Bagian 11

1155 Kata
Mobil Jevarra memasuki pekarangan rumahnya yang cukup besar, tak lama Jevarra keluar dari mobil nya dan bergegas masuk kedalam rumah nya. "Assalamualaikum." teriak nya sambil membuka knop pintu rumah nya. Jevarra melihat mama nya sedang duduk santai di sofa ruang tamu sambil menonton TV "Waalaikumsalam, sayang." jawab mama nya. Ia langsung menuju mama nya dan mendaratkan b****g nya di sofa samping mama nya lalu mencuim punggung tangan mama nya. "Papa mana ma?Tadi nyuruh aku pulang lebih cepat." jelas Jevarra mengedarkan pandangan nya ke penjuru rumah. "Papa mandi. mending kamu juga mandi dulu bersih bersih, nanti makan malam bersama." ucap Violin membelai lembut rambut Jevarra. "Oke deh ma! Btw emang nya mau ngomongin apa sih?" tanya Jevarra menatap sang mama dengan rasa penasaran. Violin mengacak ngacak rambut anak nya "Mending kamu mandi dulu, nanti makan malam kita kasih tau, penasaran nya di pending dulu ya." Kekeh Violin. Jevarra mengerucutkan bibirnya. "Ih, mama ma! Emang nya internet, pending pending." Lalu Jevarra pun langsung menaiki tangga rumah nya dan berjalan menuju kamar nya yang berada di lantai dua. Sebelum masuk ke kamar nya, ia melihat pintu kamar kakak nya yang berada di samping kamarnya terbuka sedikit, ia pun masuk kedalam. "WOI!" teriak Jevarra. "YAALLAH! ngagetin aja sih??" geram Rara. Jevarra langsung berjalan ke kasur Rara dan duduk disamping Rara yang sedang fokus kearah laptop nya. "Ngapain sih lo kak? serius amat perasaan?" tanya Jevarra. "Kepo lo." Karena penasaran ia pun mengintip laptop sang kakak, penasaran sedang apa dia dengan laptop nya sehingga menjadi fokus banget. Jevarra memutar bola matanya malas. "Yaampun! Kirain gue ngapain, ternyata lagi drakoran." "Suka suka gue dong! Ganggu gue nonton aja sih lo." "Btw kak, lo tau gak apa yang mau papa bicarain? kayanya serius banget deh." tanya Jevarra yang sontak membuat Rara mengubah posisi nya yang tadinya tiduran kini jadi duduk menghadap adik nya itu. "Papa belom bilang?" tanya nya Antusias. Membuat Jevarra semakin penasaran. Jevarra mengernyit kan dahinya, heran. "Belum, apa sih?" "Jadi lo nggak tau?" Jevarra menggelengkan kepalanya pelan. "Engga." "Ohh." Rara langsung tiduran lagi dan kembali fokus menatap laptop. Jevarra membulatkan matanya atas respon kakak nya, ia kira Rara akan memberi tahunya apa yg akan dibilang papa nya. "Ohh doang?" "Ya terus lo mau apa?" tanya Rara mengangkat alis nya sebelah. "Kasih tau gue!" kesal Jevarra. "Nanti aja di kasih tau papa langsung. Udah sana mending kekamar lo mandi, bau lo!" "Gue serius ya, Ra." kesal nya, jika ia sudah tidak memakai embel embel kak berarti ia sudah sangat kesal dengan kakak nya itu. "Kalo sama yang tua tuh sopan." ujar Rara santai karena tahu adik nya ini sedang kesal dengan nya. "Sorry, gue lupa lo kan udah tua." kata Jevarra langsung keluar dari kamar kakanya sambil menutup pintu kamar Rara dengan keras sehingga menimbulkan bunyi yang cukup keras. Brak! Rara yang melihat itu pun langsung menggelengkan kepalanya tahu akan sifat adiknya kalau sedang kesal atau marah, ia pun menatap sendu pintu kamar nya, tingkah Jevarra yang akan ia rindukan beberapa minggu kedepan. **** Jevarra menghempas kasar tubuhnya pada kasur nya yang empuk, ia melempar tas nya kecil nya ke semberang arah. "Kenapa sih mau ngomong tinggal ngomong doang, ribet banget segala nunggu papa lah, makan malam lah." gerutu nya kesal. "Bodoamat lah mending gue tidur," ia langsung masuk kedalam kamar mandi, setelah beberapa menit ia pun keluar dari kamar mandi dan langsung merebahkan tubuh nya pada kasur. Beberapa menit ia memejam kan mata sempurna nya, ia pun langsung memasuki alam mimpi. **** Madhava memarkirkan mobil nya di dalam garasi mobil milik nya, ia langsung memasuki rumah nya bersama Kala. "Assalamualaikum, Bunda!" teriak Kala. Kala berjalan menuju sofa ruang tamu, Ia melempar buku buku novel yang ia beli tadi. Madhava melanjutkan langkah nya ke lantai atas, namun ia menghentikan langkah nya mendengar suara yang begitu ia rindukan. "Waalaikumsalam. Anak ayah pada dari mana ini?" tanya Marendra -sang ayah- yang keluar dari kamar. Kala yang mendengar nya pun langsung berlari dan memeluk sang ayah. "Ayah! Pulang nya lama banget, Kala kan kangen." Madhava pun langsung mencium punggung tangan sang ayah. Marendra terkekeh "Jangan rindu, kan kata Dilan rindu berat." "Ih! Ayah mah! Kedilanan nih." ujar Kala sambil mengerucutkan bibirnya. "Kenapa ga bilang kalau pulang hari ini? Kata ayah flight seminggu?" tanya Madhava. "Kan cerita ayah mau kasih suprise gitu, bang." ucap bunda nya yang datang dari arah dapur sambil membawa Brownies kesukaan anak anak nya. "Iya dong, biar kalian terkejut gitu." jawab Marendra sambil tertawa kecil. Marendra Mahanta, sang Captain kebanggaan keluarga mereka. Ayah nya memang bekerja sebagai pilot disalah satu maskapai di Indonesia. "Bang Dheta mana?" tanya Maren saat menyadari bahwa anak nya kurang satu. "Lagi main PS." jawab Madhava. "Ada apa sih ini rumah rame amat perasaan?" ucap Madheta yang tiba tiba turun. Mata Dheta membulat saat melihat sang ayah. "Widih! Sang Captain udah pulang nih!"ucap Madheta dan langsung mencium punggung tangan ayah nya. "Dari tadi dong, yah abang ketinggalan, oleh oleh nya udah abis." kata Kala sambil meledek sang abang tertua. "Sorry ye, gue udah punya pesanan khusus ke Papa. Nggak mungkin ke abisan." ucap Madheta melirik Kala. "Udah udah, mending kalian pada mandi dulu trus nanti kita makan malam bersama." lerai sang ayah. "Oke deh ayah!" ucap Kala dan langsung pergi ke lantai atas untuk menuju kamar nya. Madheta duduk di samping sang ayah di ikuti dengan Madhava. "Gimana kuliah kamu, Bang?" tanya Marendra. Madheta mengangguk mantap. "Santai yah! Kuliah aku aman kok. Semua beres." "Bagus kalo gitu." Lalu Marendra menengok pada putra kedua nya. "Kalo Dhava, gimana sekolah kamu?" tanya nya. "Baik juga." ucap Madhava. "Tuh yah, kelakuan anak kamu, datar terus kaya tembok." geram Luna -sang bunda- Marendra terkekeh atas ucapan istrinya. "Gitu juga udah ganteng, apalagi kalo senyum aduh tambah ganteng." ujar nya. "Hm, bun, yah, Dhava ke kamar duluan." kata Madhava dan langsung bangkit dari duduk nya lalu melangkah ke kamar. "Dheta juga ya, yah. Mau ngerapihin baju besok kan udah harus balik ke Bandung." ucap Madheta menatap sang ayah. "Oh iya, kamu emang ke Bandung jam berapa besok, Bang?" "Paling sore sih, Bun." jawab Madheta. "Yaudah kamu disana hati hati, Bang. Jaga kesehatan juga." ucap sang papa memberi nasihat. "Siap Captain!" teriak nya dan langsung berlari ke lantai atas. Madheta memang berkuliah di Bandung dan ia tinggal di rumah Nenek dan Kakek nya, ia akan main ke Jakarta jika waktu weekend atau sedang tidak ada tugas. "Anak anak kita sudah semakin besar ya, Bun." seru Marendra. "Iya lah yah. Masa kecil terus sih mereka." kekeh Luna. "Nanti, Madheta pegang perusahaan, Madhava terusin pekerjaan ayah." ucap Marendra menatap sang istri. "Iya ayah," "Yaudah ayah istirahat dulu sana. Bunda mau ke dapur lagi, mau nyiapin makan malam." ujar Luna dan langsung bangkit dari duduk nya dan menuju dapur. Marendra pun menuju kamar nya yang berada di samping tangga, di atas ada 3 kamar dan dibawah 2 kamar. Memang cukup mewah rumah mereka, mengingat bahwa Marendra sebagai supir pesawat yang tentu gaji nya tidak sedikit
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN