Ale dan Ken saat ini sedang berada di pusat perbelanjaan. Sebenarnya, Ale tak ingin mengajak Ken. Namun, Ken memaksa untuk menemaninya. Ale hanya bisa pasrah dibuatnya.
Tisya dan Mira tak bisa menemaninya, karna mereka berdua harus pulang cepat untuk membantu mempersiapkan acara ulang tahun Mommy Tisya malam ini.
"Mau beli apa?" Ucap Ken merangkul pinggang Ale posessif karna saking banyaknya penggunjung yang menatap mereka dengan tatapan memuja. Ale sebenarnya menolak tapi lagi lagi hanya bisa pasrah karna Ken.
"Mau beli handphone sama laptop." Ucap Ale. "Itu doang?" Tanya Ken. Ale mengangguk.
Mereka pergi ke counter hp dan kebetulan mereka juga menjual laptop. Ale sedang melihat lihat handphone dan Ken yang sibuk melihat lihat laptop.
"Mbak, pengen yang ini. Berapa?" Ucap Ale menunjuk hp keluaran terbaru. Baru saja ingin mengeluarkan dompetnya dari dalam tas, namun, tertahan oleh Ken. "Biar gue yang bayar." Ucap Ken menatap Ale.
"Gak ada penolakan." Lanjutnya saat melihat Ale ingin protes. Untuk kesekian kalinya Ale pasrah, bukannya tak suka dengan gratisan, namun ia tak ingin dicap sebagai cewek matre.
"Sekalian sama Laptop yang itu. Ini." Ucap Ken pada karyawan itu dan menyerahkan Black Card nya. Karyawan itu melongo melihat itu. 'Woah, enak banget tuh cewek punya pacar tajir' Batin Karyawan itu.
Setelah menerima totebag berisi hp dan laptop, Ale dan Ken menuju kesebuah restaurant.
"Pesen apa?" Tanya Ken menyerahkan daftar menu ke Ale. Ale mengambil dan melihat lihat.
"Cake Redvelvet sama Jus Apel." Ucap Ale menatap Ken. Ken mengangguk lalu memanggil waitress.
"Pesen apa mas, mbak?" Tanya Waitress itu. "Cake Redvelvet satu, cake tiramisu satu, Jus Apel dua, sama puding coklat satu." Ucap Ken.
"Baik saya ulang ya, Cake Redvelvet satu, tiramisu satu, puding coklat satu, sama Jus Apelnya dua?" Ulang waitrees itu. Ken mengangguk.
Ale sibuk menyalakan handphone barunya. Ken yang melihat Ale menyalakan handphonenya, mengeluarkan sesuatu dari dalam dompetnya.
"Nih." Ucap Ken memberikan benda itu pada Ale. "Wahh.. beli dimana?" Binar Ale menatap Kartu sim itu.
"Disana, waktu lo masih sibuk sibuknya milih hp." Ucap Ken tersenyum tipis.
"Makasih banyak yah Ken. Padahal gue tadinya gak mikir kesan. Lo emang yang paling the best." Ujar Ale memberi Ken dua jempol. Ken yang melihat itu terkekeh.
"Ini makanannya, selamat menikmati." Ujar waitress itu. Mereka makan dengan khidmat, tanpa berbicara. Selesai makan, kali ini Ale yang membayar dengan ancaman bahwa ia tak akan berbicara kepada Ken lagi jika Ken yang membayar. Ken mengangguk patuh mendengar ancaman itu. Mereka berdua berjalan keluar dengan Ken yang memegang totebag itu.
Ale mengedarkan pandangannya, mencari sebuah toko. Tak lama ia menemukannya, matanya berbinar. Ia menarik Ken untuk kesana. Ken yang ditarik hanya bisa pasrah.
Ale berlari kearah toko gelang. Disana ada banyak gelang, bahkan gelang emas asli pun ada.
"Ken, ken. Beli gelang couple yuk?" Tanya Ale tanpa mengalihkan pandangannya yang sedang mencari gelang.
"Mau yang mana?" Tanya Ken. "Yang ini aja, mau?" Tanya balik Ale. Ken mengangguk lalu membayar gelang itu.
Ale memasangkan gelang itu kepada Ken, membuat hati Ken berdisko didalam sana. Ken pun sama memakaikan gelang itu kepada Ale yang tersenyum lebar.
"Cantik gak Ken?" Tanya Ale menatap Ken. Ken mengangguk, "Apapun yang lo pilih pasti cantik." Ucap Ken membuat Ale menabok keras lengan Ken karna malu.
Ken yang melihat ekspresi Ale, tertawa lepas untuk pertama kalinya. Ale yang melihat Ken tertawa, terus menatap Ken tanpa berkedip. Ken yang tersadar karna banyaknya penggunjung yang menatapnya dengan tatapan memuja kembali berwajah datar.
"Kenapa?" Tanya Ken yang melihat wajah Ale yang terus menatapnya tanpa berkedip. "Tampan." Ucap Ale setengah sadar. Ken yang mendengar itu mengulum senyumnya.
Ale tersadar dengan ucapannya lalu membekap mulutnya sendiri. Ale menarik Ken pergi dari sana, karna risih dilihat para penggunjung.
Saat sudah sampai diluar, barulah Ale berbicara. "Ken, foto gelang yuk. Untuk foto pertama di handphone baru gue, hehe." Ucap Ale cengegesan lalu mengangkat tangannya.
Ken pun sama, mengangkat tangannya. Namun, sebelum Ale memotretnya. Ken menggenggam tangan Ale. 's**t hati gue kenapa.' Batin Ale.
Ken yang melihat Ale masih menatap kedua tangannya yang bersatu, berdehem pelan. Ale tersadar lalu memotretnya.
Mereka pun pulang setelah karna sudah mau menjelang magrib. Dengan Ken yang mengantar Ale pulang terlebih dahulu.
"Hati hati dijalan." Ucap Ale yang baru saja sampai didepan gerbang Mansionnya. Ken mengangguk lalu mengacak acak rambut Ale dan pergi dari sana.
"Aaaaaaaaaa~ bundaaaaa Ale jatuh cintaaaaaaaa." Teriak Ale lalu berlari masuk kedalam Mansion.
Malam ini adalah hari ulang tahun Mommy Tisya. Bunda Lina sudah memberitahu Ale tadi. Ale pun sudah mandi dan memakai Baju yang diberikan oleh bundanya, memakai makeup tipis lalu keluar dari kamar tak lupa menguncinya.
Mereka berdua menuruni tangga, hingga membuat semua orang yang berada di lantai bawah refleks menoleh.
Mereka terpana melihat kecantikan Ale yang memakai gaun dan makeup yang tipis. Begitupun dengan Ayah Ale yang terpana melihat Bunda Lina.
Mereka memang akan pergi bersama, jika tidak nanti apa kata orang orang. Ana yang melihat gaun yang dikenakan Ale lebih bagus darinya merasa iri.
Hingga sampai dibawah, Ayah tara bergumam yang didengar oleh semua orang. "Cantik" Gumamnya tanpa mengalihkan pandangannya dari kedua bidadari yang baru turun.
Ana yang mendengarkan itu mengepalkan tangan. Ia dengan segera menarik narik lengan Ayah tara agar segera berangkat. Mereka pun berangkat menggunakan dua mobil.
Mobil pertama diisi oleh Opa, Oma, Angga, Bunda Lina dan Ale. Sedangkan di mobil satu diisi oleh Ayah tara, Twins dan Ana. Sebenarnya Ayah tara keberatan soal itu. Namun, ia tak berani Speak up.
Sesampainya disana, Ale dan bunda Lina turun bersamaan dengan keluarganya yang juga turun.
Mereka berjalan memasuki Ruangan pesta. Didahului oleh Opa dan Oma, lalu Ayah tara dan Ana, Angga dan Twins. Dan dibelakang ada Bunda Lina dan Ale.
Melihat bunda Lina dan Ale yang memasuki ruangan pesta. Mereka terpana melihat kecantikan ibu dan anak itu. Tisya dan Mira pun segera menuntun Bunda Lina dan Ale untuk duduk dikursi yang sudah disediakan, disana sudah ada keluarganya beserta Ana yang menatap sinis Ale.
"Lo bener bener cantik banget, Ale." Ucap Tisya berusaha memanas manasi Ana. Mira pun mengangguk setuju dengan itu.
Ale tersenyum mendengar itu, ia mengedarkan pandangannya mendapati kedua teman Ana juga. Ale mengernyit heran, baru saja akan berbicara. Namun, suara dari arah belakangnya membuat mereka semua menoleh menatap seseorang itu.
"hello sweetie, you're so beautiful."