Part 7

973 Kata
Saat ini, Ale dkk berada di UKS bersama Ken. Ken sibuk memberi salep pada lengan Ale. Dan dua sahabat Ale sibuk meringis melihat luka melepuh yang besar itu. "Lo gak ngerasa sakit, Le?" Ucap Mira melihat Ale yang santai santai saja. Bahkan Tisya tak berhenti hentinya meringis seperti ia yang terkena luka itu. "Aws.. aduh Ken, sakit. Aduhhhhhh, sakit Ken." Ucap Ale pura pura meringis kesakitan dengan memegangi tangannya. Ken mengulum senyumnya, ingin sekali ia tertawa. Mira yang melihat itu, menatap datar Ale. "Gak gitu juga, tau ah sebel gue." Ucap Mira lalu duduk di brangkar depan Ale. Tisya masih meringis ditempat tak memperdulikan Mira dan Ale. "Ini juga gak terlalu sakit kok, Lo nya aja berdua yang lebay." Ucap Ale yang melihat Mira yang merajuk. Ken memasangkan perban dilengan Ale. "Selesai." Ucap Ken lalu berdiri mengelus kepala Ale. "Tapi.. kenapa lo gak ngelawan dia lagi, Le?" Ucap Tisya yang baru saja tersadar. Mira pun mengangguk menyetujui ucapan Tisya. "Kan mau berubah." Ucap Ale menurunkan tangan Ken dari kepalanya dan menuntunnya untuk duduk disampingnya. "Iya juga sih. Tapi, kalau lo diemin nanti dia malah ngelunjak. Dia kan gitu orang nya, mencari akal busuk supaya lo dipandang hina sama semua orang." Ucap Mira. "Nanti juga bales kalau kesabaran gue udah abis." Ujar Ale. Ken hanya menyimak sembari memainkan rambut Ale. "Yaudah yuk, kekelas." Lanjutnya lalu bangkit dari duduknya, Ken pun ikut berdiri. Kedua sahabatnya hanya menganggukkan kepala. "Ke taman belakang dulu yuk. Ada yang mau gue tanyain." Ucap Ken setengah berbisik kearah Ale. Ale mengangguk. "Lo berdua duluan aja, gue sama Ken masih ada urusan." Ucap Ale pada kedua sahabatnya, mereka sontak menoleh bersamaan. "Ciee.. pengen berduaan ya lo? ya, gapapa sih, bikin ponakan buat gue juga gak papa." Ujar Tisya nyegir kuda, namun detik kemudian senyumnya luntur saat mendapat geplakan dari Mira. "Lo kenapasih geplak geplok mulu, otak gue geser tanggung jawab ya lo!" Lanjutnya menatap Mira sengit, Mira pun membalas tatapan Tisya. Ale dan Ken saling pandang, lalu mengangguk bersama. Dan pargi dari situ. Mira dan Tisya tak menyadari hal itu, mereka masih sibuk beradu tatapan tajam. Orang yang berlalu lalang bahkan menatap aneh mereka. "Woy ngapain lo berdua disini tatap tatapan, jatuh cinta ya lo bedua? Omo." Ucap Radit si ketua kelas pecinta korea. Mira dan Tisya menoleh keasal suara. Disana sudah tak ada lagi Ale dan Ken hanya ada Radit. "Gak." Ucap mereka berdua bersamaan lalu melenggang pergi ke kelasnya. Radit yang melihat itu menatap curiga mereka. 'Mereka.. jatuh cinta kan? tatap tatapan gitu?' Batin Radit. Ditempat lain, tepatnya ditaman belakang sekolah. Ale dan Ken duduk bersama, semenjak tadi mereka hanya diam dengan fikiran masing masing. "Lo.. ada masalah apa sama Ana dan Zain? Daritadi juga Zain kayak perhatiin lo gitu." Ucap Ken memecah keheningan. Ale menatap Ken sekilas dengan wajah datar. "Dulu gue pernah suka sama Zain dari awal gue masuk kesini. Sikap dan sifat Zain pun udah kasih kode ke gue kalau dia juga nyaman, tapi semua berubah waktu gue naik kelas 11. Ana dateng dalam kehidupan gue. Bukan hanya disekolah, dirumah pun dia ada. Ana udah buat buat cerita kalau gue yang selalu Bully dia, dan gue marah..." Ucap Ale menatap kearah depan, tentu ia mendapat semua ingatan Ale asli tak kurang sedikitpun. Ken hanya menyimak Ale. "Terus si Zain dateng, dia kira gue beneran bully dia dan Zain marah ke gua. Waktu dirumah juga dia sengaja hancurin Liontin pemberian Opa gue ke gue karna dia juga mau, alhasil Liontin mutiara itu Ana lempar ketembok dan pecah, lagi lagi gue marah besar disana. Gue ngejar Ana dan jambak rambutnya, tapi abang abang gue dateng dan ngira gue yang salah. Ana dengan segala kelicikannya memutar balikkan fakta agar gua yang salah. Dia nuduh gue gak mau pinjemin itu Liontin, dan nuduh gue yang lempar ke tembok supaya Ana gak pakai. Opa marah besar sama gue, dari situlah asal keluarga bahkan seluruh sekolah benci sama gue. Tapi gue masih ada bunda, Tisya dan Mira kok." Ucap Ale panjang lebar hingga tak sadar bahwa Ken menyimak dengan baik. Ale menoleh mendapati Ken yang menatapnya sendu. Ale terkekeh, "Gue gak suka dikasihanin Ken." Ucapnya lalu kembali menatap kearah depan. "Kasihannya bukan ke lo, tapi ke Ana yang haus akan perhatian. Emangnya Ana itu siapa lo?." Ucap Ken masih dengan wajah datarnya. "Anak angkat." Ucap Ale sedetik kemudian, Ale baru sadar akan ucapan Ken. "Lo ternyata bisa ngomong panjang juga yah." Lanjut Ale terkekeh. Ken tersenyun tipis. "Iya.. cuman lo yang bisa bikin gue ngomong panjang kayak gini." Ujar Ken menatap Ale dari samping. "Lo kenapa mau tau soal kehidupan gue?" Ucap Ale menatap wajah Ken. "Karna gue suka sama penasaran dengan lo." Gumam Ken mengalihkan pandangannya. Bukan! bukan karna malu, tapi karna ia tak kuat melihat wajah Ale yang begitu imut dan cantik. Bisa bisa ia khilaf lagi. "Hah? lo ngomong apa?" Tanya Ale, Ken hanya menggelengkan kepalanya pelan lalu tersenyum kearah Ale. 'Kalau lo tau gue bukan Ale.. gimana Ken?' Tanya Ale dalam hati. Ale sebenarnya mendengar gumaman Ken, hanya saja ia ingin memperjelasnya lagi. Mereka kembali hening, hingga suara Ken kembali terdengar. "Jadi gimana?" tanya Ken tanpa menatap Ale "Gimana apanya?" Tanya balik Ale menatap Ken. 'Ternyata kalau dari dekat, lebih tampan.' Batin Ale. "Ck! gue tau lo denger kalau gue ngomong suka sama lo." Ucap Ken menatap balik Ale. Ale terkekeh mendengar itu. "Ken denger ya, kalau cuman sekedar penasaran sama gue mending gak usah minta hubungan lebih. Karna kalau lo udah tau jawaban yang lo dapetin, lo bisa aja ninggalin gue kan udah ga penasaran lagi. Sama soal rasa suka lo, bisa aja kan rasa suka lo ke gue itu sebagai temen, sahabat, atau bahkan adek. Gue.. takut kecewa lagi Ken." Ucap Ale berbicara dengan raut wajah serius. Ken terdiam mendengar penuturan Ale. "Lo.. mau nunggu gue gak untuk pastiin perasaan gue ke lo?" Ucap Ken serius.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN