Kastara perlahan membuka matanya. Ia melirik ke arah jendela yang memantulkan cahaya lembut matahari pagi. Ia mendapati Charis terlelap tepat di depan wajahnya. Gadis itu sepertinya cukup kelelahan di hari pertamanya magang, namun tidak meninggalkan kewajibannya untuk mengurusi keperluan Kastara. Dan Charis masih juga irit bicara padanya. Jadi Kastara merasa ia harus melakukan pendekatan dengan cara berbeda jika ia menginginkan gadis itu sekarang. Kastara menginginkan Charis hanya melihat ke arahnya. Hanya padanya. Tidak ada yang lain. Bayangan kehilangan gadis itu terus saja menghantuinya sejak papanya memberitahu rencana mamanya itu. Kastara menghembuskan napas sambil memejamkan mata. Kemudian ia mengulurkan tangan, ibu jarinya mengusap bibir Charis berulang-kali. Bibir cerdas yan

