BANDIT 2

1552 Kata
"Lo tau ngga sih tadi pagi lo keren banget Dis!" puji Al, saat ini mereka mengisi jam istirahat di lapangan basket, Adis yang sedang asik mendrible bola basket di tangannya menghentikan aktifitasnya. "Greget aja gue sama tuh anak baru," Adis mengambil tempat duduk di samping Adit. "Tapi gue setuju kok sama lo Dis, ngga seharusnya dia kayak gitu walau kita ngga tahu siapa yang salah diantara mereka berdua yah harusnya di beresin baik-baik," Adis mengangguk setuju mendengar penuturan Edo. "Kayaknya kita harus awasi tuh anak baru, biar ngga seenaknya di sini, gue tau dia orang kaya, ganteng dan mungkin juga pintar, tapi dia ngga berhak memanfaatkan kelebihannya buat hal negatif," tutur Adit, Adis menyetujui penuturan Adit. "Kak Adis," seorang siswa yang wajahnya familiar buat Adis datang menghampiri Bandit. "Lo yang tadi pagi kan?" Terka Adis mengamati siswa yang berdiri di hadapannya, siswa itu mengangguk. "Ada apa?" Tanya Adit, "Kan harusnya itu dialog gue Dit," gerutu Adis, Adit hanya nyengir lebar. "A-ku cuma mau bilang makasih sama kak Adis buat tadi pagi" siswa itu menunduk, ini pertama kalinya ia berhadapan dengan genk yang cukup terkenal di sekolah. Adis berdiri dari duduknya hingga tingginya hampir sejajar dengan siswa di depannya, --catatan: Adis mengikuti tubuh mungil Ana jadi siswa di hadapannya ngga terlalu tinggi hanya beberapa senti darinya--. Adis menepuk pundak siswa tersebut, "oke sama-sama, memangnya lo ada masalah apa sama tuh preman tadi pagi?" Adis menanyakan rasa penasarannya. "I-itu tadi pagi aku ngga sengaja menabrak mobil kak Kevan yang di parkir dengan sepedaku, lecet sedikit jadi kak Kevan marah sama aku" terang siswa itu dengan sedikit gugup. "Ya udah kalau dia minta ganti rugi suruh hadapi gue" lanjut Adis, siswa itu mengangguk pelan dan mengucapkan terima kasih lagi pada Adis kemudian pamit pergi. "Lo serius mau ganti rugi Dis?" Tanya Edo saat siswa tadi sudah hilang dari hadapan mereka. "Ya kalau memang dia minta ganti rugi, gue ngga yakin tuh preman songong bakal minta ganti rugi" jawab Adis santai. "Emang ngga salah lo jadi ketua bandit" Adit menepuk pundak saudara kembarnya, Adis hanya mencebikan bibirnya. Pulang sekolah Adis tidak langsung pulang, hari ini ia mengikuti latihan karate, walaupun sudah mendapat sabuk hitam dia tetap rajin ikut latihan karena jabatannya sebagai ketua. Kalau kata Geo buah memang jatuh tidak jauh dari pohonnya, Adis dan Ana memang sebelas dua belas hanya bedanya Adis lebih tomboy dari Ana. "Baiklah anak-anak kita kedatangan anggota baru, silahkan perkenalkan namamu" intruksi pelatih kepada seorang siswa di sampingnya. "Perkenalkan nama saya Kevan Justine Wijaya, mohon kerja samanya" Adis mengacuhkan Kevan, dirinya sedang tidak ingin bermasalah dengan cowo yang pagi tadi sempat ribut dengannya. "Baiklah Kevan selamat datang di ekskul karate, dan itu Radistya Widiyanto atau Adis, ketua karate ini, kamu bisa berlatih bersamanya jika ada yang kurang paham" terang pelatih tersebut. Setelah mengucapkan terima kasih Kevan bergabung di barisan bersama yang lain, berdiri di sebelah Adis yang masih mengacuhkannya. Di belakang mereka juga ada Adit, Edo dan Aldric, mereka juga ikut kegiatan ekskul karate ini. Setelah sekitar satu jam setengah berlatih, Adis membereskan barangnya dan berganti baju seragam di ruang ganti. "Baru selesai latihan Dis?" Tanya seorang siswa saat Adis baru keluar ruang ganti. "Eh kak Bagas, iya kak baru aja selesai, kakak belum pulang?" Tanya Adis balik pada cowo bernama Bagas, ketua OSIS disekolah mereka berusia satu tahun di atas Adis. Bagas merupakan salah satu cowo populer di sekolah, sebelum Adis menjadi siswa di sana, Bagas merupakan siswa paling berprestasi sehingga ia di tunjuk menjadi ketua OSIS. "Belum" Bagas menggeleng, "habis rapat OSIS tadi" Adis mengangguk. "Oh iya kamu mau jadi ketua OSIS selanjutnya? Sebentar lagi kan OSIS ada re-organisasi, aku mau calonin kamu nih, kamu mau ngga Dis?" Tawar Bagas. Adis menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, bingung soal tawaran Bagas. "Adis pikirin dulu ya kak" jawab Adis sedikit ragu, Bagas hanya mengangguk dan tersenyum, senyum yang mampu membuat wanita meleleh. "Ya udah Adis duluan ya kak, teman-teman udah nungguin soalnya" pamit Adis. Bagas kembali tersenyum, "oke hati-hati ya Dis" ucap Bagas mengusap puncak kepala Adis membuat rambut Adis yang diikat cepol sedikit berantakan. Adis berlari ke arah pelataran parkir sekolah, sikap manis Bagas padanya berhasil membuat jantungnya berdisko ria. Bagas dan Adis memang cukup dekat semenjak Adis mengikuti masa orientasi siswa baru, namun karena saat itu Bagas sedang memiliki pacar jadi Adis tidak berani terlalu dekat. Tapi saat masuk semester genap, status Bagas kembali singel dan membuatnya jadi semakin dekat dengan Adis, bandit tahu soal ketuanya ini, dan mereka tidak permasalahkan. "Lama banget princess ganti bajunya" gerutu Adit saat Adis baru tiba di ruang parkir. Adis tersenyum sumringah, "tadi gue ketemu kak Bagas hehe"  "Pantesan tuh muka bersinar gitu, kirain lo habis nelen bohlam ternyata..." sindir Edo yang langsung mendapat jitakan Adis. Setelah sesi sindir-sindiran pada Adis, mereka beranjak pulang ke rumah mereka. "Dit" panggil Adis pada saudara kembarnya yang sedang asik bermain ponselnya, "Ya" Adit tidak bergeming dari gamenya, Adis mengambil tempat berbaring di kasur Adit di sebelah saudara kembarnya. "Tadi kak Bagas nawarin gue jadi calon ketua OSIS" Adit melirik Adis, "lo terima?" Tanya Adit. Adis menggeleng, menyandarkan kepalanya di bahu Adit yang juga berbaring sepertinya, "gue bingung." Adit menghentikan gamenya, "kenapa bingung? Bagus dong kalau lo jadi calon ketua, lagi pula pasti banyak kok yang dukung apalagi kak Bagas" goda Adit. Adis menoyor kepala Adit pelan dari samping, "itu mulu pikiran lo Dit" "Yah memang bener kan? Bagas kan selalu deketin lo, gue curiga dia ada rasa gitu sama lo Dis," ucap Adit yakin. Adis terduduk dikasur Adit, menatap kakak kembarnya yang masih berbaring dan juga menatapnya, "gue ngga mau yakin dulu Dit, kadang cowo suka ngga bisa di baca, ngga semua perhatian berarti ada perasaan" tutur Adis panjang lalu keluar dari kamar Adit kembali ke kamarnya. Adit melihat kepergian Adis dengan senyum tipisnya. 'Tapi lo suka dia kan Dis?' Gumam Adit. ........         Bagas Nael: bagaimana Dis? Kakak harap kamu mau gantiin kakak jadi ketua OSIS. Pesan singkat Bagas masih diread Adis, ia bingung harus jawab apa, namun akhirnya Adis mengirimkan balasannya.         Adistya Widi: besok Adis kasih tau ya kak, Adis pikirin dulu malam ini.         Bagas Nael: oke Princess :* Balasan Bagas sukses membuat Adis blushing parah, Bagas memang sering mengirim pesan manis pada Adis, namun Adis tetap bersikeras tidak mau menganggap Bagas memiliki perasaan lebih padanya. "Ah paling kak Bagas cuma anggap aku adiknya," sangkal Adis pada dirinya sendiri. Paginya, Adis yang baru duduk tenang di kursi tiba-tiba di ganggu oleh Adit yang datang seperti di kejar setan. "Kenapa lo Dit?" Tanya Adis heran Adit mengatur nafasnya hingga tenang, "mendingan lo terima deh tawaran kak Bagas, soalnya anak baru itu juga mau calonin diri jadi ketua OSIS!" "Lha trus apa hubungannya sama gue?" Tanya Adis santai. Adit menjitak pelan kepala Adis, "lo tau ngga sih gimana tabiat tuh anak baru? Jadi ketua OSIS bakal makin songong dia!" Adis mengangguk, Adit heran di tempatnya melihat Adis yang hanya mengeluarkan ponselnya tanpa berekspresi, 'salah makan nih anak' pikir Adit.         Adistya Widi: oke kak aku mau.         Bagas Nael: good news Adis ;) "Kenapa lo senyum-senyum sendiri?" Adit menatap Adis horor. Adis menatap sinis kakak kembarnya lalu menunjukan ponselnya ke wajah Adit, Adit membaca pesan Adis pada Bagas lalu bernafas lega. "Pemilihan masih beberapa minggu jadi jangan bahas gue lagi malas mikir itu," ucap Adis malas pada Adit, Adit hanya mengangguk menggerakan bibirnya mengatakan 'Oke' tanpa suara. "Lesu amat Dis," Edo menepuk pundak Adis yang sedang duduk di bawah pohon di taman sekolah dengan mata terpejam. Adis membuka matanya saat merasakan tepukan Edo di pundaknya, "eh lo Do, ada apa?" Edo duduk di samping Adis, "tumben jam istirahat ngga bareng yang lain?" "Lagi males gue," Adis menyandarkan kepalanya ke batang pohon di belakangnya dan menutup kembali matanya. "Ada masalah?" Terka Edo. Adis menggedikan bahunya, "entahlah." Edo mengulum senyum, "Bagas ya?" Sindir Edo. Adis menoyor lengan Edo lalu membuka matanya, "ndas mu!" rutuknya, Edo terkekeh. "Ada apa sih sepupuku sayang?" Edo merangkul pundak Adis. "Entahlah gue juga bingung Do," Adis tertunduk lesu. "Ya udah kalau udah ngga bingung dan mau cerita gue siap dengerin kok," Edo tersenyum, Adis ikut tersenyum. .......... "Hai Dis!" sapa Bagas saat Adis dan Edo sedang berjalan menuju kelas.  Edo langsung pamit begitu tahu kalau Bagas ingin bicara berdua dengan sepupunya, "Gue tinggal dulu ya Dis," Edo mengacak rambut Adis, Adis hanya mengangguk. "Ada apa kak?" Tanya Adis begitu Edo sudah menghilang. "Ngga apa sih hanya mau mengobrol aja," Bagas tersenyum, Adis membalas senyuman Bagas. "Jadi udah siap nih buat jadi calon ketua OSIS yang baru?" "Mudah-mudahan ya kak," jawab Adis sambil terkekeh,  Bagas tertawa pelan, "Ah ngga yakin nih, harus yakin dong, tenang aja aku pasti bantuin kok nantinya kalau ada yang kamu bingung." Adis meninju pelan perut Bagas yang pastinya tidak terasa untuk Bagas, "kakak tuh ngomong seolah aku akan menang aja," Adis terkekeh, "Kakak yakin kok kamu yang menang," Bagas mengacak rambut Adis, "ya udah balik ke kelas gih," Adis mengangguk, segera ia berlari kecil ke kelas karena wajahnya mulai memanas. "Ciee yang habis di godain gebetan sampai blushing gitu," ledek Adit saat Adis baru saja duduk di tempat duduknya. "Ngga usah mulai lagi deh!" Adis mencubit gemas pipi Adit. "Yah yah amfuun diiis sakhiitt nii!" ringis Adit karena Adis belum melepas cubitannya. Di sisi lain, Kevan memperhatikan tingkah anak kembar lewat ekor matanya, terutama pada Adis, cewe yang menurut Kevan unik. ****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN