Bab 1. Perjodohan Paksa
"ABEL TIDAK MAU!"
Mau seberapa keras Abel menolak, pada akhirnya kedua orangtuanya akan tetap membuatnya menjadi pendamping hidup dari Tuan kaya raya yang terkenal memiliki penyakit aneh, setelah kecelakaan yang dialaminya sekitar satu tahun lalu. Lalu menjadi sedikit bodoh, dan memiliki jiwa seperti anak kecil.
Seharusnya bukan Abel, tapi kenapa disaat pria itu mendapat musibah yang tidak diinginkan, orangtuanya malah mendesak Abel menggantikan sang adik yang luar biasa paling dia benci.
Kalau bisa menggambarkan bagaimana bencinya Abel dengan sang adik, tentu saja akan sangat sulit.
Kalau kata Abel, "untung hanya adik tiri."
Ibunya meninggal dunia karena kecelakaan disaat usia Abel menginjak bangku sekolah menengah pertama, kemudian Ayahnya menikah lagi dengan janda satu anak.
Selama ini perlakuan dari ibu tirinya sebenarnya baik, hanya saja Abel suka heran dengan perlakuan Ayahnya. Dia lebih menyayangi Putri tirinya itu daripada Abel.
Pria paruh baya dengan rambut yang sudah mulai tumbuh uban itu berusaha keras membujuk Abel. Awalnya, bukan Abel yang menjadi pengantin pria cacat itu, tapi adik tirinya. Tapi kenapa sekarang semuanya berubah?
"Abel, kamu harus menurut! Ini semua demi kebaikan kamu, adik kamu itu masih terlalu muda dan dia belum cocok mengemban tugas menjadi seorang istri---"
"Terus Abel bagaimana? Abel juga masih muda. Perjalanan Abel untuk jadi desainer muda masih panjang. Ayah tidak mau berpikir untuk masa depan Abel?" Bantah Abel dengan cepat.
"ABEL!"
Mendengar bentakan Ayahnya, Abel menghela nafas. Sebenarnya dia sudah terbiasa dibentak seperti ini, hanya saja kali ini benar-benar berbeda. Dilihatnya sang Ibu tiri segera mendekat dan menenangkan Ayahnya.
"Sudah yah, apa yang dikatakan oleh Abel memang benar. Bukankah seharusnya Cinda yang menikah dengan pria itu."
"Tuh yah, Ibu tiri saja lebih membela Abel. Kenapa Ayah yang ayah kandung Abel malah gak mau? Sebenarnya Ayah itu Ayah kandung Abel apa bukan?" Tanya Abel tidak habis pikir.
"ABEL! SEKALI LAGI KAMU BICARA NGAWUR, AYAH AKAN MENIKAHKAN KAMU DENGAN PRIA ITU SEKARANG JUGA!"
Ibu tirinya meringis mendengar ucapan yang keluar dari bibir Ayahnya. Sementara Abel malah terlihat datar dan tidak peduli, dia memilih untuk pergi daripada meladeni Ayah yang tidak akan ada habisnya.
Setelah ini dia harus bekerja. Walaupun keluarganya berada, Abel merasa tidak sudi untuk menggunakan uang Ayahnya, karena Ayahnya itu akan semena-mena nanti.
"Wajahmu terlihat murung, ada apa?"
Seseorang menepuk pundaknya, ketika Abel berbalik dia dapat melihat Mela yang berdiri di belakangnya seraya menyengir lebar.
"Kamu datang cepat dari biasanya, lalu wajahmu terlihat murung. Aku tebak, pasti adik tiri sialanmu itu kembali berulah?"
Abel menghela nafas, "menurutmu?"
"Ck, ck, aku rasa dia harus berkaca besar-besar. Siapa sebenarnya nona muda di rumah itu."
Abel segera berbalik menghadap Mela. Kebetulan belum ada pelanggan yang masuk, jadi Abel bisa lebih leluasa mengobrol dengan Mela.
"Tidak peduli sebenarnya, hanya saja aku merasa kesal dengan sikap Ayah. Kenapa dia seakan membuatku berada di dalam posisi sulit?"
Mela mengernyitkan dahinya bingung, "posisi sulit bagaimana maksudmu?"
"Aku ingin berhenti menjadi anaknya, tapi dia Ayahku."
Mela tertawa ringan, kemudian menggeleng kecil. Tak lama setelah itu dia melihat seorang pria yang tidak asing, masuk bersama wanita yang pastinya Abel kenal pasti.
"Bel," panggil Mela tak percaya.
Tentu saja keterkejutan Mela membuat Abel mengernyitkan dahinya, dan kini berbalik. Saat berbalik dia bisa melihat pria yang selama ini selalu bersamanya, datang bergandengan dengan ADIK TIRI SIALANNYA!
"Astaga!" Ujar Cinda terkejut.
"Kak! Kita ketahuan Kak Abel," tambahnya lagi.
Pria itu ikut menoleh dan saat ini berhasil menangkap netra Abel yang menggelap oleh emosi.
Tanpa pikir panjang, Abel segera mencari jalan keluar untuk menghampiri mereka. Mela sudah mencoba untuk menahan, mengingat mereka masih ditempat kerja, namun emosi Abel yang sedang meledak tidak bisa dia tahan.
"Abel berhenti!" Pinta Mela yang saat ini berusaha menarik tangan Abel, namun wanita itu menepisnya beberapa kali.
"Lepaskan!"
Saat dia berada di hadapan pria dan adik tirinya itu, Abel tanpa pikir panjang langsung ....
PLAK!
Menamparnya dengan suara yang cukup keras. Sepertinya emosi mempengaruhi kekuatan tenaga Abel.
"Kakak!" Pekik Cinda dengan segera dan menyentuh pipi memerah akibat tamparan kuat Abel.
"Tidak apa-apa."
"Kak Abel, kenapa Kakak menampar Kak Dery!"
"Kak Abel terlalu jahat!" Tambahnya lagi.
Abel tentu saja tertawa mendengar ucapan Cinda. Matanya kembali melayangkan sorot emosi. Mela yang melihat kejadiannya bahkan bergidik, begitu juga dengan pengunjung lain yang kebetulan masih berada di sana.
"Diam kau bekicot!"
Cinda terkejut, kemudian menarik Dery untuk menjauh. Namun dengan cepat ditahan oleh Abel.
"APA YANG TELAH KALIAN BERDUA LAKUKAN HAH?! KENAPA KALIAN BERDUA BISA BERSAMA?!"
Teriakan Abel cukup kuat, bahkan manajer cafe sampai keluar dari ruangan dan melihat kegaduhan yang terjadi di bawah sana. Manajernya sempat menghela nafas, "sungguh kasihan yang membuat masalah dengan Abel," gumamnya dari atas sana.
"A-abel, ini tidak seperti yang kamu bayangkan---"
"MEMANGNYA APA YANG AKU BAYANGKAN? KALIAN BERDUA b******u DI BELAKANGKU DAN MEMILIKI ANAK BEGITU?" Balas Abel dengan emosi serta berkacak pinggang.
Untuk sejenak hening, karena sekarang Cinda sedang menatap Dery dengan tatapan serius. Wanita itu mengangguk pelan dan membuat Abel semakin marah.
***
"Apa yang terjadi?!" tanya Ibu tirinya yang terkejut melihat Abel membawa pulang Cinda dalam kondisi menangis, ditambah Abel menyeret Dery untuk ikut serta.
Entah bagaimana Abel melakukannya, yang jelas baik Dery dan Cinda sama-sama tidak berkutik dibuatnya.
"Katakan yang sebenarnya, APA KARENA ANAK ANDA YANG TIDAK TAU DIRI INI HAMIL DENGAN PACARKU, MAKANYA ANDA MEMBUAT SAYA MENGGANTIKANNYA DI PERNIKAHAN?!"
"Ada apa ini? ABEL!"
Abel tidak peduli Ayahnya akan sangat marah dengan perilaku Abel yang tidak sopan, tapi sekarang dia butuh penjelasan.
"Ibu ...."
Cinda berlari menghambur ke pelukan ibunya, sementara saat ini Ibunya sedang tidak enak hati pada Abel yang daritadi menatapnya tidak suka.
"Cukup! Biar Ayah jelaskan baik-baik, tenangkan dulu dirimu."
"Bagaimana Abel bisa tenang yah?! Pacar Abel, bahkan yang sudah menjalin hubungan lama dengan Abel, ternyata punya anak dengan Adik tiri Abel sendiri?! Ayah sehat? Ayah bisa tenang kalau itu terjadi pada Ayah?!" Bantah Abel dengan cepat.
"Abel cukup!"
Jantung Abel bergemuruh kuat, dia sama sekali mengabaikan bagaimana tatapan dari orang-orang yang sekarang, sudah diikrarkan Abel, menjadi orang yang tidak akan dia percaya.
"Iya, apa yang kamu katakan memang benar. Ayah membatalkan Cinda menjadi calon istri Tuan Evan, karena dia sedang hamil ... Anak dari kekasihmu."
Tanpa pikir panjang Abel langsung mendekat ke arah Dery, menjambak rambut pria itu dengan tatapan berapi. Tentu saja Ayah mencoba melerai dan berhasil membuat Abel jatuh.
"Ayah ...."
"Cukup Abel, tidak bisakah kamu sedikit lebih tenang?! Tidak bisakah kamu berperilaku seperti yang Ayah inginkan? TIDAK BISAKAH KAMU BERPERILAKU SEPERTI IBUMU?!"
Mendengar sang Ayah kembali memanggil nama ibu, membuat Abel tersenyum miris.
"Kenapa Ayah tidak tanyakan pada Tuhan?"
Mereka semua terdiam, bahkan Dery yang menjadi objek kemarahan Abel, hanya bisa pasrah menerima kenyataan. Mengingat dia tau dirinya bersalah di sini, menghianati Abel dan membuat Abel terjebak dalam pernikahan yang tidak seharusnya.
"Maksud kamu apa?"
"Ck, masih tanya maksud Abel apa?"
"Ayah tadi bilang, kenapa Abel tidak menurunkan sifat ibu? Lalu kenapa tidak Ayah tanyakan saja pada Tuhan?"
Abel mulai emosional, namun berusaha untuk tetap stabil dan tidak ingin menunjukkan bahwa dia lemah dihadapan semua orang.
"Ayah kira ... Abel mau punya sifat seperti Ayah?" Sambungnya dengan nada yang tajam, dingin namun melirih.
Suaranya terdengar seperti sebuah sayatan yang memilukan, walau dikemas dengan fitur wajah yang datar.
"Abel," panggil Ibu tirinya yang juga turut sedih mendengar apa yang Abel katakan.
"Cukup! Kalau memang Ayah ingin Abel menikah dengan pria cacat yang Ayah maksud itu, Baik. Abel akan turuti, setidaknya ... Abel tidak akan berada di keluarga ini lagi!"