Hadasa berada di tengah-tengah hutan, bukan di depan toko ataupun di depan pintu toko serba ada yang baru saja ia singgahi.
Menyadari bahwa sekarang ini dirinya berada di tengah-tengah hutan, wajah Hadasa menunjukkan ekspresi yang kebingungan lengkap dengan alis matanya yang aneh.
Perlahan-lahan dirinya mulai melihati pemandangan sekitar dengan kedua matanya, dia melihat ke arah kiri, di sana terdapat sebuah pohon biasa dengan tumbuh-tumbuhan yang cantik berada di dekatnya.
Setelah beberapa saat melihat ke arah kirinya, Hadasa lalu memalingkan wajahnya ke bagian kanan kepalanya, dia lalu melihat seorang teman kecil sedang hinggap di bagian suatu pohon.
Note: Maksudnya serangga kecil.
Memalingkan wajahnya kearah depan, Hadasa lalu menyadari bahwa ada sebuah pohon yang sangat besar berada tepat di depan dirinya.
Dengan wajah senang dan sangat excited, Hadasa lalu perlahan menunjukkan sebuah senyuman di wajahnya.
"Ja--jangan-jangan, ini adalah Isekai???!!!"
Note: Dunia Lain maksudnya.
Mengangkat kedua tangannya dengan tegap ke atas langit, Hadasa berteriak dengan jelas sehingga siapapun yang berada di hutan itu bisa mendengarnya.
"Benar! Ini pasti adalah Isekai...Yoshaa!! Selamat tinggal dunia lama, selamat datang Isekai!! Oohh... aku tidak sabar, nantinya aku akan level up bersama teman-teman seperjuanganku, dan akan melawan boss atau mungkin...Raja Iblis!! Aku sangat bersemangat!!,
"...Jujur saja sebenarnya aku tidak sesemangat itu, aku hanya membuat situasi seolah-olah aku adalah seorang Main Character periang yang bodoh akan segala hal...aku harap para pembaca Shounen tidak akan baperan setelah mendengarku."
Dengan semangat yang mengalir di didalam darahnya, Hadasa lalu berjalan-jalan ke sekitar selama kurang lebih 10 menit...
10 Menit kemudian...
"Ahh...akhirnya...ketemu...jalanan.. juga..., perjalanan yang benar-benar panjang. Aku rasa aku telah menyia-nyiakan waktuku karena berjalan memutar-mutar."
Berjalan keluar dari dalam hutan yang sangat membuatnya kelelahan dan kebingungan, dengan perlahan-lahan dirinya jatuh ke jalanan itu bersama dengan kantung plastik-nya.
Kehabisan nafas karena lelah, nafas yang tidak teratur, fisik yang lemah, berjalan selama 10 menit saja sudah membuatnya ngos-ngosan seperti orang yang baru saja mengikuti lomba lari tingkat nasional.
Mendengar suara orang-orang yang sangat ramai, Hadasa merasa jika disekitarnya ada banyak sekali orang, tidak seperti saat dirinya berada didalam hutan.
"...Ternyata tempat aku spawn adalah sebuah desa yang lumayan besar ya...yah...tidak terlalu buruk, mungkin saja aku akan dipilih menjadi seorang pahlawan healer dan akan dibawa ke suatu kerajaan nantinya oleh sang tuan putri...ka--kalau kupikir-pikir lagi, aku rasa menjadi seorang warga biasa lebih baik daripada menjadi pahlawan healer."
Dengan perlahan, Hadasa menggerakkan kepalanya ke atas dan melihat keadaan di sekitarnya. Ia melihat bahwa ada banyak sekali orang di jalanan itu.
Dilihat dari keadaannya, sepertinya Hadasa telah masuk ke distrik perbelanjaan suatu desa di dunia ini. Setelah menyadari bahwa dirinya akhirnya menemukan tempat dimana para warga berada, Hadasa lalu bangkit berdiri dan berteriak, "Yoshaa...!!! ...Gawat, sepertinya aku telah memicu event dimana seorang Main Character bersemangat akan hal yang tidak penting. Kalau seperti ini terus aku rasa akan ada seseorang yang memanggilku dengan sebutan "Brain Dead" maka dari itu aku harus bertindak sewajarnya agar tidak menarik perhatian."
Mendengar teriakan dari seseorang di tengah-tengah keramaian tentu saja membuat orang-orang kehilangan fokus dan mengalihkan pandangannya pada dirinya. Hadasa yang berpikir bahwa dirinya sekarang ini menjadi sorotan orang-orang, dengan suara kecil tidak seperti sebelumnya, ia membungkuk dan berkata: "Ma--maaf atas keributannya."
Singkat cerita Hadasa akhirnya duduk di belakang suatu toko karena dirinya lelah karena kehabisan nafas.
Ia lalu mengangkat kedua tangannya dan melihat-lihati sekujur lengannya.
"Aku rasa fisikku tidak bertambah lebih kuat, bertambah kuat darimana? Kehabisan nafas karena berjalan cukup jauh, bertambah kuat darimana itu? Tapi yah aku bukan orang yang suka dengan hal berbau cheat, aku lebih suka melakukannya dari awal tanpa sebuah kecurangan...jika aku berkata seperti ini, pasti derajatku langsung melesat naik dimata orang-orang. Tapi asal kau tahu saja, aku berkata jujur mengenai cheat itu...kalau dipikir-pikir lagi, kata-kataku sepertinya kelihatan sangat Ganteng Banget."
Mengeluarkan Cellphone miliknya dari dalam kantung celananya, Hadasa mendapati bahwa ponsel miliknya masih bekerja.
"Ponsel-ku masih bekerja seperti biasanya, hanya saja...tidak ada sinyal."
Setelah berkali-kali mengecek ponsel-nya untuk memastikan ada suatu hal yang bisa dilakukan oleh benda itu, Hadasa lalu menyadari suatu hal yang menurutnya sangat keren dan pasti akan berdampak pada dirinya.
"Aku tahu, pasti nantinya aku akan menggunakan ponsel ini untuk melawan musuh dan mengeluarkan sihir dari dalamnya, keluarlah...MONO BURST!"
Berteriak dan mengarahkan ponselnya ke arah keramaian, Hadasa lalu menyadari bahwa dirinya pasti akan diperhatikan oleh keramaian lagi, Hadasa dengan bergegas langsung meminta maaf seperti sebelumnya.
"Aku minta maaf karena telah membuat keributan!!!," begitu teriaknya meminta maaf.
Namun kali ini berbeda, tidak ada orang yang memperhatikan dirinya. Sepertinya sekarang ini pusat keramaian sedang tertuju pada sesuatu, tentu saja sesuatu itu bukanlah dirinya.
Lega karena dirinya tidak menjadi pusat dari perhatian orang-orang lagi, Hadasa lalu mengeluarkan nafas yang menunjukkan jika dirinya sudah lelah saat ini, "Haahh, kukira aku bakal dilihati oleh orang-orang lagi...aku rasa ada sebuah event yang sedang terjadi saat ini, contohnya seperti seseorang yang sedang berkelahi. Nantinya sang Main Character atau aku akan datang untuk melerai mereka entah bagaimana caranya."
Setelah mengeluarkan nafas kelelahannya, Hadasa lalu penasaran dengan apa yang sebenarnya sedang dilihat oleh orang-orang di sekitarnya, "Apa yang sebenarnya sedang mereka lihat?"
Mengambil kantung plastik yang ia letakkan di sampingnya dirinya sendiri, Hadasa lalu berjalan ke arah pusat keramaian itu.
Masuk keramaian dengan melewati sela-sela ketiak orang-orang, Hadasa mengeluh dan berkata: "Woi bau woi! Eh...maaf...permisi..."
"...Sebenarnya, apa sih yang sedang kalian lihat?"
Berhasil masuk kedalam keramaian, Hadasa lalu menyadari bahwa dirinya sekarang ini sudah berada di barisan paling depan.
Di dalam keramaian itu ternyata orang-orang sedang melibati proses baris berbaris dari kumpulan orang-orang yang berseragam mirip satu sama lain.
Orang-orang yang berseragam putih itu pun melakukan baris-barisnya, namun belum sampai sepuluh detik, ternyata..."Bubar...Jalan!" Baris-baris orang itu sudah selesai dan orang-orang pun mulai meninggalkan keramaian itu.
"Eh... yang benar saja, saat aku baru datang ternyata malah sudah selesai...Hahh, sepertinya ini bukanlah hari keberuntunganku..."
Hadasa yang kecewa karena dirinya telat pun akhirnya juga pergi meninggalkan keramaian itu.
Seorang remaja yang baru saja telah dipindahkan ke dunia lain, bukankah sang remaja itu sedang berada di hari keberuntungannya? Atau... tidak?
Setelah meninggalkan keramaian itu, Hadasa lalu pergi berjalan untuk mencari penginapan disana.
Setelah berjalan cukup lama, Hadasa akhirnya baru menyadari bahwa dirinya...tidak bisa membaca tulisan yang ada di dunia ini.
"Yang benar saja! Aku bahkan tidak bisa membaca tulisan yang ada di sini!!?? Benar-benar suatu hal yang mengecewakan, tidak hanya kekuatan fisikku tidak bertambah kuat bahkan aku tidak bisa melakukan hal yang sangat simpel seperti membaca."
Mengeluh kesal sendiri dan diperhatikan orang sekitar, Hadasa akhirnya berpikir untuk mencari tempat yang sekiranya bisa dipakai untuk dirinya tidur hari ini.
Bergumam sendiri karena kesal, tiba-tiba saja Hadasa mendengar jika dirinya telah dipanggil oleh seseorang di sana.
"Hei anak yang disana."
Mendengar seseorang sedang memanggil SEsOoRAnG juga, Hadasa merasa bahwa bukan dirinyalah yang dipanggil oleh orang aneh yang sedang duduk dan terlihat seperti seorang peramal itu.
"HEI Aku memanggil kamu!"
Menyadari jika orang itu meneriakinya, Hadasa lalu pergi mendekati orang itu dan duduk jongkok di didepannya.
"Kau mau apa nenek?"
"Nenek?! tidak sopan sekali. Meskipun aku terlihat seperti ini, aku ini adalah seorang peramal."
Mendengar perkataan nenek itu, jauh didalam pikirannya, Hadasa berpikir: "...Meskipun aku terlihat seperti ini? Bukankah dilihat dari manapun dia memang terlihat seorang peramal?"
"Ya, aku sudah tahu itu nek."
"Oh kau sudah tahu?"
"Ya sudah tahu."
Membalas perkataan satu sama lain dengan cepat, Hadasa menyadari jika sepertinya peramal ini mempunyai tujuan dari mengajaknya berbicara disini.
"Aku ini adalah peramal-,"
"--Ya aku sudah tahu."
Mendengar jawaban yang sangat cepat dari Hadasa, peramal itu lalu menunjukkan wajah kesalnya karena dirinya merasa jika Hadasa telah mempermainkannya.
"Diam dulu pas aku ngomong WOI!"
"Ya-ya baik."
Mengulang kembali semuanya dari awal, peramal itu lalu berbicara: "Seperti yang kubilang, aku ini adalah seorang peramal. Apa kau ingin kuramal?"
"...Tidak mau, kau terlihat mencurigakan."
"Cepat sekali menjawab, apa-apaan kau ini."
"...Aku sedang terburu-buru sekarang jadi bisakah kau cepat?"
Mengeluh kesal dengan seorang peramal karena merasa bahwa kepentingannya saat ini adalah tujuan yang utama untuknya, dengan cepat Hadasa lalu memutuskan untuk mendengar nenek peramal ini sebentar.
"Dirimu berasal dari tempat yang jauh...-"
Mendengar awal dari perkataan nenek peramal ini, Hadasa merasa terkejut dan memikirkan jika: "Bagaimana dia bisa tahu?!"
"-Dirimu adalah seorang pria, kelahiranmu berasal dari seorang perempuan..."
Kembali mendengar lanjutan dari nenek peramal itu, Hadasa lalu membulatkan tekadnya, dengan sigap dia lalu menunjukkan wajah dengan bayangan di wajahnya seperti tokoh-tokoh saat dia sedang dalam posisi yang keren.
"Hoi nenek, kalau kau bercanda lagi, akan kutinggal loh."
Berjalan pergi dari nenek peramal itu dengan keren, Hadasa lalu mendengar kembali suara nenek itu.
"Hei-hei tunggu!"
"Ada apa lagi?"
"Setidaknya, terimalah pil ini."
Mengeluarkan sebuah pil berbentuk bulat berwarna ungu gelap yang terlihat sangat mencurigakannnnn... dan memberikannya kepada seseorang...bukankah nenek ini terlihat sangat mencurigakan....dengan cepat, lagi-lagi Hadasa lalu menunjukkan wajahnya dengan efek-efek shadow.
"Hoi nenek...apa sebenarnya tujuanmu??"
"...Tidak ada."
"Jelas ada! Kau dari tadi terlihat sangat mencurigakan tahu!"
"Sudahlah terima saja kenapa? Anggap saja ini adalah hadiah karena sudah mau mendengarkanku, belakangan ini soalnya sangat jarang orang-orang yang ingin diramal. Maka dari itu saat seorang anak muda sepertimu ingin mendengarkan walaupun sebentar saja, kurasa itu sangat berarti untuk seorang nenek sepertiku ini. Sudah terima saja, ketika seseorang memberikan sebuah hadiah padamu, kau harus menerimanya bukan?"
"Baiklah-baiklah aku terima, sampai jumpa lagi, nenek obat-obatan."
"Aku nenek peramal woi! Eh tunggu, maksudku aku ini peramal woi!"
Setelah melakukan pembicaraan yang sangat lama dengan nenek peramal itu, Hadasa lalu pergi berjalan meninggalkannya.
To Be Continued