“Kamu baik-baik saja, Har?” Gahar meningkahi pertanyaan Priska hanya dengan lirikan malas. “Memangnya Gahar kenapa?” tanya Papa, merasa ada yang terjadi jika ditilik dari gelagat anak sulung dan bungsunya tersebut. “Papa belum tahu, ya? Dia kan ditinggal sama pacarnya, terus—“ “Kak, udah,” sela Gahar benar-benar tak tahan dengan Priska yang terus melontarkan sindiran-sindiran. Sikapnya ini lebih pantas dilakukan oleh anak baru gede, alih-alih orang dewasa. Terlebih terhadap adik kandung sendiri. Gahar menatap Priska dengan sebal. “Makin lama, aku makin nggak merasa kalau kita ini saudara. Apa aku perlu buat surat pernyataan nggak mau terima warisan Papa dulu baru kamu bisa tenang dan nggak anggap aku ini musuh?” “Sudah, cukup-cukup,” sela Mama Hesty, sebelum perdebatan kedua ana

