Bagian 12

1226 Kata
Jevarra mengerjap ngerjapkan matanya malas, ia terbangun dari tidur nya saat mendengar suara ketukan pintu kamar nya. "Jeva ayo bangun, kita makan malam bersama." teriak Violin di depan kamar Putri nya. Jevarra menyibakkan selimutnya yang bergambar doraemon, ia berjalan malas ke arah pintu kamar nya. "Iya mah." jawab Jevarra sambil mengucek ngucek matanya. "Yaampun Jeva! Cepat sana cuci muka, papa sama kakak mu sudah menunggu dibawah untuk makan malam." kesal Violin dan langsung turun ke bawah. "Iya, mah." Ia pun berjalan gontai menuju kamar mandi untuk mencuci muka setelah beberapa menit ia pun keluar dari kamarnya dan menuju ruang makan. Jevarra menuruni satu persatu tangga rumah nya, ia langsung duduk di samping nayra yang sedari tadi menatap nya tajam. "Lama banget sih, Jeva. Nggak tau apa gue udah laper." cibir Rara menatap ke arah sang adik. "Sorry ketiduran. Lagian makan tinggal makan aja. Gausah nunggu Jeva." ucap cewek itu dengan santai tanpa memperdulikan delikan sang kakak. "Heh! Enak banget jawab nya." Kesal Rara pada Jevarra. Hilimi dan Violin yang melihat kelakuan anak anak nya hanya bisa menggelengkan kepalanya. "Sudah sudah, ayo makan dulu." lerai nya. Akhirnya mereka pun menyantap makan malam yang sudah di sediakan oleh mama nya. *** Madhava menuruni tangga rumah nya, disamping nya terdapat adik nya, Kala yang sedang sibuk memainkan handphone. "Jangan main handphone terus." tegas Madhava lalu menarik ponsel Kala. "Ih! Abang mah, kembaliin HP Kala!" rengek Kala pada sang Abang. "Eh, ada apa sih kalian?" tanya Luna yang tengah sibuk menyiapkan makan malam untuk keluarga nya. "Itu Bun, ponsel aku di ambil bang Dhava." Adu Kala pada Luna. "Abang." tegur Luna menatap anak kedua nya. "Dia jalan sambil main Handphone." jelas Madhava. Luna menggelengkan kepalanya. "Kamu juga sih." seru nya menunjuk Kala. Membuat Kala mengerucutkan bibirnya. "Iya maaf deh ga diulang, kembaliin bang." kata Kala mencoba membujuk Madhava. "Sudah sudah jangan bertengkar, ayo makan dulu, Madheta ayo cepat! berhenti dulu main PS nya." lerai Marendra yang sudah duduk di kursi meja makan. "Iya Ayah." jawab mereka. Dan mereka pun menyantap makanan mereka yang sudah disediakan di meja, selang beberapa menit mereka pun selesai makan. "Seminggu kedepan akan ada anak nya sahabat ayah dan bunda yang akan menginap disini." jelas Marendra sambil mengelap mulut nya dengan tissue. Madheta mengernyitkan dahinya. "Siapa yah?" tanya nya. "Anak nya perempuan, seumuran Dhava, dan dia sangat cantik." jelas Luna sambil tersenyum. Kala menatap dengan berbinar. "Yeay! punya kakak baru, nanti Kala ajak main make up -make up an, terus ke mall bareng, terus nyalon bareng, nonton drakor bareng." Ucapnya dengan sangat Antusias. Luna menggelengkan kepalanya melihat putrinya. "Ia, nanti tidurnya di kamar Madhava ya." ucap Luna santai. Madhava yang sedang meminum pun tersedak dengan cepat Kala yang berada di samping nya pun mengelus bahu abang nya. "Abang pelan pelan dong." seru Kala. Madhava menatap sang bunda. "Tidur di kamar Dhava? Berdua? Gak ya! Madhava nggak mau." Semua yang mendengar nya pun tertawa terbahak bahak. Madhava menatap heran "Ada yang lucu?" "Iya engga lah abang. Mana mungkin kan bunda ngebiarin anak perawan tidur berdua sama kamu yang bukan muhrimnya, kamu pikir bunda ga waras apa." jelas nya Luna sambil mengambil minum. "Iya nih, ga mungkin kan, nanti anak orang kamu apa apain lagi." jawab Marendra asal, lalu tertawa. "Aduh, adik gua ternyata b**o juga ya."ledek Madheta melirik Madhava. Madhava menatap tajam ke arah Abang nya. "Kenapa harus di kamar Dhava sih? Kenapa ga sama Kala? Terus nanti Dhava tidur dimana? Terus kalo kamar Dhava diberantakin gimana? Kenapa nggak di kamar tamu aja?" tanya nya membuat yang lain melongo. Madheta dan Kala sontak bertepuk tangan. "WOWWW! REKOR" teriak Dheta dan Kala secara bersamaan. Madhava mengernyitkan dahinya. "Rekor apaan?" tanya nya dengan bingung. "Bang Dhava ngomong panjang kali lebar ." cetus Kala dengan mata berbinar. Lagi lagi mereka semua tertawa, Madhava menghela nafas panjang. Madhava menghela nafasnya, "Terserah." "Nggak mungkin kan masa tamu kita tidur sama Kala. Nanti dia nggak nyaman. Lagi pula kamu bisa tidur di kamar Dheta, dia kan mau balik lagi ke Bandung besok." jelas Luma dan langsung bangkit menuju dapur untuk membereskan piring kotor. "Lagian juga kamar tamu kita masih di pakai buat gudang Ayah, belum di bersihin." lanjut sang bunda. "Yah, Abang ga bisa liat dong ya kan katanya cantik, siapa tau kan jodoh tersembunyi Dheta." kata Madheta sambil mengerucutkan bibirnya. Marendra terkekeh kecil, "Ada ada aja kamu, Bang." "Yaudah Abang ke kamar dulu mau lanjut beres-beres buat besok." ujar Madheta lalu bangkit dari kursi nya dan melangkah ke atas. "Mau beres-beres atau main PS?!" teriak Kala. "Dua dua nya dong!" Kekeh Madheta. "Yaudah Dhava juga ke kamar." Madhava sudah ingin bangkit dari kursi nya namun di tahan oleh Kala. Kala menatap tajam abang nya "Enak aja! balikin handphone Kala sekarang." kesalnya. Madhava pun mengeluarkan ponsel Kala dari kantong celana nya dan memberikan kepada Kala lalu langsung melanjutkan langkah nya ke kamar. Kala tersenyum lebar. "Makasih abang." seru nya. **** Jevarra baru saja menyelesaikan makan malam nya, "Oh iya tadi katanya papa mau ngomong sesuatu." tanya Jevarra mengingatkan. Hilimi mengembuskan napas panjang nya. "Kami akan ke Singapura, Jeva." ucap nya. Mata Jevarra berbinar. "Serius? Asik! Liburan." serunya dengan antusias. Violin yang berada di samping Jevarra pun mengelus rambut panjang putrinya. "Enggak sayang, kami nggak liburan." "Lagi pula lo nggak ikut, Jev." celetuk Rara sambil menyibakkan rambutnya. Jevarra membulatkan matanya. "Hah? Gak ikut? Maksudnya?" tanya nya bingung. "Kami akan mengurus perusahaan di Singapura sambil merawat Gharsa disana." jelas Hilimi. Jevarra mengerucutkan bibirnya. "Jadi Jeva sama kak Rara doang?" "Siapa bilang? Gue ikut, Jev." ujar nya sang kakak dengan santai. Jevarra semakin membulatkan matanya. "Maa-maksudnya?" "Iya, Damoura akan ikut mama sama papa, Jeva. Dia ikut untuk belajar memegang perusahaan disana." Jawab Violin. Sebenarnya ia sangat tidak tega meninggalkan Jevarra sendirian disini. Tapi ia tidak punya pilihan. "Jadi Jeva bakal sendirian?" lirih nya menahan tangis. "Nggak sayang. Jeva akan menginap di rumh sahabat mama dan papa kok." jelas Hilimi. Jevarra menggelengkan kepalanya. "Enggak. Aku nggak mau. " sahut Jevarra. "Tapi Jeva, mama ga akan ngebiarin kmu sendiri dirumah, beberapa hari lagi juga bi Surti dan pak Joko pulang kok nanti baru boleh kamu disini." ucap Violin memberi pengertian. Bi Surti dan pak Joko mereka suami istri dan pembantu serta satpam dirumah mereka, namun minggu kemarin mereka pulang ke kampung karena anak mereka sakit. Jevarra masih terdiam. "Mau ya sayang? kamu tau sendiri kan sodara kita pada di Bali dan lombok, ada juga di Bogor paling deket kan. Gak mungkin kan kamu kesana sementara kamu sekolah." ucap Hilimi berusaha meyakinkan Putri nya. Jevarra memejamkan matanya. "Berapa lama Kalian disana? " tanya nya. "Mama dan papa mungkin beberapa bulan, tapi kalo Rara hanya satu bulan mungkin." jawab Violin. "Iya Jeva, nanti gue usahain pulang lebih awal kok." Sahut Damoura. "Lagi pula sahabat mama dan papa juga memiliki anak perempuan juga, dan anak laki laki seumuran kamu." jelas Hilimi. Jevarra menghela nafas kasar, mau tak mau. "Oke." Hilimi dan Violin tersenyum hangat. "Nanti masalah uang saku papa tambahin 2 kali lipat." seru Hilimi. "Oke! tapi fasilitas mobil aku pake ya." ujar nya Jevarra. "Ye! Emang maunya lo itu mah." kekeh Damoura. "Iya sayang." "Memangnya kapan berangkatnya? " tanya Jevarra. "Besok sore, kita jemput kamu dulu kok sekolah, terus malam nya sahabat mama akan menjemput kesini." jelas Violin, lagi. "Huft, oke ma." "Jangan kangen lo sama gue." ledek Damoura melirik Jevarra. Damoura pun memasuki kamar nya untuk memberesi barang barangnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN