itu, Alya terpaksa hidup sebatang kara. "Al, pulang dari pengajian kita pergi makan bakso kuah yuk?" bisik Fathia. "Dimana Thia?" "Di Langganan aku, pokoknya enak banget," bujuk Fathia. Selama ini Alya cukup sulit di ajak kemanapun, bagi gadis itu hidupnya hanya untuk bekerja dan paling mentok pergi ke pengajian. Sangat sulit mengajak teman yang sudah dikenalnya dua bulan terakhir ini. Mereka mengenal satu sama lain karena bekerja sebagai SPG kosmetik brand lokal yang di sukai para Muslimah di negeri ini. Bila biasanya para SPG kosmetik menggunakan rok pendek dengan make up menor, berbeda dengan brand kosmetik dimana Alya dan Fathia bekerja, brand kosmetik ini mewajibkan agar SPGnya menggunakan hijab dan berdandan natural. Itu sebabnya Alya sangat suka dan merasa beruntung karena dapat bekerja di tempat itu. "Boleh deh," jawab Alya. Alya cukup segan bila terus menerus menolak ajakan Fathia. Setelah pengajian selesai, Alya dan Fathia berencana pergi ke tempat jualan bakso kuah yang terkenal itu. Mereka hanya perlu berjalan, karena lokasinya tidak jauh dari Masjid dimana mereka baru saja selesai dengan pengajiannya. Namun saat mereka baru saja keluar dari halaman Masjid, seorang pria memanggil Fathia. "Fathia ..." panggil Arkan. Fathia dan Alya melihat kearah suara itu. Dua orang pria memakai baju koko berwarna putih menggunakan lobe putih berjalan kearah dua gadis itu. "Mas Arkan?" sapa Fathia. Biyan melirik kearah gadis yang ada di samping teman Arkan. Mata Biyan melotot ketika menyadari kalau gadis yang ada di samping teman Arkan adalah gadis yang tadi di lihatnya menunggu di gerbang Masjid. Alya hanya menunduk dan tak melihat kearah kedua pria itu, tadi dirinya hanya sekilas saja melihat pria yang berjalan ke arahnya dan juga Fathia, namun ketika kedua pria itu semakin dekat, Alya menundukkan wajahnya. "Mau kemana?" tanya Arkan. "Ini Mas, aku dan temenku mau makan Bakso kuahnya Wak ujang," jawab Fathia. "Oo begitu, boleh ikutan gak?" tanya Arkan. Fathia menggaruk kepalanya yang tidak gatal, dirinya tahu betul kalau Alya sangat tidak menyukai bila dekat-dekat dengan Pria. "Em ...bukannya gak boleh Mas, tapi-" Alya yang semakin tidak nyaman akhirnya berbicara. "Maaf saya permisi ya," ucapnya langsung meninggalkan ketiga orang itu. Suara lembut gadis itu membuat jantung Biyan berdetak semakin kencang. Fathia menghela pelan nafasnya. "Maaf ya Mas, aku duluan ya," ucap Fathia berlari mengejar Alya yang berjalan begitu cepat. Arkan berdecak kesal "Sombong banget sih temannya sih Fathia," ketus Arkan menatap kesal kedua gadis yang sudah berjalan meninggalkan mereka. "Kamu tahu siapa teman si Fathia itu?" tanya Biyan tiba-tiba. Arkan yang memang tidak terlalu memperhatikan wajah Alya yang terus menunduk hanya menaik turunkan pundaknya. "Gak tahu Bro, yang aku tahu tuh orang kayaknya sombong!" pekik Arkan yang masih kesal. Biyan menatap terus Alya hingga tubuh gadis itu semakin menjauh dari pandangan mereka, entah kenapa hatinya mengatakan kalau gadis cantik yang terlihat sombong itu adalah jodoh yang selama ini dia cari. Biyan terkekeh, karena dirinya merasa ada kesempatan untuk mengenal lebih dekat gadis yang belum ia tahu siapa namanya itu, setidaknya teman Arkan pasti bisa membuatnya mengenal gadis itu. "Kita susul mereka?" tanya Biyan pada Arkan yang masih memasang wajah kesal itu. "Ogah!" desis Arkan berjalan ke arah mobil mereka terparkir. Biyan hanya bisa terkekeh melihat wajah kesal temannya yang terkenal playboy itu. "Al ..." panggil Fathia yang kini sudah berada di samping Alya. "Iya Thia, kenapa?" "Gak papa, kita tetap jadi kan ke warung baksonya Wak Ujang," ujar Fathia yang sudah merangkul pundak temannya itu. "Iya, jadi kok," jawab Alya. Fathia pun akhirnya dapat tersenyum ketika mendengar jawaban Alya. Selama ini Alya memang sangat sulit membaur dengan orang lain, terutama dengan para pria.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN