1

1424 Kata
Kesibukan Marcella sebagai chef sekaligus pemilik restoran membuat dirinya harus merelakan waktu lebih banyak di dapur dari pada bersama Daniel, kekasihnya. Bahkan menurut penuturan Daniel, restoran itu-lah kekasih sebenarnya Marcella. Bukan dirinya. Sehingga mereka lebih sering bertengkar karena masalah restoran daripada pertengkaran yang biasa terjadi pada pasangan umum. "Lagi?" tanya Daniel kesal di seberang sana. "Iya. Sorry banget ya Yang..." sahut Marcella penuh penyesalan. Sekali lagi ia harus menggagalkan jadwal kencan mereka weekend seperti saat ini. Dan ini bukan yang pertama kalinya. Terdengar suara helaan nafas milik Daniel di seberang sana. "Begini ya, aku selama ini udah mencoba untuk bersabar. Tapi kayaknya saat ini stok kesabaranku udah habis. Kalau kamu mau kita lanjutin hubungan ini, aku mau kamu datang sekarang. Dan... kalau kamu nggak bisa datang. Aku anggap hubungan kita berakhir!" Ucapan terakhir yang keluar dari bibir Daniel membuat Marcella merasa seperti mendengar suara petir di malam minggu yang cerah ini. Tubuhnya menegang, matanya tidak berkedip, dan bibirnya sedikit terbuka. "Ka-kamu sedang bercanda, kan?" tanya Marcella pelan. "Aku nggak bercanda. Aku beri kamu waktu tiga puluh menit untuk sampai ke sini." "Ta-tapi..." Belum selesai Marcella berbicara Daniel telah lebih dahulu menutup teleponnya. Ditempatnya Marcella masih mematung beberapa detik sebelum akhirnya menarik nafas panjang. Mengusap wajahnya. Apa yang sebaiknya dilakukannya sekarang? Menemui meeting yang sangat penting atau menemui kekasih yang sudah dua tahun dipacarinya? Aghh!!! Andai dia punya jurus meng-copy diri seperti karakter komik yang dibacanya, mungkin nasibnya tidak akan seburuk ini! "Chef, dalam waktu dua jam tamu dari perusahaan Tristan Company akan tiba!" seru Ramdan yang bekerja sebagai asisten Marcella. Tersadar dari lamunannya, Marcella mengangkat wajahnya dan memandang ke arah Ramdan. "O-okay. Segera siapkan bahan-bahannya." Perintah Marcella langsung segera dilaksanakan oleh Ramdan. Laki-laki berusia dua puluh tujuh tahun yang telah bekerja dengannya selama dua tahun ini. Dengan lincah, Marcella langsung fokus pada pekerjaannya. Seperti seorang pesulap yang sedang melakukan triknya. Sehingga membuat bahan-bahan dasar itu berubah menjadi masakan enak yang harum dan rasanya begitu menggoda. Meminta perut siapa saja untuk diisi. Marcella, gadis berambut sebahu berwarna cokelat, hasil karya salon langganannya sangat hobi memasak sejak kecil. Hingga akhirnya saat ia lulus sekolah menengah atas, ia memutuskan untuk mengambil pendidikan di French Cuisine & Patisserie di Le Cordon Bleu Sydney. Hobinya akan mencicipi aneka makanan negeri dengan Eiffel Tower itulah yang memutuskan dirinya untuk mengambil bidang tersebut daripada menjadi seorang pengacara, seperti keinginan ayahnya. Pintu kaca restoran terbuka, dari balik dapur Marcella dapat melihat satu persatu tamu berjas hitam dan abu-abu mulai memasuki ruangan lalu berjalan ke arah meja yang telah mereka sediakan. Jantung Marcella mulai berdegup tidak karuan. Layaknya drum yang ditambur kencang sekuat tenaga. Disusul perutnya yang mendadak terasa ada yang mengaduk-aduknya tanpa berhenti. "Chef, are you okay?" tanya Ramdan saat melihat peluh yang mengalir di sisi kening Marcella. "Do i look okay for you?" balas Marcella sambil memajukan wajahnya pada Ramdan. Sehingga yang sudah bekerja selama dua tahun enam bulan itu menjauhkan wajahnya dari wajah atasannya. "Well, sejujurnya tidak. Kau terlihat sangat tidak baik." "Kau benar. Karena memang itu yang sedang terjadi padaku. Aku sangat tidak baik-baik saja." Marcella menghembuskan napasnya lalu menarik wajahnya. "Ada apa sebenarnya? Kau ingat kan kalau meeting ini sangat berarti untuk restoran kita?" tanya Ramdan mengingatkan yang dibalas anggukan oleh Marcella. "Aku tahu. Tapi Daniel juga penting untukku!" Saat mengatakannya pandangan mata Marcella terhalangi oleh air yang menggenang di pelupuk matanya. Ramdan mengangkat kedua tangannya ke udara. "Breath, Chef. Everything's gonna be okay. Kita pasti punya jalan keluarnya." "There is no way out, Ram. Dead end! Daniel mengancam akan mengakhiri hubungan ini!" ucap Marcella putus asa. Sangat sulit memutuskan satu diantara dua, di mana pilihan tersebut sangat penting untuknya. "Maafkan aku, Ram. Sepertinya kamu harus menghadapi mereka seorang diri." "Lho, Chef! Kau mau ke mana?" tanya Ramdan panik saat melihat Marcella mulai membuka apron dan topi putih miliknya. "Menemui Daniel!" jawabnya lalu berjalan meninggalkan tempat itu tanpa menghiraukan suara Ramdan yang terus memanggil namanya. Dilangkahkannya kakinya keluar melalui pintu belakang restoran, lalu ia menghentikan sebuah taksi dan menyebutkan nama kafe di mana janji temunya dengan Daniel setengah jam yang lalu. Daniel Felix Nugroho, pertama kali Marcella bertemu dengannya saat dia sedang menghadiri acara pembukaan cabang restoran Chef Ronald. Pemilik restoran di mana dulu Marcella sempat bekerja untuknya sebelum akhirnya memutuskan membuka restorannya sendiri. Pertemuan yang berawal dari tumpahan wine milik Daniel ke atas permukaan kain dress blue navy miliknya yang berlanjut kepada pertemuan-pertemuan lainnya. Hingga akhirnya Daniel, pria berkulit putih dengan tatanan rambut rapi, ditambah kacamata yang bertengger di hidungnya meminta dirinya untuk melanjutkan hubungan diantara mereka ke arah yang lebih serius dan intim. Sebelum Marcella membuka restoran, hubungan mereka sangat dekat. Hampir setiap hari mereka bertemu. Cinta yang membara diantara mereka membuat keduanya tak ingin berpisah. Sampai akhirnya Marcella memutuskan untuk membuka sebuah restoran, kesibukannya membuat jadwal dirinya bertemu dengan Daniel berkurang. Begitu juga dengan Daniel yang sejak karirnya sebagai dokter umum menanjak, kesibukannya pun semakin bertambah. Membuat keduanya semakin sulit untuk sekedar bertemu muka saja. Seperti hari ini, di mana Daniel sengaja meluangkan waktu makan siangnya untuk bertemu dengan Marcella, tanpa bisa dicegah, pagi tadi seseorang menghubungi restorannya. Lebih tepatnya perusahaan Tristan berkata jika mereka mengajak untuk bekerja sama. Sayangnya waktu yang sama membuat Marcella harus memilih. Manakah yang lebih penting. Dan akhirnya dia memilih Daniel. Karena Marcella yakin, Daniel-lah masa depannya. Bukan restoran itu. Kelak dia akan menikah dengan Daniel. Bukan dengan restoran itu. Diedarkannya pandangan matanya ketika udara pendingin ruangan beraroma kopi itu menyapanya saat Marcella melangkah masuk ke dalam kafe. Bahkan dia sempat menghiraukan sapaan seorang waitress yang menyapanya. Namun setelah mengedarkan pandangan matanya, sosok Daniel tak ada di dalam ruangan tersebut. Ke manakah kekasihnya itu pergi? "Permisi Mbak, apa tadi ada tamu laki-laki berkacamata yang duduk sendiri di kafe ini?" tanya Marcella setelah mendekati salah satu waitress yang hendak melewati dirinya. Perempuan bersanggul itu terdiam sejenak. Tampak mencoba mengingat-ingat tamu yang datang ke kafe ini. "Tidak ada, Mbak." "O...okay. Makasih ya," sahut Marcella dengan bahu lunglai. Setelah kepergian waitress tersebut, Marcella melangkah ke luar kafe dan meraih ponselnya. Mencoba menghubungi Daniel. Namun, meski nada dering sudah berbunyi tujuh kali, kekasihnya itu tak menjawab panggilannya. Resah mulai menjalari hati Marcella. Apa Daniel marah? Memang sih Marcella tidak memberi kabar jika dia akan datang pada akhirnya. Tapi, dia baru terlambat tiga puluh menit. Masa Daniel tidak mau menunggu dirinya selama itu? Digigitnya bibir bawah miliknya yang terpoles lipstick berwarna magenta. Apa yang harus dilakukannya? Kembali ke restoran bukanlah pilihan terbaik. Pikirannya yang sedang tertuju pada Daniel tidak akan membantunya mendapatkan kontrak bekerja sama dengan Tristan Company. Mungkin sebaiknya dia pergi ke salah satu mall. Mendinginkan kepala. Lagipula siapa tahu ada sale yang berhasil menghibur hatinya. Akhirnya Marcella memutuskan untuk menghentikan sebuah taksi berwarna biru dan langsung menyebutkan salah satu nama mall yang ada di ibukota. Setelah menikmati sedikit kemacetan, akhirnya Marcella tiba di mall yang tadi disebutkannya. Udara sejuk yang berasal dari pendingin ruangan mengisi paru-parunya. Datang ke tempat ini memang pilihan tepat. Jangan berpikir jika Marcella bukanlah chef yang tidak bertanggung jawab, sebelum hari ini datang, dia sudah mengajari Ramdan bila mana ada kendala yang membuat dirinya ada urusan mendadak. Dan ternyata feeling-nya terbukti benar. Sambil menengok ke kiri dan ke kanan. Menikmati setiap pakaian yang berada di dalam toko-toko, Marcella terus berusaha menghubungi Daniel. Sampai akhirnya setelah tiga kali berusaha menghubungi kekasihnya itu, Daniel menjawab teleponnya. "Halo Yang," suara Daniel yang lembut langsung menciptakan senyuman di bibir Marcella. "Yang, kamu di mana? Tadi aku ke kafe tapi kamu udah nggak ada," cerocos Marcella. Dia menghentikan langkahnya dan menghadapkan tubuhnya pada sebuah toko dengan dress putih yang menarik pandangannya sejak pertama kali melihatnya. "Kamu ke kafe?" Bukannya menjawab, Daniel balik bertanya. "Iya! Tadi aku bela-belain ninggalin meeting aku dengan Tristan Company demi ketemu sama kamu. Salah kamu pakai ancem-ancem putus segala!" "Maaf. Aku kan cuma kangen dan pengen ketemu kamu, makanya aku ngomong gitu. Maaf ya, Yang..." "Iya... aku maafin. Terus sekarang kamu ada di mana?" tanya Marcella sambil memutuskan untuk melangkah masuk ke dalam butik dan mencoba dress putih gading brokat berlengan panjang yang terus memandangnya balik seakan minta untuk dibeli. "A-aku udah balik ke kantor," jawab Daniel terbata. "O...ya udah kalau gitu. Semangat ya yang kerjanya. Demi masa depan kita," ucap Marcella tulus dengan senyum lebar di bibirnya. Tapi secepat kilat menyambar, secepat itu juga senyum di bibir Marcella memudar diiringi pandangan matanya yang memancarkan kekecewaan. Karena setelah ia melangkah masuk ke dalam butik tersebut, Daniel sedang duduk manis di salah satu sofa putih yang disediakan untuk tamu. Disusul seorang wanita cantik berambut panjang yang berkata, "Beib, bagus nggak?" ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN