Bagian 5

456 Kata
Pukul 07.30 Alya sudah berada di kantor. Suasana masih sepi belum banyak karyawan yang datang, karena jam masuk kerja mulai pukul 08.00. Alya menuju ruang kerjanya. Menaruh tasnya di laci bawah meja kerja. Kemudian menyalakan mesin komputernya. Selama komputernya sedang proses membuka, Alya beranjak ke pantri yang memang sudah disiapkan untuk semua karyawannya. Alya mengambil cangkir manuangkan kopi instan yang ia bawa dari rumah. Setelahnya ia tuangkan air yang sudah ia masak terlebih dahulu. Aroma kopi instan yang menenangkan, menambah semangat hari ini. "Hai Al, gimana keadaanmu? sudah sehat?" tanya Mita yang tiba-tiba sudah ada di pantri. Rutinitas wajib mereka menyeduh kopi sebelum jam bekerja dimulai. Kopi bisa menjaga fokus, begitu kata mereka. "Hmm.. seperti yang kamu lihat," jawab Alya dengan senyum manisnya. "Aku kaget kemarin pas tau kabar kamu ga berangkat karena sakit, kamu beneran sudah sehat?" tanya Mita masih belum percaya. Karena terakhir ia mengantar pulang, Alya sangat pucat dan terlihat menahan sesak. "Beneran, Mita," jawab Alya sambil terkekeh. Alya sangat bersyukur mempunyai teman seperti Mita. ia benar-benar tulus berteman. "syukurlah, yuk balik ke ruangan," ajak mita. Mereka berjalan beriringan menuju ruang kerja sambil mengobrol ringan. Dilihatnya kantor sudah mulai ramai, para karyawan mulai berdatangan. Mereka sampai di ruangan kerja, suasana ramai tak seperti biasanya. "Nih buat Mita sama Alya." Sesil langsung mengulurkan sebuah undangan dengan desain sangat apik. Bertuliskan tinta emas. Alya yang sudah menerimanya langsung membaca, "Fakhri & Sesil". Walau sudah tahu akan ada pernikahan dan sudah berusaha menguatkan hati, nyatanya ia tetap merasa sakit. "khusus buat kalian berdua, kalian harus mau ya jadi pengiring pengantin," pinta sesil dengan wajah memohonnya. Alya mengangguk dengan senyum yang dipaksakan. Mita melirik ke arah Alya, ia sangat paham dengan kondisinya. Ia pun ikut menyanggupi permintaan anak dari bosnya. Sesil bersorak kegirangan, ia juga menyampaikan bahwa akhir minggu besok jadwalnya mereka buat fitting baju. Setelahnya ia kembali ke ruangannya. Sesil memang sudah mulai berkerja di kantor tersebut menggantikan ayahnya. Setelah kepergian sesil, "Al, kemarin aku lihat Fakhri calon suamimu pulang bareng sama Bu Sesil bergandengan mesra. Tidak mungkin kan yang menikah dengan Bu Sesil, Fakhri yang itu?" tanya Reni salah satu rekan kerja satu divisinya. "Iya kamu benar," jawab Alya langsung untuk menghindari pertanyaan-pertanyaan lain. Banyak orang bertanya bukan karena peduli, tetapi mereka mencari bahan untuk bergosip ria. Salah satunya Reni ini, si biang gosip. Tunggu saja sebentar lagi pasti bakal beredar kabar yang tidak menyenangkan bagi Alya. Alya sudah sangat mempersiapkan hal ini sebagai salah satu konsekuensi bosnya yang sekarang adalah calon istri dari mantan calon suaminya. Tetapi ada hal lain yang sangat dikhawatirkan olehnya, bagaimana perasaan Sesil kalau tahu Fakhri adalah mantan calon suaminya. Karena menurutnya, Sesil sepertinya belum tahu kalau fakhri adalah mantan calon suaminya. "hmmm,,, terjadi, maka terjadilah," gumam Alya sepeninggalnya Reni.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN