PART 5

1098 Kata
Tak terasa sudah seminggu berlalu, tepat hari kamis ini kelas 11 mengadakan Study Tour ke Jogja sesuai dengan vote terbanyak para siswa. Mereka akan mengadakan study tour selama 2 hari 3 malam. Nara sedari tadi tidak bisa menahan wajah cemberutnya karena harus terjebak satu bus sekaligus satu deret bangku dengan Sadewa. Apalagi selama minggu ini pria itu semakin menjengkelkan. Entahlah, ada saja kesalahan Nara di mata pria itu. Contohnya... Nara yang terkena sidak sedang bergurau dengan murid-murid saat jam pelajarannya dan di mata Sadewa Nara tidak sungguh-sungguh mengajar. Padahal maksud Nara memberikan intermezo humor untuk siswa agar mereka tidak bosan dengan pelajaran sejarah. Belum lagi pria itu memanggil Nara ke ruangannya kemarin. Sadewa menegur Nara karena telah memberikan contoh yang tidak baik untuk siswa-siswanya karena suatu sore saat pulang sekolah Nakula tiba-tiba saja sudah menunggu Nara di gerbang sekolah untuk menjemput perempuan itu tentu saja perlakuan Nakula membuat para siswa berpikir Nakula adalah kekasih Nara dan menjadi trending of the day malamnya di daily i********: dan grup chat Kurawa kaum adam 11 IPS 5. Ngomong-ngomong tentang Nakula.. Hubungan Nakula dan Nara sudah cukup membaik, dalam artian sudah tidak terlalu kaku. Nara sendiri mulai menerima kehadiran Nakula, dalam artian hanya sebagai TEMAN. tidak lebih. Nakula rela bolak-balik ibu kota hanya demi menemui Nara. Sebenarnya Nara tidak ingin takabur atau bagaimana, hanya saja Nara merasa Nakula mendekatinya karena ada maksud tertentu. Nakula seperti menginginkan adanya hubungan diantara mereka, dan jika benar.. Hoho jangan harap itu akan terjadi karena sampai kapanpun Nara tidak bisa menerima pria itu. “Kenapa ngelamun? Inget masa lalu?” Tanya seseorang disamping Nara. Perempuan itu menoleh dan mendapati Sadewa duduk tenang disampingnya dengan gaya coolnya. “Gak lah pak, kenapa saya harus ingat masa lalu?” Jawab Nara sambil menatap ke arah luar jendela. Suara berisik para kurawa menghiasi suasana bis ini menjadi ramai. Golongan belakang bernyanyi dengan riang, ada yang saling berbicara, tertawa, ikut bernyanyi dan sebagainya. Namun tidak berlaku di bangku Nara dan Sadewa yang terlihat sangat dingin. “Jadi inget dulu kita pertama kenal pas study tour satu sekolah pas kunjungan ke ITB, satu bis pula.” Ucap Sadewa tiba-tiba. Nara yang mendengar itu pun hanya diam sambil memejamkan matanya. “Maaf saya ngantuk pak.” Ucap Nara sambil menutup wajahnya menggunakan selimut. Secara terang-terangan perempuan itu menolak ajakan nostalgia Sadewa. “Ya udah tidur aja.” Ucap Sadewa kesal karena ditolak mentah-mentah oleh Nara. Sadewa sendiri heran kenapa ia malah memancing Nara untuk nostalgia? Seakan-akan ia terlihat sekali belum move on dari perempuan itu. Sialan! Tiba-tiba seseorang menyentuh bahu Sadewa. “Pak Sadewa ayo nyanyi bareng pak dibelakang. Karaokean juga boleh.” Ajak Adam dari samping Sadewa. “Gak ah saya males.” Tolak Sadewa. “Ayolah pak. Jangan duduk disini mulu, bapak mau nikung kembaran bapak ya? Wah pak, jangan jadi perebut dong pak. Kelakuan bapak kayak gini keliatan banget PDKTnya loh pak.” Cetus Adam blak-blakkan dan dibalas pelototan oleh Sadewa. Nara yang mendengar itupun menedelik dibalik selimutnya. “Diem kamu.” Ucap Sadewa kesal karena Adam terlalu banyak bicara di dekat Nara. “Ya udah ayo ke belakang. Bu Nara aman kok di sini.” Ajak Adam karena tidak ingin Adam banyak bicara akhirnya Sadewa mengalah dan menuruti Adam untuk pindah ke belakang dan ikut membaur dengan para kurawa. Siswi yang duduk dibelakang pun ikut senang karena kepsek tampan mereka duduk di dekat mereka dan ikut bernyanyi. Mereka berbondong-bondong memvideo Sadewa yang tengah memetik gitar untuk mengiringi suara Hilmi yang merdu lalu mereka pun bernyanyi bersama. Tak lama semua hening, dan terdengar petikan gitar dengan lantunan pelan namun menusuk.. Jauh di lubuk hatiku Masih terukir namamu Jauh di dasar jiwaku Engkau masih kekasihku...  Suara Sadewa melantun indah menyanyikan lagu lawas Naff - Kau Masih Kekasihku. Semua penghuni Bus menahan napasnya mendengar suara Sadewa yang menghayati, ada juga yang mulai merekam Sadewa menyanyi untuk mereka jadikan story di i********: dan Story w******p. Sedangkan Nara memasang telinganya baik-baik untuk mendengar suara Sadewa yang sudah lama tidak ia dengar. Tak bisa ku tahan laju angin Untuk semua kenangan yang berlalu Hembuskan sepi Merobek hati Meski raga ini tak lagi milikmu Namun di dalam hatiku sungguh engkau hidup Entah sampai kapan... Ku tahankan rasa cinta ini Jauh di lubuk hatiku... Masih terukir namamu... Jauh di dasar jiwaku... Engkau... masih kekasihku... Semua menahan napasnya sesaat karena Sadewa sudah selesai menyelsaikan lagunya, meski tidak penuh tatapan pria itu tertuju di kursi yang diduduki oleh Nara. Detik selanjutnya riuh sorak tepuk tangan serta pujian menghiasi bis. “Kerennn pakkkk!!!” “Sumpah saya gak nyangka kalau bapak itu jago main gitar sama nyanyi.” “Keren ini buat story! Langsung viral.” “Ini lagu muncul pas gue baru bisa nulis garis lurus anjir.” “Ngena lagunya ini, search ah download dulu lagunya.” “Hahaha kelas sebelah ngiri bisnya gak serame bis kita. Wkwkwkwk.” Sedangkan Adam menatap Sadewa dengan sedikit curiga. Hilmi yang disampingnya pun berbisik, “pak Sadewa nyanyinya menghayati banget. Keliatan kebucinan tingkat dewa.” “Lo tau, Mi? Gue curiga sesuatu nih.” *** Sorak pujian dan kekaguman siswa-siswi 11 IPS 5 masih terdengar riuh di belakang. Sedangkan Nara yang ada didepan? Menutup tubuhnya sampai kepala tanpa ada yang tau jika ia menangis di dalam selimut tersebut. Ia merasa Sadewa menekankan semua lirik lagu itu untuknya. Terutama di bagian, Dan ku berharap semua ini Bukanlah kekeliruan seperti yang kukira Seumur hidupku Akan menjadi doa untukmu Bolehkah Nara berasumsi bahwa Sadewa masih memiliki rasa padanya seperti yang Nara rasakan pada pria itu? Ya! Nara akui Nara masih mencintai Sadewa, dari dulu sampai sekarang. Sampai detik ini. Namun Nara tak bisa berbuat apapun untuk memperbaiki semua ini. Nara akan membiarkan semua berjalan sesuai apa adanya seakan-akan memang Nara yang bersalah. Biar, biar Sadewa membencinya hingga mengakar dan memandang Nara murahan dan gampangan. Tidak masalah, Nara ikhlas asal semuanya tenang dan tak lama Nara merasakan kursi di sampingnya sedikit melesak dan Nara bisa mendengar helaian napas seseorang dan Nara tau itu Sadewa dan Nara berusaha setenang mungkin agar terlihat sudah tertidur. “Entah kamu udah tidur atau belum, saya cuma berharap kamu gak kepedean soal lagu yang saya nyanyiin tadi. Karena cuma lagu itu yang saya hapal.” Ucap Sadewa pelan tanpa peduli perempuan ini benar-benar tidur ada tidak. Tentu saja Nara hanya diam saja tak membalas lebih memilih berpura-pura tertidur meski air matanya menetes. Sadewa masih menatap Nara yang menutup semua tubuhnya dengan selimut. Tatapan yang sungguh sulit diartikan bahkan untuk Sadewa sendiri. Tentu saja hanya lagu itu yang ia hafal karena hanya lagu itu yang menggambarkan jelas bagaimana perasaannya selama ini.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN