Seorang gadis miskin dan lemah secara tidak sengaja bertemu pria tampan dan kaya raya. Perlahan pria itu jatuh cinta padanya dan menimangnya menjadi istri. Namun ternyata pria itu adalah pangeran dari negri dewa di kayangan. Penasaran kelanjutan ceritanya? Tonton hanya di aplikasi streaming drama
****
"Cihh!! Penasaran apanya?! Cerita tidak masuk akal seperti itu hanya untuk para wanita yang suka berhayal dan tidak bisa menghadapi kenyataan!" Oceh Nana.
Ia kembali mengingat kejadian tadi malam sambil menatap cermin berbingkai plastik merah seharga sepuluh ribuan yang ia gantung di tembok kamar mandi dengan tali pelastik rafia biru. Ia terus menyikat giginya dengan sikat gigi hotel yang ia colong sewaktu magang menjadi cleaning service.
Cuplikan drama korea yang baru ia tonton bersama Hesti membuatnya muak. Bagaimana mungkin temannya itu bisa tahan menonton 30 episode tentang kegiatan cinta-cintaan yang tidak masuk akal dan logika manusia?
Menghipnotis kita untuk hidup di dalam alur drama tersebut dan menangis kecewa saat terbangun di kehidupan kita yang sebenarnya. Hey! Pria tampan, baik, dan sempurna itu tidak ada di dunia nyata! Mimpi saja terus sampai Sun Go Kong turun dari kayangan untuk bagi-bagi pisang.
Ia meludahi busa dari dalam mulutnya sebelum berkumur dengan kasar, membuat sebuah simulasi tsunami di dalam rongga mulutnya. Gayung yang ia gunakan untuk menampung air ia lempar asal ke dalam baskom biru besar pengganti bak mandi.
Pagi itu matahari baru saja menampakkan sinarnya yang belum terik. Nana menguap meski ia baru selesai mandi dengan air dingin. Ia sangat kekurangan asupan tidur hingga matanya terlihat seperti mata panda yang habis ditinju oleh Mike Tyson.
"Hari ini apa ya?" Gumamnya sambil mengecek kalender di ponsel butunya.
Kemarin adalah hari terakhirnya bekerja sebagai SPG minuman kaleng di salah satu event konser band-band lokal. Saat ini, pekerjaan tetap Nana adalah sebagai kasir di sebuah super market dari jam 9 pagi sampai jam 5 sore.
Lalu di luar itu, ia mengambil perkerjaan serabutan di malam hari. Biasanya pekerjaan serabutan yang mengandalkan event-event yang dibayar perhari menghasilkan pundi-pundi uang yang lumayan, meski cukup menguras tenaga. Tapi hal itu bukanlah masalah besar bagi Nana. Yang penting ia bisa mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya dan bertahan hidup.
"Tidak ada.." Gumamnya, menyadari ternyata malam ini job sedang kosong. Meski merasa sayang, di sisi lain ia agak senang karna bisa istirahat lebih awal.
Nana, gadis yatim piatu berumur 23 tahun. Ia tumbuh besar di sebuah panti asuhan bernama 'Panti Asuhan Anak Terang'. Meski sejak kecil ia berada di sana, namun malang, ia tidak kunjung diadopsi hingga tumbuh dewasa.
Akhirnya setelah lulus SD ia mulai masuk ke asrama hingga SMP dengan beasiswa dan tetap dibawah pengawasan dan sokongan biaya hidup dari panti tersebut. Namun sejak keuangan panti merosot jauh, Nana terpaksa menyudahi sekolahnya sebatas SMP saja dan memilih bekerja. Meski begitu, Nana tidak pernah kekurangan kasih sayang dari kepala panti dan semua keluarga di sana. Karena itu, kini Nana bekerja keras untuk membantu keluarganya yang saat ini tengah kesulitan.
Hidup memang tidak mudah, tapi Nana sudah terbiasa akan kerasnya dunia dan ia sadar jika ingin bertahan hidup, ia harus bisa mandiri dan kuat. Seperti sekarang ini, sebelum menjadi kasir di sift siang, Nana mengambil tugas membantu bagian quality control dari jam 6 pagi.
"Wah.. Selalu deh, pasti Nana yang datang paling pagi." Ujar bu Wiwin, seorang wanita berusia empat puluhan yang baru masuk dari balik pintu pantry. Ia adalah staf qualitiy control juga.
Nana tersenyum tanpa menoleh, masih sibuk mengenakan sepatu yang khusus ia gunakan di tempat kerja. Nana memiliki dua buah koleksi alas kaki. Ia memisahkan sepatu jalan dan sepatu kerja. Sepatu jalan adalah sepatu murah yang sudah sangat buluk, sengaja ia gunakan untuk jalan pulang pergi ke tempat kerja. Sedangkan sepatu satunya lagi yang masih dalam kondisi bagus, ia gunakan hanya untuk bekerja di dalam ruangan atau pergi ke acara-acara penting.
"Pasti belum sarapan lagi ya?" Bu Wiwin langsung mengerecokinya ketika ia sendiri sudah meletakkan barang-barangnya ke dalam loker.
"Hehe.. Sudah hafal ya bu? Nanti aku makan mie cup instan saja. Lumayan ada yang sudah hampir expired di depan." Nana sudah mengincar produk-produk yang sudah mendekati tanggal kadaluarsa. Karna pak manager kerap membagikan produk sisaan itu ke karyawan secara gratis.
"Waduh Nana.. Kamu terlalu sering makan makanan seperti itu tidak baik loh. Hari ini aku bawa nasi uduk dua bungkus. Anakku ternyata sarapan dengan pacarnya. Jadi aku bawa nasi ini untukmu agar tidak mubazir."
Nana terkesima bahagia. Mimpi apa dia semalam bisa dapat nasi uduk gratis pagi-pagi begini? Ia merasa sangat beruntung.
"Serius bu?! Tidak apa-apa nih?" Tanyanya meski hanya sekedar basa-basi. Tangannya saja sudah terulur meraih sebungkus nasi uduk itu.
"Iyaahh.." Angguk bu Wiwin dengan senyum keibuannya yang menghangatkan hati siapa pun yang melihatnya.
Sebenarnya bu Wiwin sudah menduga bahwa putra semata wayangnya itu akan sarapan dengan pacarnya waktu sekalian menjemput pacarnya kerja. Tapi ia sengaja membeli dua bungkus nasi uduk karena kepikiran pada Nana yang selalu terlihat lelah dan tidak pernah makan dengan benar.
Melihat Nana, membuat hati keibuan bu Wiwin bergejolak. Terlebih sikap Nana yang baik dan sopan pada orang tua membuat bu Wiwin menaruh setitik kasih sayang dan perhatian lebih padanya.
"Na, kamu kenapa tidak cari kerja yang lebih bagus sih?" Tanya bu Wiwin di tengah sarapan mereka.
Nana menggeleng "Susah bu. Aku kan hanya tamatan SMP. Kalau ada juga gajinya kecil dan sampai malam. Kalau kerja di sini enak.. Hanya sampai sore, jadi malamnya aku masih bisa kerja sambilan di tempat lain."
Bu wiwin mengangguk paham, ia merasa kasihan pada gadis di sampingnya ini. Ia tau Nana adalah anak yang pintar, namun sayang nasibnya kurang baik. Gadis itu bekerja sangat keras hingga penampilannya juga terlihat lusuh. Meski begitu, tetap tidak bisa dipungkiri bahwa Nana memiliki wajah yang terbilang cantik dengan kulit alaminya yang putih. Meski wajah, tangan dan kakinya agak berwarna gelap kusam karena sering terbakar sinar matahari dan terlihat tidak pernah dirawat.
Tiba-tiba ponsel Nana berbunyi. Ia segera menyambarnya dan melihat ada sebuah pesan masuk dari Tari, teman sekolahnya sewaktu SMP.
Tari SMP Gelora :
Nanaaa!! Nanti malam ada waktu kosong? Bisa gantikan aku di tempat kerja? Tadi ibuku tiba-tiba telpon katanya bapakku masuk RS. Please Na!! Kalau kosong tolong gantikan aku ya!
Pesan penuh keputusasaan Tari bagaikan angin semeriwing sejuk bagi Nana. Kebetulan malam ini jadwalnya sedang kosong. Apalagi pekerjaan Tari adalah pelayan di sebuah club bar daerah elite, gaji perjamnya pasti sangat besar.
Jangan salah.. Nana sudah tidak asing lagi bekerja di berbagai tempat. Dari pasar becek hingga club malam sudah pernah dilakoninya. Bagi Nana yang terpenting harus pandai menjaga dan mencintai diri sendiri. Dengan begitu ia tidak akan terjerumus ke dalam jurang yang akan menghancurkan dirinya.
My number :
Aku kosong job kok malam ini. Pas sekali yah!
Nana memandangi layar, menunggu Tari membalas basa basinya itu dengan tidak sabar.
Tari SMP Gelora :
Sipp! Artinya bisa ya? Sudah tau kan jobanya apa saja? Hanya waiters, kok! Seragamnya sudah aku siapkan di lokerku. Jadi bisa langsung kau kenakan nanti. Jobnya mulai dari jam 7 malam sampai 3 pagi. Nanti langsung aku infokan ke manager bahwa kau yang gantikan aku hari ini. Oke??
My Number :
Oke.. Tolong infokan alamat lengkap tempatnya ya. Ngomong-ngomong, bayarannya apa bisa langsung diberikan besoknya? Sedang mendesak nih.. Hehe..
Nana menunggu penuh harap. Ia sangat membutuhkan uang kaget saat ini. Baru kemarin ia memberikan hampir seluruh uangnya untuk panti karena disana sudah kehabisan dana untuk makan anak-anak.
Tari SMP Gelora :
Bisa kok. Tenang saja, besoknya langsung aku transfer gajinya. Ditunggu nanti malam ya! Thanks!
Nana tersenyum lega lalu cepat-cepat membalas.
My Number :
Oke!
.....
*SPG = Sales Promotion Girl