Kantung Plastik

1337 Kata
Langit berwarna abu-abu, matahari sudah hampir tenggelam yang menandakan ini bahwa waktu sore hari hampir sudah selesai. Hadasa Haato... Dirinya tidak terlalu suka keluar rumah, hanya seorang remaja biasa seperti remaja-remaja yang lainnya. Biasanya dia hanya bermain video-game seperti kebanyakan orang sekarang. Tapi hari ini … hari ini berbeda untuknya. Sekarang ini Hadasa sedang berada di toko serba ada untuk membeli makanan cepat saji atau yang biasa disebut dengan cemilan. "Mampir ke toko serba ada pada waktu sore hari? Mana ada orang yang akan melakukan hal itu… Yah, itu aku sih." Membicarakan hal-hal aneh dengan dirinya sendiri … sudah pasti dialah orang yang paling sering melakukannya. Benar, dia adalah Hadasa Haato! Disaat dalam perjalanan menuju ke kasir di toko, Hadasa memanfaatkan waktunya sebaik mungkin. Tentu saja … dengan cara melihat-lihati komik yang dijual didalam toko! "Oh ada buku baru, judulnya… 'Memulai hidup di dunia lain dari Zero' ini hanya aku saja … atau memang aku merasa jika belakangan ini ada banyak sekali cerita-cerita mengenai seseorang yang dipindahkan ke dunia lain? Sepertinya, hidup di dunia lain itu memang bagus sih." Menutup kembali sampul buku itu, Hadasa lalu pergi berjalan menuju kasir, sepertinya inilah akhir perjalanan dirinya menuju mas-mas kasir. Tapi … tiba-tiba saja Hadasa berhenti. Dia lalu menoleh ke samping mas-mas kasir dan melihat sesuatu yang membuatnya sangat terkejut. "Ti—tidak mungkin … i—ini bohongkan… tidak bisa dipercaya … bagaimana bisa … bagaimana bisa…" Menutup mulutnya dengan tangan kanannya, Hadasa lalu memikirkan hal-hal yang pernah ia lalui di toko serba ada ini. Waktu semasa dia kecil… "Mama-mama, aku pingin beli Lop Mie dong!" Tapi sayang sekali, ibunya menjawab: "Tunggu nanti kalo udah diskon ya…" Hadasa yang mendengar perkataan dari ibunya itu lalu terdiam, dia melihat Lop Mie yang tersusun rapi seperti pemain bola yang anggotanya berjumlah 11 orang. Dengan matanya, Hadasa lalu menghitung jumlah dari Lop Mie itu… "1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11." Selesai sudah dia menghitung … dan ternyata, jumlah dari Lop Mie itu memang adalah 11! Mari kita kembali ke masa sekarang. "… Tu—tunggu, kenapa waktu kecil aku menghitung jumlah Lop Mie yang berjejer?!" Memikirkan hal itu dengan berdiri diam, Hadasa lalu mengingat dirinya waktu semasa SMP… Hari itu Hadasa sedang berjalan pulang dari sekolah… Dirinya lalu pergi ke toko untuk membeli Lop Mie, dia masuk ke dalam toko dan lalu membawa Lop Mie bersamanya ke mas-mas kasir. "Bang, saya mau beli ini." "Oke dik, harganya 5 ribu ya." Mengeluarkan uang 4 ribu dari kantung celananya, Hadasa lalu memberikan uangnya pada mas-mas kasir. "Eh … maaf dik, uangnya kurang." Singkat cerita, Hadasa akhirnya pulang dengan membawa sosis really nice yang berharga kisaran 1 ribu. Lalu di masa sekarang… "… Akhirnya … akhirnya!!! Lop Mie diskon!!" Berpose superhero landing, sepertinya DP akan bangga saat melihat dirinya saat ini. Note: Deadpool Reference. "Meskipun hanya diskon 10 persen, tapi tetap saja … akhirnya … akhirnya Lop Mie diskon setelah sekian lamanya." Mengusap air matanya dengan kedua tangannya, Hadasa merasa bangga dikarenakan dirinya sudah menunggu momen ini sejak sekian lamanya. "Aku sangat tidak menyangka hari ini akan datang juga... Itu adalah perjalanan yang panjang, aku pasti akan mengingatnya..." Membawa belanjaannya ke kasir, Hadasa lalu menaruh hasil belajaannya. Hadasa lalu mengeluarkan uang dan menaruhnya ke meja kasir dan men-packing hasil belanjaannya sendiri. "Mas... Ambil kembaliannya." Menaruh uang yang dia berikan ke meja kasir, Hadasa lalu berjalan menuju pintu untuk keluar dari toko. belum sampai sepuluh detik Hadasa berjalan, dirinya lalu dipanggil oleh Mas-Mas Kasir itu. "Mas! Mas!" "Udah gapapa mas, saya ikhlas kok, ambil aja kembaliannya." "Tapi mas…!" Mengabaikan Mas-mas Kasir, Hadasa tetap berjalan menuju pintu keluar dengan perasaan bangga. Hadasa merasakan jika dirinya sedang dalam perasaan yang sangat menyenangkan bagi dirinya saat ini. Mas-mas itu lalu dengan cepat memegang pundak Hadasa dan berkata: "Duitnya kurang mas!" "Gimana-gimana?" Singkat cerita, Hadasa lalu berhasil membayar hasil belanjaannya yang kurang itu. "Haahh … aku tidak menyangka jika kantung plastik pun sekarang sudah ada harganya, padahal di toko sebelah perasaanku tidak pernah bayar." Memikirkan hal itu dengan wajah lelah, Hadasa lalu berhenti dan melihat ke langit yang bebas. "Kira-kira kalau di dunia lain itu kantung plastik juga bayar apa tidak ya?" Dengan kedua bola matanya, Hadasa melihat ke langit yang berwarna abu-abu itu. Namun tiba tiba… Seolah-olah seperti ada cahaya yang sangat terang menyinarinya. Dikarenakan reflek, Hadasa lalu menutup kedua matanya... … Dan disaat dia membuka kembali kedua matanya… Dirinya ... berada di tengah-tengah hutan... ... Itulah yang Hadasa pikirkan sebelumnya, tapi kenyataannya ... dirinya memang melihat cahaya yang cukup terang di langit sih, hanya saja itu bukanlah semacam pertanda sihir yang akan memanggilnya ke dunia lain. Ia merasa jika matanya sedang diterangi oleh cahaya yang sangat terang itu dikarenakan, tidak lain dan bukan ... adalah matahari. Mungkin menurutmu ini sangat aneh, tapi itulah kenyataannya. Sebenarnya, Hadasa sedang mencoba sesuatu yang berhubungan dengan dunia lain, benar Isekai. Ia ingin pergi ke dunia parallel fantasy, apapun itu seperti imajinasinya, maka dari itu sekarang ini dia sedang mencoba salah satu caranya. Tentu saja seperti yang baru saja anda baca, dirinya baru saja berbelanja dari toko serba ada. Tidak lain dan bukan, ini adalah salah satu strategi untuk pergi ke dunia lain menurutnya. "Dunia Parallel Fantasy" siapa sih yang tidak ingin pergi ke dunia semacam itu? Kalau ada yang gak mau, temuin samaku disini ya, betumbuk kita. Canda bang hehe. "Ti--tidak berhasil... Apa aku melakukan suatu kesalahan ya ... tapi aku rasa aku sudah benar melakukannya. Aku rasa aku harus mencoba metode lain." Menggaruk-garuk kepalanya, Hadasa berpikir mengenai metode-metode untuk pergi ke dunia lain. Metode-metode untuk pergi ke dunia lain: Yang pertama, belanja di toko serba ada dengan wajah yang lifeless dan memakai tracksuit. Ia sudah mencobanya barusan, tapi tidak berhasil. Yang kedua, Hadasa sebenarnya agak takut untuk melakukan metode kedua ini, namun karena dia sudah membulatkan tekadnya. Hadasa berdiri di pinggir jalan, dirinya melihat bahwa sekarang ini ada banyak sekali mobil yang di jalanan. Dengan perasaan takut, Hadasa lalu melangkahkan kakinya untuk maju ke tengah jalan. Wajahnya dipenuhi keringat, meskipun terlihat sedikit senyuman dari wajahnya itu. Satu langkah telah di tapakinya, ia lalu menguatkan dirinya sendiri dengan menyemangati ... tentu saja dirinya. Namun dia berhenti dan langsung berbalik menjauh dari jalanan. Jauh di dalam pikirannya ia berpikir, "Apa kalian benar-benar berpikir aku akan melakukan itu?! Meskipun aku adalah orang yang tidak memiliki masa depan sedikitpun, tidak mungkin aku akan bunuh diri semudah itu hanya karena ingin pergi ke dunia lain. Aku ini masih waras, bahkan kurasa orang yang tidak waras sekalipun akan berpikir matang-matang mengenai hal seperti ini. Berpikirlah memakai otakmu!" Menghentikan dirinya untuk mati konyol, Hadasa lalu memutuskan untuk pulang saja hari ini dan mencobanya lagi lain waktu. "Aku rasa, aku ingin mampir ke toko dulu... Haahh, padahal aku baru saja dari sana." Mengambil sepotong bungkus wafer keju, Hadasa lalu membawanya bersama dengan kantung plastik yang berisikan dengan makanan-makanan yang baru saja ia beli sebelumnya. "Padahal aku baru saja berada di sini sebelumnya, tapi aku malah kembali lagi untuk membeli sesuatu yang kulupakan. Benar-benar bodoh sekali aku ini." Ia lalu melangkah ke kasir, untuk membayar wafer keju yang ingin ia beli. Ia lalu membayar wafer keju itu seperti biasanya, seorang remaja normal yang belanja di toko serba ada. "Ah, yang ini tadi sudah kubayar sebelumnya." "Mau sekalian Lop Mie?" "Tidak-tidak, aku hanya ingin membeli wafer ini." Diantara percakapan itu, Hadasa berpikir, "Tidakkah kau ingat bahwa aku baru saja membeli Lop Mie sebelumnya?!" Setelah membeli wafer keju itu, Hadasa pun keluar dari toko serba ada itu. Dirinya lalu melihat ke arah depan, tidak seperti sebelumnya. Perlahan cahaya muncul menuju arah matanya, dengan sigap Hadasa lalu mengucek matanya. Saat dirinya kembali berkedip, dirinya belum menyadarinya bahwa sekelilingnya dipenuhi dengan pohon-pohon hijau. Langit terang benderang yang artinya menandakan siang hari. Melihat kesamping dengan kepalanya, Hadasa akhirnya menyadari bahwa sekarang ini ia berada di tempat yang tak ia kenali. "Apa yang sebenarnya terjadi?" Mengatakan itu dengan wajah raut kebingungan, ia lalu merubah pandangannya ke arah depan. To Be Continued
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN