1

1575 Kata
"Yooraaaa bangun nak!!!" Teriak Jarim dari lantai 1. "Udah bangun mih!!!!"Teriak Yoora tak kalah kencang dari dalam kamarnya. "Ya udah, tolong bangunin Yeonjun ya sayang." "Iya mamih..." Jarim beranjak dari ujung tangga lantai 1. Ia menghentikan langkahnya ketika melihat kamarnya yang diujung lorong tidak ada tanda - tanda kehidupan, Jarim bergegas ke kamarnya dengan tujuan membangunkan suaminya, Kim Seokjin. Benar saja, suaminya terlihat masih meringkuk dibalik selimutnya, tidur begitu lelap sampai hanya suara napasnya saja yang terdengar. "Pih.. bangun." Ucap Jarim seraya menggoyang - goyangkan badan Seokjin pelan. Yang dibangunkan hanya mengerang dan merubah posisi tidurnya. "Hmm.." "Bangun pih udah siang.." "Inikan weekend sayang, papih mau tidur sebentar lagi." "Katanya hari ini mau mancing sama bapak - bapak komplek? Nanti telat nggak enak sama yang lain, ayo bangun pih.." "Mamih aja yang pergi gih.." "Kok jadi Mamih sih?! Bangun nggak! Makannya jangan suka buat janji kalau males!" Plakkkk Jarim mendaratkan sebuah pukulan ringan kearah Seokjin yang sedang memunggunginya, Seokjin segera bangun dari tidurnya ketika mendengar istrinya mulai kesal sampai mendaratkan pukulan kepunggungnya. Ia segera meraih istrinya dan memeluknya dengan erat. "Heung... istriku yang cantik, selamat pagi." Ujar Seokjin yang mulai menyerang Jarim dengan kecupan - kecupan kecil diseluruh wajahnya. "Masa harus dipukul dulu baru bangun sih?!" Ujar Jarim dengan wajah cembetutnya. "Mih.." "Kenapa??" "Kok papih cium bau gosong ya? Mamih lagi masak?" "Astaga Kim Seokjin gara - gara kau!!! Kimchi Jjigaeku yang berharga aaaakkkk!!!" Jarim melepaskan dirinya dari cengkeraman Seokjin dan segera berlari sekencang mungkin menuju dapur yang sudah nampak berasap. Seokjin yang juga khawatir dengan keadaan dapur segera berlari menyusul istrinya. "Aduh.. untung cuma pancinya yang gosong, kalau kebakaran gimana?!" Racau jarim sembari memindahkan panci gosong tersebut ke wastafel. "Mih ada yang kebakar nggak?" "Ada pih." "Mana?" ujar Seokjin celingukan, matanya memindai kesegala sudut ruangan. "Nih hati mamih terbakar amarah." Jarim menunjuk kebagian dadanya. "Papihkan nggak tahu tadi mamih lagi masak..." "Lain kali kalau mamih bangunin cepet bangun dong sayang, Mamih jadi rugi satu panci" "Iya.. iya maaf." "Sayang ambilin sikat panci di rak paling atas, siapa tahu keraknya bisa dihilangin. " "Rak yang ini?" Seokjin menunjuk ke rak paling atas yang diiyakan Jarim dengan anggukan. Disisi lain Yoora yang melihat kedua orang tuanya berargumen, terlihat cekikikkan dengan tingkah konyol dua orang yang paling dicintainya dimuka bumi ini. Ia mengambil ponsel yang ada disaku celananya dan mengabadikan moment lucu itu. Senyuman kembali mengembang diwajah Yoora ketika melihat sebuah comment dari kekasihnya, Jungkook. Dengan hati yang membuncah penuh cinta Yoora segera membalas comment kekasihnya tersebut. "Waiting for you my prince♡." "Loh anak gadis papih udah turun?" Sapa Seokjin yang kini tengah mengenggam sebuah sikat panci. Anak gadisnya kemudian menghambur kearahnya, memeluknya dari belakang. Seokjin tersenyum lalu mengusap kepala Yoora pelan. "Udah daritadi pih hehehe.." "Yeonjun mana?" "Yeonjun nggak mau bangun mih, Yoora udah bangunin Yeonjun setengah jam. Yoora nyerah..." "Haduh rasanya aku ingin mati saja, suami dan anak laki - lakiku semuanya sama saja!" Jarim menutup dahinya dengan tangan kirinya,menandakan dia pusing dengan kelakuan dua lelaki penting dalam hidupnya. "Mau Yoora bangunin lagi mih?" "Nggak usah, Mamih aja yang keatas. Yoora siapin nasi aja ya." "Iya mih.." **** Tidak lama Yeonjun turun dengan wajah yang masih kusut, ia duduk dengan keadaan setengah tertidur disamping kursi Yoora. Seokjin berdehem sambil meletakkan segelas jus jeruk dimeja makan. Ia menunggu anak laki - lakinya mengucapkan salam pagi seperti biasa, Seokjin adalah tipe yang tidak tahan dengan perubahan. Jadi sekalinya sudah menjadi kebiasaan, maka semuanya harus tetap terlaksana seperti biasa. Dan hari ini anak lelaki satu - satunya diam seribu bahasa. "Yeonjun kenapa tidak mengucapkan salam?" "Yeonjun ngantuk pih.." "Gimana nggak ngantuk, semalaman main game online." Ujar Yoora yang kini tengah membaca buku, bahan untuk kuis minggu depan. "Ish.. kakak bisa diam nggak?!" "Yeonjun jaga bicaramu sama kakak." Oceh Jarim sambil mencubit pipi Yeonjun yang mengembang. "Mamih sakit ih!" Yeonjung mengusap pipinya yang memerah akibat cubitan yang dilayangkan Jarim. "Makannya yang sopan jangan kayak papih." "Kok papih kena sih mih, orang udah diem juga." Jawab Seokjin dengan bibir yang sudah maju sepanjang 5cm. "Bercanda bayi besarku." Jarim menempelkan kedua tangannya dipipi Seokjin sambil mengusapnya lembut dengan ibu jarinya, membuat empunya pipi kembali tersenyum begitu lebar. "Mamih kenapa seperti itu didepan Yeonjun?" Si kecil melirik geli kedua orang tuanya yang bermesraan dihadapannya, ya bisa dimaklumi Yeonjun masih belum mengerti dan merasakan sesuatu yang dinamakan cinta. Jadi perlakuan Jarim kepada Seokjin dianggap berlebihan olehnya. "Kami saling mencintai, kenapa tidak boleh melakukannya." Ujar Seokjin sembari menjulurkan lidahnya kearah Yeonjun. "Hahaha Yeonjun mukanya biasa aja dong." "Memang mukaku kenapa kak?" "Jelek banget." Ujar Yoora sembari mengacak rambut adiknya itu. Suara tawa canda memenuhi dapur yang juga digunakan sebagai ruang makan. Suara tawa unik Seokjin mendominasi. Namun semuanya terhenti ketika Yoongi datang dan memberikan salamnya. "Pagi semua." "Eoh Yoongi udah bangun, kakak pikir kamu masih tidur jadi tadi nggak Kakak bangunin" "Tadi waktu kak Jarim lewat kamar, aku lagi mandi kayaknya." "Lain kali bangun lebih pagi Yoon, nanti rejekimu dipatok ayam." Jawab Seokjin sinis. "Ya! kenapa bicara begitu sih sama adikmu sendiri!" "Iya nih papih, Paman Yoongi kan kerja sampai malam." "Ya! kenapa kalian berdua dipihak Yoongi terus?!" "Karena kau selalu bicara omong kosong terhadap adikmu sayang." "Aku tidak pernah bicara omong kosong? Ya Yoongi lain kali bangun pagi dan jangan tidur larut malam." Plaakkkk!!! lagi - lagi Jarim harus melayangkan sebuah pukulan kepunggung lebar Seokjin, yang dipukul tentu saja mengaduh. Siapa sangka tangan kecil jarim sangat pedas. "Augh..augh..berhenti mengurusi kehidupan orang lain, diam dan makan saja kimchi jjigae yang kau gosongkan itu." "Sayang berhenti memukuliku didepan orang." "Makannya jangan bawel, udah semuanya ayo makan nanti keburu dingin makanannya." Semuanya mulai mengambil sendok dan sumpit yang sudah tersedia, satu persatu memakan lauk pauk dan nasi buatan Jarim dengan tenang. Sampai akhirnya Seokjinlah yang pertama kali menyelesaikan mangkuk nasinya, yang kemudian disusul dengan Yeonjun dan Yoongi. "Kak Jarim hari ini buat bekal untuk kami tidak?" "Bekal?" "Hari ini aku dan kak Seokjin kan memancing bersama." "Oh Yoongi ikut juga? Ya sudah nanti kakak buatkan kimbab ya." "Assaaa! Aku suka kimbab buatan kakak." "Cih, aku tidak mau kimbab pajeon saja." "Sejak kapan kau suka pajeon sayang??" Semua memandang Seokjin penuh tanya, seriously Seokjin bukan penikmat pajeon dan hari ini ia lebih memilih bekal pajeon daripada kimbab favoritnya. "Sejak hari ini." Ujarnya sembari beranjak dari kursinya dan pergi meninggalkan dapur. "Papih kenapa mih?" Tanya Yeonjun bingung dengan sikap Seokjin yang berubah dengan cepat. "Udah anak kecil nggak usah ikut campur, Yeonjun bantuin kaka beresin meja aja." Yeonjun mengangguk malas dan mulai mengambil piring yang sudah kosong, begitu juga dengan Yoora yang sudah bersiap didepan wastafel mencuci segala perabotan dapur yang kotor. "Kak.." "Iya Yoon.." "Kayaknya kak Seokjin marah sama aku karna minta kakak masakin kimbab." "Hahaha nggaklah Yoon, nggak usah dipikirin. Kakakmu memang kadang suka konyol." "Aku bicara sama kak Seokjin dulu." "Nggak perlu, kakak mau ke kamar sekarang. Kau teeuskan saja aktifitasmu." Tidak butuh waktu lama Jarim kembali ke kamarnya, Seokjin sama sekali tidak menghiraukan Jarim yang masuk kedalam kamar mereka. Seokjin yang hanya memakai handuk dipinggangnya terlihat sibuk mengeringkan rambut, Ia sama sekali tidak menghiraukan istrinya yang sedari tadi memandangi dari belakang. "Sini aku bantu keringkan rambutmu." Jarim menarik Seokjin untuk duduk dipinggir kasur dan mulai mengusap pelan rambutnya dengan handuk. Seokjin diam. "Kau kenapa, bicaralah?" "Aku tidak suka Yoongi bersikap seperti itu dan sikapmu yang selalu membelanya." "Sayang, Yoongi hanya memintaku membuat kimbab dan kimbab itu juga pasti bukan hanya untuk dirinya sendiri kan? Kaupun nantinya pasti ikut memakannya." "Tapi kau kan istriku!" "Memang sejak kapan aku istrinya Taehyung, tentu saja aku istrimu." "Aish.. ya pokoknya aku tidak suka kalau orang lain menyuruhmu. Yang boleh memerintah seorang istri ya hanya suaminya" "Seokjin-ah, Yoongi itu adikmu.. adik kandungmu. Apa pantas kau berprilaku seperti ini? lagipula dia hanya meminta suatu hal yang normal. Aku bukan sedang membelanya, aku hanya ingin membuka pikiranmu." "Aku tahu sebelum kita menikah, kau dan Yoongi sempat dekat dan hampir bersama, Aku tidak mau memberi celah padanya." Jarim tersenyum mendengar statment yang keluar dari mulut suaminya, ia tidak menyangka jika suaminya bisa seimut itu. Masih saja bisa cemburu padahal sudah belasan tahun menikah. Jarim meletakkan handuk yang setengah basah itu dan memeluk punggung Seokjin dari belakang. Diusapnya d**a suaminya yang bidang itu pelan. "Apa melahirkan dua anak, membesarkan mereka dan hidup belasan tahun bersamamu tidak cukup untuk membuktikan rasa cintaku?" Kini mereka saling berpandangan, memindai wajah mereka satu sama lain. Seokjin tercekat dengan pertanyaan Jarim. Memang seharusnya ia tidak perlu lagi mempertanyakan perasaan istrinya. "Aku dulu memang sempat menyukai Yoongi, tapi setelah bertemu dan berpacaran denganmu perasaanku berubah. Waktu itu aku sadar jika aku hanya menyukai Yoongi sebatas seorang fans yang kagum dengan karya yang ia buat, Tapi berbeda denganmu aku menyukaimu karena kau adalah Kim Seokjin. Seorang pria yang selalu ada untukku dan mencintaiku dengan tulus." Seokjin mengerucutkan bibirnya, ada semburat penyesalan diwajahnya. Tidak seharusnya dia mengatakan hal seperti itu pada seorang wanita yang sudah belasan tahun mendampinginya. Ia kemudian meraih Jarim dan mendudukannya diatas pangkuannya. Jarim tersenyum lebar melihat mantan kekasih yang sudah menjadi suaminya itu memperlihatkan muka memelas. "Jadi masih butuh bukti?" "Masih." "Mau bukti apa lagi?" "Buktikan dengan bikin adik lagi buat Yoora sama Yeonjun." "Kau gila, yang hamil dan melahirkan aku kenapa semaunya sendiri." "Pokoknya aku mau hahaha" "Pih jangan macam - macam mamih belum tutup pintu." Jarim berusaha menjauhkan Seokjin yang kini sudah diatasnya. "Yoora yang tutup mih, have fun." Ujar Yoora sembari menutup pintu kamar kedua orang tuanya. "Omg, Yooraaaaaa!!!!" ♡♡♡
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN