Part 6

1011 Kata
Saat ini, Ale dkk sedang berada di kantin. Mereka duduk di kursi yang masih kosong. Sedari tadi seisi kantin menatap Ale, namun Ale tak memperdulikan itu. "Untung aja masih ada yang kosong." Ujar Tisya sambil mendudukkan bokongnya di kursi panjang itu. "Mir, lo yang pesen ya? please." Lanjut Tisya dengan Puppy eyes nya. Mira menghela nafas kasar. "Hm.. Lo pengen apa Le?" Ujar Mira. "Bakso sama es teh." Ujar Ale yang menatap kejendela kantin yang berhadapan langsung dengan lapangan basket. "Oghkey." Ucap Mira lalu berdiri dari sana hendak untuk memesan. Tisya yang tak ditanyai pun kesal. "Lo kok gak nanya gue sih?" Ucap Tisya dengan cemberut. Mira memutar bola mata malas. "Lo pengen nasi goreng sama jus sirsak kan?" Ucap Mira menatap kesal Tisya. Tisya cengegesan lalu mengangguk. Setelah kepergian Mira. Meja Tisya dan Ale hening. Hingga Tisya menatap Ale intens. "Kenapa?" Ucap Ale tanpa mengalihkan pandangannya dari lapangan basket. "Kok lo gak pakai makeup lagi?" Ucap Tisya. Ale langsung menatap Tisya membuat Tisya menatap kearah lain. "Gue kan mau berubah, sya." Ucap Ale tersenyum. Tisya yang mendengar itu, kembali menatap Ale. Tisya kira Ale akan marah, karna sifat Ale yang memang pemarah. Tapi, ia salah, sahabatnya ini benar benar sudah berubah. Setelahnya hening kembali. Sampai Mira datang membawa makanan mereka dengan nampan. "Sepi amat. Hening cipta lo pada?" Ucap Mira yang melihat kedua sahabatnya tak berbicara seperti bermusuhan saja. "Lagi irit air liur gue." Ucap Ale lalu menggeser mangkuk bakso kearahnya. Mereka makan tanpa berbicara sedikitpun. Hingga kantin yang tadinya tidak terlalu berisik, sekarang menjadi sangat berisik. "Pada kenapa sih?" Ucap Ale karna ia tak suka jika acara makannya terganggu. Apalagi mendengar teriakan siswi seperti orang kesurupan saja. "Biasa Zain dkk si mostwanted SMA Alexander sama Ana dkk si polos polos bangsat." Ucap Mira melanjutkan makannya yang sempat terhenti karna pertanyaan Ale. Ale hanya ber'oh' ria. Mereka pun melanjutkan makannya. "Gimana nih? gak ada yang kosong." Ucap Fadil mengedarkan pandangannya. Ken yang melihat Ale duduk bersama dua temannya pun menghampirinya. Iya, Ken memang masuk kesini, hanya untuk bertemu seorang gadis yang membuatnya penasaran. Tapi, ternyata Ale adalah adik kelasnya. Dan Ken sekelas dengan Zain dkk. Sedangkan Ana dkk berada dikelas XI IPA 1. Merasa ada yang berjalan kearahnya, Ale mendongak. Mendapati Ken yang tersenyum tipis kearahnya, dibelakangnya terdapat Zain dkk dan Ana dkk. "Lo kan yang waktu ditaman itu? siapa sih? Ken.. Ken.. Kenzo? iyakan Kenzo?." Ucap Ale. Ken yang mendengarkan itu duduk disamping Ale lalu mengelus pucuk kepalanya. "Kenzo siapa, hm?" Ucap Ken melembut. Bahkan Zain dkk melongo. Karna sedari tadi Ken hanya menampilkan raut wajah datar dan nada bicara yang datar. Bahkan saat Ana dkk berusaha mendekatinya, Ken tak merespon sedikitpun. "Cie.. cie.. pacar baru ya? Bagus dong. Yang ini lebih bagus daripada yang kemarin, hihi." Ucap Tisya cekikikan berusaha menyindir Zain. Zain yang merasa tersindirpun mengepalkan tangannya dibawah meja. "Doain." Ucap Ken singkat merangkul bahu Ale. "Tangan lo berat, pindahin." Ucap Ale menatap Ken. "Sebutin nama gue dengan bener kalau gitu." Ucap Ken dengan wajah datarnya tapi tidak dengan nada bicaranya. Ana yang melihat Ken lebih tertarik ke Ale mengepalkan tangan. 'Awas aja lo Ale. Gue bakalan rebut semua yang lo punya.' Batin Ana. Zain yang melihat kedekatan Ken dan Ale merasa ada sesuatu yang menganggu hatinya. "Kenzo, kan? udahhh ihhh, pengen makannn~" Ucap Ale mengeluarkan jurus keimutannya membuat seisi kantin ingin mengarunginya. 'Imut bangetttt si Ale.' 'Bidadari ini mah.' 'Calon bini gue tuh' 'Cantiknya ciptaan tuhan.' Ken terkekeh melihat itu, membuat seisi kantin kembali riuh karna pekikan kaum hawa. Ken mencubit dan menoel noel pipi Ale. " Ini apaan? squishy?" Ucapnya tak berhenti menoel noel pipi Ale. "Bukan, Ini bakpao. Yah pipi lah. Udah ah gue pengen makan." Ucap Ale kesal karna baksonya masih banyak tetapi Ken tak berhenti ingin menganggunya. Zain yang melihat Ken ingin berucap, terlebih dahulu ia memotong. "Fadil, samuel. Pesen gih, sekalian sama Kenan, samain aja." Ucap Zain yang sudah mendudukkann dirinya diikuti yang lain. "Nah iya, kenan." Pekik Ale tersenyum sambil memiringkan kepalanya kearah Ken. Ken tersenyum mendengar itu. Sahabat Ale yang melihat itu tak menyia nyiakan momen. "Ale yang bayar, pajak jadian dia sama murid baru, hihi." Ucap Mira cekikikan yang diangguki Tisya. Ale melotot kearah kedua sahabatnya ini. "Gak, orang gue sama dia ga---" Ucapan Ale terpotong karna Ken menyumpal mulut Ale dengan bakso. Ale dengan kesal mengunyah bakso itu. Ken mengulum senyumnya melihat ekspresi Ale yang menggemaskan "Iya, gue yang bayar." Ucap Ken dengan wajah datarnya sambil memainkan rambut Ale. Zain mendelik tak suka melihat adengan disampingnya. "Woyy, lagi pada bicarain gue yah?" Ucap Fadil yang baru saja datang membawa nampan berisi makanan bersama Samuel dan dibantu oleh Penjaga kantin. "Dih, najis banget ceritain lo. Ga guna." Celetuk Dika yang sedari tadi diam. Diky mengangguk membenarkan. Baru saja Fadil ingin menjawab, namun terpotong oleh suara berat milik Arka. "Makan." Ucap Arka dingin. Jika Dika dan Fadil beradu mulut, maka makanan mereka bisa dingin dibuatnya. Merekapun mengangguk lalu makan. Hening beberapa lama. Hingga Ana dengan sengaja menyenggol mangkuk baksonya kearah Ale. Membuat lengan Ale melepuh. "Aws.. s**t!" Umpat Ale memegangi lengannya dan menatap tajam sang pelaku. Ana yang ditatap purapura menunduk lalu terisak. 'Licik juga ternyata' Batin Ale. "hiks.. A-aku hiks g-gak hiks se-sengaja." Isak Ana membuat seisi kantin menatapnya. Zain menarik Ana kedalam pelukannya. "Hust.. Udah gak papa." Ujar Zain mengelus punggung Ana. "ANJINGG!! LO BILANG GAK PAPA? SIALAN LO. TANGAN SAHABAT GUE ITU MELEPUH ANJING!! MINTA MAAF GAK?" Teriak Mira marah. Ale masih memegangi lengannya berusaha mengipasi dibantu Ken. Ken masih dalam keadaan tenang saat ini, hingga perkataan Diky membuatnya marah. "Lo apa apaan sih?!! Ana bilangkan gak sengaja! Ngapain lo nyuruh Ana buat minta maaf babi." Ucap Diky. Mendengar itu, rahang Ken mengeras. Bahkan tangannya sudah mengepal. Ale yang melihat itu mengelus rahang kokoh Ken, berusaha menengkannya. Dan berhasil, amarah Ken mereda, ia menarik Ale keluar dari Kantin menuju UKS. "Dasar, abang macam apa lo? Bisanya cuman bela yang salah anjeng." Ucap Tisya lalu menarik lengan Mira untuk pergi dari sana menyusul Ale. Twins yang mendengar itu terdiam. 'Dia kok gak ngelawan?' Batin seseorang dimeja itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN