Satu bulan sejak malam itu Windi mual-mual dan merasa meriang tubuhnya. Seratus persen ia ingin memercayai intuisi bahwa dirinya akan melahirkan adik untuk Winda. Namun, Bagas sepertinya tidak menunjukkan ketertarikan akan berita itu. “Coba saja di tespack dulu,” saran Bagas. “Saya malah takut kecewa dengan hasilnya.” “Itulah makna ‘memastikan’, harus siap dengan hasil baik atau buruknya.” Windi menatap suaminya yang memegang handuk wajah di pintu kamar mandi, siap menyambutnya setelah selesai memuntahkan cairan bening serupa ludah di kloset. “Anda harus gembira kalau saya hamil lagi.” “Aku terima,” kilah Bagas. “Saat ini belum menggembirakan, tapi nanti akan begitu bila sudah dipastikan.” “Berbelit begitu, artinya Anda lebih suka dia tidak ada?” tanyanya lumayan sengit. Bagas men

