BAB 1 – Suamiku Mulai Berubah

496 Kata
Hai cantik! Salam kenal, ya. Seketika hati Ceria berdetak kencang, antara marah dan kecewa saat membaca sederet chat mesra suaminya dengan wanita-wanita cantik di media sosial. Pantas saja belakangan ini Bagja, suaminya, selalu tak acuh. Waktunya habis hanya untuk teman, gawai, dan dalih pekerjaan. Setegar apa pun kekuatan hati seorang wanita, akhirnya buliran itu pecah berhamburan. Sakit itu menjalar, menusuk-nusuk perasaan yang selama ini dijaga. Menghanguskan kepercayaan hingga hampir tak tersisa. Semua pengorbanan waktu, tenaga, bahkan karier yang sedang memuncak dia tinggalkan hanya untuk memenuhi permintaan Bagja. Dulu suaminya memintanya untuk fokus menjadi ibu rumah tangga, namun ternyata apa yang Ceria dapatkan? Sebuah pengkhianatan terselubung, ditutupi dengan dalih pekerjaan selalu menjadi alasan. Ceria telah salah menilai, lelaki tetaplah sama, yang pada kodratnya menyukai wanita cantik dan seksi. Kondisi dirinya yang tidak secantik dan selincah dulu mungkin menjadi salah satu alasan. Namun, apakah mata lelaki itu sudah tertutup akan cinta dan ketulusan yang dulu dia janjikan? Setiap hari, hidup Ceria berkutat dengan rutinitas yang membosankan. Pendapatan minim dari gaji Bagja, memaksanya untuk berhemat agar bisa memiliki tabungan. Terlebih kini seorang balita cantik yang sedang lincah itu perlu dipikirkan masa depannya. Iren harus mendapatkan pendidikan yang baik di masa depan, itulah fokus Ceria saat ini. Setiap malam, dia hanya berteman sepi menanti. Seperti hari ini, sudah pukul sepuluh malam, suaminya belum pulang. Alasan berulang, yaitu meeting dan acara kantor. Hati Ceria semakin terluka, ditatapnya Iren—sang putri kecil yang baru berusia dua tahun. Gadis kecil itu sudah tertidur lelap. Dibelai rambutnya yang lembut dan poninya yang berantakan. Kecupan bertubi-tubi menghujani wajah mungil gadis kecil itu. “Sepertinya aku harus mengambil keputusan sebelum semuanya berubah terlalu jauh, maafkan Mama, Sayang.” Dikecupnya lama dengan penuh kasih pucuk kepala gadis kecilnya. Ceria mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja rias, berharap sang suami mengirimkan kabar, namun ternyata ponselnya masih sepi notifikasi. Sekilas dia melihat bayangan wajahnya, siapa pun yang melihatnya tidak akan tertarik. Rambut yang dikucir, wajah pucat tanpa polesan, bibir tipisnya terlihat kering, garisan-garisan lelah terlihat di wajahnya, matanya kuyu. Wanita berdaster rumahan itu termenung beberapa saat. Dia merindukan sosoknya yang dulu. Gadis yang lincah dan menarik, lulusan S1 dari universitas ternama yang lulus c*m laude dan memiliki karier yang bagus di perusahaan. Di saat itulah dia bertemu dengan Bagja, seorang pemuda tampan yang baru merintis kariernya. Bagja meminangnya dan memilihnya untuk menjadi istri dan ibu dari anaknya. Ceria termenung di tepi ranjang, berkali-kali ditariknya napas panjang. Hatinya sudah terluka, jiwa rapuhnya harus diganti sekuat baja. Semua harus dimulai secepatnya. Tidak banyak waktu lagi untuk duduk diam menunggu perubahan. Dia menerawang, mengingat setangguh apa dulu dirinya. Dikumpulkannya serpihan kenang itu untuk menguatkan tekadnya. Kehidupan bahagia itu bukan hanya milik Bagja. Dia juga berhak memilikinya. “Aku akan mengubah semuanya kembali. Aku akan membuatmu mengerti dan menyesali apa yang telah kau lakukan padaku saat ini,” gumamnya dengan yakin. *** Yuk ikuti juga ceritaku yang lain: 1. Tetangga Sok Kaya 2. Istriku, Di Mana Kamu? 3. Dinikahi Konglomerat (tamat)
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN