bc

Dendam Istri Buta : Pewaris yang terbuang

book_age18+
71
IKUTI
1K
BACA
revenge
family
badboy
billionairess
heir/heiress
tragedy
city
cheating
like
intro-logo
Uraian

Erlina Handayani menikah dengan Farhan, seorang Direktur di perusahaan ARK Group atas dasar cinta. Hidup mereka harmonis dengan mengarungi bahtera rumah tangga selama 2 tahun dan dikaruniai seorang anak perempuan yang cantik dan imut.

Namun sayang, Farhan tak seperti tampaknya yang terlihat bagaikan suami idaman. Rupanya Farhan tak setia! Dia bermain gila dengan pembantu dan mantan kekasihnya.

Alasannya karena Erlina dianggap tak normal. Dulu Farhan-lah yang menyelamatkan Erlina dari kecelakaan dan membuat wanita itu buta.

Lalu, perceraian terjadi dengan membawa luka. Erlina yang kecewa dan sakit hati merancang sebuah balas dendam dan mengungkap jati dirinya yang selama ini disembunyikan dari orang-orang bahkan Farhan sekalipun.

Erlina membuat Farhan menyesali perbuatan yang dia lakukan kepadanya.

Bagaimana pembalasan dendam Erlina pada suaminya?

chap-preview
Pratinjau gratis
Berpura-pura kuat
"Ayo lakukan lagi, Pak!" "Aku bilang jangan panggil pak jika sudah berdua." "Aku udah terbiasa, Sayang." "Nah, gitu kan lebih romantis." "Ah, kamu bisa aja." Suara dua orang beda jenis itu begitu terdengar jelas di telinga Erlina yang sedang menempelkan telinga kanannya di pintu kamar pembantunya. Erlina tahu suara siapa itu, bahkan suaranya sudah tidak asing lagi di telingannya. "Ke****t lelaki sepertimu, Farhan!" maki Erlina dengan lirihannya. Da**nya begitu nyeri mendengar obrolan dua manusia yang bukan sepasang kekasih tetapi berduaan di dalam kamar dan melakukan hal itu. "Ternyata kelakuanmu begitu b******k mas. Kamu berselingkuh dengan Riana yang statusnya lebih rendah dari aku. Memang apa kurangnya aku? Kamu benar-benar ba***gan." lirih Erlina lagi. Paru-parunya begitu sesak seperti di himpit ribuan batu besar. Bola matanya yang selalu memandang ke satu arah tiba-tiba memerah dan mengeluarkan cairan bening yang sudah luruh begitu saja di pipi mulusnya. Erlina benci dengan takdirnya yang sekarang. Ia sudah di berikan mata yang tidak bisa melihat, namun kini ia di beri seorang suami yang tega berselingkuh dengan pembantunya sendiri. Selama dua tahun menikah dan di karuniai seorang anak perempuan yang lucu dan cantik namun tidak menggerakkan hati sang suami untuk setia. Ternyata kelebihannya untuk memuaskan sang suami masih kurang. Walaupun dirinya buta namun ia sudah berusaha untuk membuat sang suami senang dan puas akan pelayanannya. Tetapi itu masih bukan apa-apa di saat dirinya tidak memiliki penglihatan yang normal seperti wanita pada umumnya, kekurangannya mampu membuat kepercayaannya kini sirna. Erlina membungkam mulutnya sendiri agar isak tangisnya tidak menimbulkan suara, ia meluruh ke lantai menahan rasa sesak di da**nya yang begitu menyiksanya. Seketika tangisan bayi dari kamar sebelah, membuat Erlina bangkit dan melangkah tergesa-gesa ke arah kamarnya tempat dimana bayinya berada. Dengan perjuangan langkahnya yang tanpa melihat, Erlina sampai di kamarnya dan langsung merengkuh tubuh bayi itu erat dengan tangisnya. Bukan untuk menenangkan tetapi demi meluapkan rasa sakit hatinya, sampai bayi itu menangis cukup keras membuat dua orang yang tadi sedang di mabuk cinta menemuinya. Sebelum kedua orang itu melihat dirinya yang sedang menangis, Erlina dengan cepat menghapus air matanya, dengan telaten ia menggendong dan menggoyangkan tubuh bayinya dengan penuh perhatian. Suara bariton membuat hatinya semakin perih saat suara bentakan terlontar dari mulut suaminya. "Kamu bisa jaga anak gak sih!" Farhan membentak Erlina setelah memasuki kamarnya. Erlina memejamkan matanya berusaha meredamkan emosinya untuk tidak bersikap ceroboh. Ia akan bersikap biasa sebagaimana seperti tidak terjadi apa-apa. "Maaf, Mas. Tadi mataku kelilipan jadi aku tidak cepat - cepat mengambilnya membuat anak kita sampai menangis seperti itu." Erlina menekan dua kalimat dengan sebutan 'anak kita' agar wanita di samping suaminya itu sadar diri akan posisinya. Benar saja, Riana terlihat kesal sampai memalingkan wajahnya ke samping dengan berekspresi ingin muntah. "Ya kamu ambil dulu dong bak Dheanya jangan biarkan nangis seperti itu, kasihan Dheanya sampai nangis seperti itu takutnya malah kehabisan suara." Riana bersuara agar mendapat perhatian dari Farhan. "Diam kamu!!" sentak Erlina pada Riana membuat Riana menunduk takut, malah menarik perhatian Farhan yang tidak terima. "Lina!! apa yang di katakan Riana memang benar. Seharusnya kamu gendong dulu Dhea, kenapa kamu malah bentak Riana!" Erlina tidak bisa melihat raut wajah dari pembantunya, namun ia pastikan kalau pembantunya itu sedang merasa senang sekarang. "Kamu malah menyalahkanku mas?" Erlina menggeleng tak percaya," Seharusnya Riana yang menjaga Dhea, kenapa ia malah seenaknya tidur di kamar sendiri. Untuk apa kita menggajinya kalau pekerjaannya saja tidak becus. Kamu tahu sendiri kalau aku tidak bisa melihat." lanjut Erlina malah memojokan Riana si pembantu muda sekaligus baby sister anaknya. Riana yang mendengar itu mengeratkan genggaman tangannya ke tangan Farhan dan menatap sedih ke arah Erlina lalu beralih menatap Farhan untuk membelanya akan ucapan istrinya. Farhan melirik ke arah Riana, tangannya mengelus punggung tangan Riana menenangkan sembari memberi kode untuk meninggalkan mereka sejenak. "Riana kan capek dari pagi sampai sore dia harus melakukan pekerjaan rumah, seharusnya kamu mengerti dong. Jangan kamu pojokan Riana terus, seharusnya ia cuma menjadi ART bukan baby sitter tapi demi gaji besar ia mau melakukan itu." bela Farhan pada pembantu kesayangannya itu. Awal menikah memang baik-baik saja, tapi semenjak kedatangan pembantu itu Farhan menjadi berubah, dia tidak sepeduli dan seeffort dulu dengan Erlina. Bahkan untuk saling tidur seranjang saja Farhan selalu menolaknya karna ingin tidur terpisah di kamar tamu dan beralasan dengan suara tangis bayinya akan mengganggu tidurnya. "Sudah kuduga mas, jawabanmu akan selalu membela pembantu kesayanganmu itu. Liat saja, aku akan menghancurkan kalian berdua dengan tanganku!" batin Erlina mengepalkan tangannya penuh ambisi. "Kok kamu malah membela pembantu itu sih Mas!" elak Erlina tidak terima. "Kalau begitu aku mau ke kamarku dulu Pak, supaya tidak mengganggu kenyamanan kalian berdua." ujar Riana yang di angguki Farhan. Setelah itu ia melirik ke arah Erlina dengan sunggingan di bibirnya. "Sial! Dia berani mengejekku." Erlina merasa tersinggung dengan ucapan Riana. "Bukannya aku ingin membelanya, tapi kamu terlalu keras dengan Riana." Entah sampai kapan suaminya itu terus menjawab dan selalu membela orang luar. Erlina lelah! Ia lelah dengan sifat suaminya yang semakin hari semakin berubah. "Mengajarinya memang harus keras! Apalagi kalau tidak tegas dia akan semena mena dalam bekerja." tudingnya pada Riana yang sudah pergi dari kamar mereka. "Seharusnya kamu mengajarinya dengan lembut agar ia mengerti, jika kamu terlalu keras begini bukannya akan mengerti, itu malah membuatnya semakin tertekan dengan kelakuanmu." Erlina semakin di buat terpelongo akan sifat suaminya, ia menggeleng tak percaya dengan terkekeh miris. Percuma bicara dengan orang yang satu ini tidak akan habisnya, kita menjawab apa selalu di jawab apa. "Terserah kamu deh, aku muak bicara sama kamu. Bela saja terus pembantumu itu sampai ia melonjak kedepannya." Erlina berbalik memunggungi Farhan, namun Farhan menarik bahunya dari belakang. "Erlina!!" "Apa lagi?!" geramnya yang sudah habis kesabaran. "Mending kamu keluar deh Mas, gara-gara suara berisikmu anakku nangis lagi." usirnya tanpa menoleh. "Kamu!" Farhan menuding Erlina tepat di depan wajahnya. "Apa?!! Kamu bukannya menenangkan anakmu malah mengajakku berdebat! Lebih baik kamu pergi sekarang, aku tidak butuh kamu lagi disini!" Erlina meraba keberadaan suaminya, setelah tergapai, ia terus mendorong suaminya ke arah pintu lalu mengunci pintu dari dalam setelah suaminya berhasil di keluarkan. Setelah kepergian suaminya di luar pintu, Erlina meluruhkan air matanya kembali dengan isakan yang sedikit keras. Sedangkan bayinya yang ia gendong sudah tertidur kembali, bahkan sebelum Farhan keluar dari kamarnya, ia beralasan begitu agar Farhan ingin pergi, karna ia muak melihat wajah suaminya yang berpura pura tidak mempunyai kesalahan. "Perjuanganku selama dua tahun ini terbayar oleh penghianatanmu mas. ternyata selama dua tahun ini untuk meluluhkan hatimu telah membuatku sia-sia." "Bahkan aku sudah memberimu keturunan, yaitu seorang putri yang cantik dan mungil ini." Erlina menatap bayinya penuh sendu lalu mencium pipi gembulnya bertubi-tubi. "Melihat tidurmu yang damai, Mama menjadi bahagia, Sayang. Tapi maafkan Mama ya... jika suatu hari nanti Mama tidak bisa bersatu dengan Papamu lagi, kamu harus menjadi anak yang kuat dan pintar." ucapnya dengan tersenyum hambar. Erlina pun membaringkan bayinya ke tempat tidur, lalu ia juga membaringkan tubuhnya di samping baby-nya.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Revenge

read
31.5K
bc

Terjebak Asmara Majikan

read
10.0K
bc

Beautiful Pain

read
12.0K
bc

MY LITTLE BRIDE (Rahasia Istri Pengganti)

read
17.7K
bc

Oh, My Boss

read
384.2K
bc

Penghangat Ranjang Tuan CEO

read
27.3K
bc

The CEO's Little Wife

read
667.1K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook