115 🌺

1056 Kata

“Winda minta maaf, Umi.” Ucapan pertama yang Windi dengar dari putrinya saat dia dan Bagas kembali masuk mobil. Sempat Windi heran, tapi karena nadanya terdengar sungguhan menyesal maka Windi menghela napas saja. “Baiklah. Fokus dulu ke pendidikanmu. Jangan lagi bicarakan hal-hal begini.” “Baik, Umi.” Windi lega pembahasan jodoh ini akhirnya terselesaikan. Entah akan bagaimana jika Bagas tidak ada di antara mereka berdua, Windi rasanya tak akan sanggup sendirian menghadapi Winda seorang. *** “Siapa yang datang, Abi?” Suara khas bersemangat dan ceria itu jelas milik Winda. Windi hanya bisa meringis kepada tamunya, “Dia beda jauh denganku dulu. Bahkan tak mirip Abinya juga.” Tawa Kitha renyah terdengar. “Putraku juga. Kamu lihat, dia diam saja sejak tadi. Padahal aku dulu tidak

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN