Pernikahan Rahasia Gadis SMA

"Saya terima nikah dan kawinnya Aluna Kayla Syakira binti Bapak Ahmad Kurniawan dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan Logam Mulia 10 gram, uang tunai senilai 2 juta, dan Emas seberat 10 gram di bayar tunai" ujar nya dengan lantang memenuhi seisi ruang rawat ayah di rumah sakit. "Bagaimana para saksi.?" "Sahh" "Sah" Luna menutup mata dan menghembuskan nafas kasar menerima takdir yang baru saja ia terima, disaksikan oleh suster dan dokter yang menangani ayah nya, status Luna sekarang sudah berganti, walaupun ia masih anak kelas 2 SMA namun statusnya sudah berganti menjadi istri dari seorang laki-laki yang tidak ia kenali. Bagaimana tidak pertemuan mereka aja singkat dan padat, dikarenakan permintaan ayahnya. Luna mengadahkan tangan seraya berdoa sesaat penghulu itu berdoa "Sekarang kalian sudah SAH sebagai suami dan istri, silahkan istrinya mencium tangan suaminya begitu pula suaminya membalas mencium kening istrinya" titah penghulu tersebut. Luna pasrah mencium punggung tangan suaminya begitu pula suaminya membalas mencium kening nya, tidak ada perasaan bahagia bagi Luna, rasa hambar di pernikahan nya, mengingat permintaan sang ayah. Ahmad sang ayah mengidap gagal ginjal yang sudah sangat parah, ia tak pernah memberitahukan kepada siapapun, permintaan nya pada sang putri 3 hari yang lalu sulit untuk Luna terima namun ia tidak bisa menolak permintaan ayahnya. "Selamat ya kak Ahmad, sekarang Luna gadis kecilmu sudah punya suami yang akan menjaganya, hanya saja anak pertama kakak entah ada dimana sekarang semoga saja dia baik-baik saja" ujar tante Erna adik dari ayahnya dengan wajah yang sedih. Iyah aku pun teringat kak Ayu, kakak ku sendiri yang sekarang entah ada dimana. "Terimakasih Erna, aku juga bahagia tinggal putri sulungku yang ..." 'Uhuk-uhuk' ucapan ayah menggantung disertai batuk nya yang membuat dadanya kian sesak, yaa kakak ku kak Ayu belum mau menikah apalagi pacarnya. kak Ayu beda 6 tahun dengan ku. Saat ini kak Ayu sudah bekerja di kota, ia juga jarang pulang. "Luna, sekarang tugas ayah untuk menjaga mu sudah berpindah kepada suamimu" ucap Ayah dengan lirih aku tak tahu harus bagaimana tapi mendengar ucapan nya air mataku luruh seketika "Patuhilah suamimu seperti kamu patuh terhadap ayah dan ibu, anggaplah mereka ibu dan ayahmu juga" lanjut ayah sambil menunjuk ibu dan bapak dari Arga. Aku hanya bisa mengangguk "Arga ayah titip Luna, dia anak yang manja pada Ayah, Ayah percaya pada kamu nak" ujar nya lagi "Iya om pasti Arga akan jaga istri arga sendiri" jawab suamiku. "Heh,, kamu ini panggil om Ahmad dengan sebutan Ayah" ujar papah Arga yang menonyor kepala anak nya itu "Kamu tenang saja Mad sekarang Luna adalah anak kami, biar bagaimana pun mereka pernah bermain bersama" ujar Deren, ayah dari Arga "Iya benar itu mas, sekarang Luna adalah menantuku, anak perempuan ku tak akan ku biarkan Arga menyakiti Luna" ujar Iren mama dari Arga "Terimakasih om, tante" "Eits panggil kami, papah dan mamah" ujar mama iren "Hehe iya pah, mah" "Makasih Ren, aku sekarang sudah tenang kalau meninggalkan Luna" ucap ayah ku membuatku langsung menatapnya. "Ayah akan sembuh kan, menemani hari kelulusan ku kan.?" tanyaku, Ayahku tersenyum dengan sangat bahagia Aku hanya tinggal dengan Ayah dan tante Erna, kalau ditanya ibuku kemana, ibuku sudah meninggal lebih dahulu 2 tahun yang lalu. "Kamu doakan saja ya Nak, semoga ayah kamu cepat sembuh" "Iya tante" "Nak, kamu pulang lah bersama suamimu" "Benar itu biar ayahmu tante yang menjaganya" lanjut tante Erna "Ada mamah dan papah nak" ujar papah Deren "Tapi tan.." "Sudah tidak apa-apa ayahmu akan aman kalau kamu buatin ayah mu cucu hihihi" ujar tante Erna sambil cekikikan Mataku membulat saat mendengar kata cucu haduhhh usiaku saja masih 16 tahun tantee dan masih kelas 11 sma, kepalaku pusing jadinya. "Jangan dulu lah Er, dia aja masih sekolah" ucap mamah Iren "Loh nggak apa-apa mbak" jawab tante Erna yang membuatku kembali pusing. "Luna kita pulang, ada mamah ,, papah dan tante Erna yang menjaga ayahmu" "Nahhh Arga aja tak tahan tuh" goda tante Erna membuat Arga tersenyum kikuk. "Baik kak" aku pun mengalah dari pada menjadi bual-bualan dari tante Erna. "Mah, Pah, Luna dan kak Arga pulang dulu yah" "Iya nak, kamu tenang saja, biar ayahmu papah dan yang lain yang menjaga kamu fokus dengan sekolah kamu, bukan nya kamu besok mau ujian tengah semester.?" tanya papah Deren "Iya pah kok papah tau siii.?" tanyaku "Iya lah, makanya kamu belajar yang rajin yaaa biar bisa banggain ayah kamu" nasehat papah Deren aku pun mengangguk "Luna ayo cepetan ini sudah hampir malam" ujar Arga "Iya kak bentar" 'ckkkk' akupun berdecak sebal. Aku mengekori Arga yang jalan duluan di depan ku, masih banyak perawat dan dokter yang berlalu lalang dari kamar ke kamar yang lain. "Aduh" rintihku saat tubuhku bertabrakan dengan seseorang. "Kalau jalan lihat kedepan Luna" ucap kak Arga "Hehe iya kak maaf" ucapku. "Masuk kedalam" ternyata kak Arga membukakan pintu mobil untukku dan menutupnya. Aku tersenyum kecil saat kak Arga membukakan pintu mobil untukku. dan Aku segera menetralkan senyuman ku saat kak Arga masuk kedalam mobil. Mobil melaju membelah jalanan yang senggang. "Kamu mau makan dulu nggak.?" tanya kak Arga "Enggak usah kak" ucapku 'Kruuyuuuukkkkk' disertai bunyi keroncongan perutku membuatku sangat malu dihadapan kak Arga. "Lahhh itu perut kamu bunyi" ujar kak Arga yang menahan tawanya. "Jangan ketawa kak" geramku, ya aku sangat malu kepadanya kenapa harus bunyi disaat yang tidak tepat. "Lah siapa yang ketawa sih, perasaan aku nggak tertawa deh" timpal kak Arga membuatku mendengus kesal. Kak Arga menghentikan mobil di depan warung tenda bertuliskan sate ayam khas madura "Kamu mau nggak.?" tanya kak Arga, aku malu mau menjawabnya. kenapa kak Arga tidak peka sih.. sudah tahu perutku keroncongan minta diisi tapi kok masih nanya. "Yuk turun aku biasanya makan ditempat" ujarnya lagi. Aku pun mengangguk lalu turun dari mobil. Aku baru tahu bahwa Arga pernah makan ditempat yang kecil. Padahal dia anak orang yang berada dan anak tunggal pula. "Kang sate ayamnya dua porsi yaa makan disini" ujar Arga "Walah Mas Arga ternyata,, pake nasi atau lontong mas.?" tanya si penjual sate. "Iya nih kang" jawab Arga lalu menoleh kearahku "lontong" ucapku lirih. "Dua porsi pake Lontong ya kang, sambalnya pisah saja terus minumnya teh hangat saja" ucap Arga "Baik mas ditunggu sebentar ya mas" Arga kembali duduk dihadapan ku, seketika aku bingung hendak ngapain, akupun hanya membuka ponselku dan menggulirkan ponselku bingung juga mau buka apa, lagipula aplikasi chat hijauku yaa isinya begitu jadi agak malas buat membukanya. "Jangan main hp mulu Luna, kita mau makan" ucap Arga membuatku meletakkan hp ku di meja sisi kanan ku. "Iya kak maaf" ucapku dengan lirih dan menunduk. "Permisi mas Arga dan mbak cantik,, ini pesanan nya" sela kang sate, "Duh mas Arga sekalinya bawa cewek, ceweknya sangat cantik sih mas" goda kang sate, aku pun malu mendengarnya apa iya Arga tidak pernah membawa salah satu teman cewek nya buat nongkrong atau apa gitu. Rasanya tidak mungkin mengingat Arga itu ganteng.. Eitsss bentar, ahhh aku ngomong apa tadi, Arga ganteng, untungnya ngucapin nya dalam hati kalau ngomong langsung bisa bisa dia terbang melayang tuh hihi.atau bisa jadi besar kepala dia saat aku memujinya tampan kan,, yaa walaupun dia suamiku tapi kan aku belum ada perasaan apapun terhadapnya.