PROLOG
Hidup itu tak selalu berjalan mulus. Ketika aku masih kecil, aku menganggap
hidupku akan selalu bahagia. Bersama Mom, Dad, kakak, dan adikku.
Ternyata tidak.
Waktu itu aku masih belia, tapi bagi anak kecil berumur 10 tahun, aku mengerti apa yang terjadi antara kedua orang tuaku yang selalu ramai di malam hari. Suara barang pecah, meja yang digebrak, suara bentakan marah, dan suara pukulan yang menyakitkan telinga.
Saat hal itu terjadi, aku hanya bisa diam dan berlindung dalam naungan
kakakku. Kukira aku akan dapat melalui semuanya selama kakak selalu ada di
sebelahku. Nyatanya, Tuhan belum selesai dengan semua cobaan itu.
Tuhan memanggil kakakku untuk pulang.
Jika saja, aku menjadi perempuan yang cerdas, mungkin Mom akan senang
dan bangga padaku. Jika aku cerdas, aku bisa mendapat karier yang
menjanjikan. Dengan begitu, Mom tak perlu bekerja keras setiap hari demi
selembar uang agar kami bisa makan.
Lupakan segala hal tentang kehidupan remaja zaman sekarang. Aku tak peduli
lagi jika seluruh perempuan menertawakanku ketika mereka tahu aku masih
perawan saat umurku kepala dua nanti.
Yang aku ketahui, tujuanku adalah membahagiakan Mom dan menjauhkan
Mom dari lelaki k*****t yang sayangnya adalah ayahku.
“But, what if, it wouldn’t happen like what I want? What if, some day even Mom
threw me away?”