Bagian 14

2547 Kata
Madhava menundukan kepalanya lalu tangan nya meraih tali sepatu nya dan mengikat nya, hari ini jadwal pelajaran jam pertama nya adalah olah raga. Selang 3 menit kemudian ia berlari kecil kelapangan menyusul ketiga teman teman nya dan teman kelas lain nya. "Pak Tama mana?" tanya Madhava sambil melirik Kaivan. Kaivan yang sedang mendribble bola basket nya pun terhenti sebentar lalu menatap Madhava. "Ga masuk, katanya istri nya sakit." Madhava menganggukan kepalanya dan langsung menerima lemparan bola dari Kaivan. "Main basket gas gak?" ajak Darren. "Lo kira dari tadi kita ngapain? Main congklak?" cibir Arga menatap Darren. "Santai bos." ujar Darren sambil terkekeh kecil. "Lama lo, cepet sini." ajak Kaivan mulai mengoper bola basket kepada Darren. Pak Tama guru olahraga, hari ini sedang tidak hadir dalam pelajaran, jadi mereka berolahraga bebas, ada yang bermain basket seperti Madhava DKK. Lalu bermain bola kaki, tak sedikit juga yang membuat gerombolan dibawah pohon sambil bergosip ria, dan itu pasti tak lain adalah para perempuan. "Eh, eh, itu Adrea sama temen temen nya kan? Mereka dihukum?" tunjuk Darren ke arah empat gadis yang sedang hormat dibawah tiang bendera. Arga mengernyitkan kan dahinya mengikuti pandangan Darren. "Lah iya itu adek gue. Buset dah bocah ya baru masuk udah dihukum aja." cibir Arga menggelengkan kepalanya. "Yang di samping Adrea boleh juga." ujar Darren sambil tersenyum. "Siapa?" tanya Arga. "Itu tuh yang rambutnya dikuncir." tunjuk Darren. "Tapi semua nya itu di kuncir anj—" cibir Kaivan dengan kesal. "Maksud gue yang itu yang dikuncir miring." jelas Darren. "Ohh itu namanya —" "Jevarra." jawab Madhava cepat memotong ucapan Arga. Seketika mereka semua menatap Madhava penuh tanya. "Lo kenal?" tanya Arga mengernyitkan dahinya. "Hm." "Deket sama dia?" tanya Kaivan. "Gak." jawab Madhava singkat. "Kok bisa tau nama nya?" tanya Darren. "Tau aja." jawab Madhava lagi. "Lah ngapa jadi bahas mereka sih, katanya mau main basket jadi kaga?" lerai Kaivan. "Tau nih pada, udah ayo buru!" Akhirnya mereka bermain basket, hanya saling mengoper oper dan memasukan bola ke ring basket. Kaivan mengambil alih bola dari tangan Darren dan bermaksud untuk mengoper ke Madhava, lemparan bola itu terlalu kencang dan melesat dari tangan Madhava hingga.. BUGH! Bola itu melayang dan mengenai kepala seseorang. *** "Panas banget yaallah." keluh El sambil mengelap keringat nya. "Ya Allah, hujan dong tiba tiba gitu." kesal Adrea merasa kepanasan. "Lah terang begini, ya kali ujan." sahut Gaveska. Jevarra tersenyum samar. "Udah nikmatin aja sih." "Halah, iya lu mah nikmatin, orang ada Madhava lagi main basket." cibir El. "Bucinnn!" "Masih sayang sama Madhava?" tanya Adrea melirik Jevarra. "Akan berhenti jika gue udah bisa menggenggam air dan merangkul angin.” jawab Jevarra sok puitis. "Gimana dia bisa tau kalo lo sayang sama dia? Lo gada usaha nya sih, deketin dong." saran El. "Tau Jev, seenggaknya biar dia tau kalo ada yang ngagumin dia secara diam diam." kata Gaveska sambil meluruskan tangan nya sejenak yang sedari tadi tertekuk karena harus mencapai ujung alis nya. Jevarra tersenyum sambil memandangi Madhava yang fokus main basket. "Pada akhirnya, yang jatuh cinta diam-diam hanya berani memandangi dari kejauhan; tak berani menyapa apa lagi menyentuh.” ucap nya tanpa sadar dan dengan tatapan yang masih menatap Madhava. El pura pura mengelap mata nya "Baper neng, bang!" seru nya. "Halah leb—" Baru saja Jevarra ingin melanjutkan ucapan nya namun El sudah terjatuh karena bola basket melayang bebas dan mengenai kepala El yang menyebabkan ia jatuh pingsan, entah sekencang apa bola basket itu hingga membuat El pingsan. "REHUEL!" pekik Jeva, Gave serta Rea bersamaan. "Yaampun El! El! Bangun El! aduh siapa si yg ngelempar bola nya, bisa ga sih main basket?" kesal Adrea. "Gue." seru Kaivan. Jevarra terdiam beberapa detik, saat tatapan matanya dan Madhava bertemu, tak mau semakin dalam jatuh ke tatapan Madhava ia pun memalingkan wajahnya ke El. "Kai! cepatan bawa El ke UKS." seru Jevarra terlihat panik. "Iya, Kaivan cepetan cepetan." kata Gaveska. "Sabar dong sist, dia berat nih." ucap Kaivan sambil mengangkat tubuh El dan berlalu ke UKS di ikuti Gaveska dan Darren. "Lo kenapa dek di hukum?" tanya Arga menatap sang adik. "Kok lo kepo sih?" jawab Adrea jutek. "Lah songong amat ini adek laknat." cibir Arga. "Apa lo ab—" "Sssstt! Udah ayo nyusul El!" ajak Jevarra. Jika tidak dipisahkan adik abang ini ga bakal selesai berantem nya. "Eh iya," akhirnya Adrea dan Jevarra melangkahkan kakinya menuju UKS meninggalkan Arga. "Ngapain lo malah ngajak gue pergi k*****t, udah tau gua sengaja ga ke UKS karena gua tau lo seneng deket Madhava, kapan lagi kan." jelas Adrea. "Sebenarnya sih pengen lama-lama tapi, you know lah gue gemetaran anjrit liat dia dari deket." kekeh Jevarra. "Hadeh, serah mimi peri aja lah ya." cibir Adrea. "s****n lo lucinta luna." balas Jevarra. "Heh! Duo serigala ngapain disitu, temen lo lagi pingsan nih." teriak Gaveska dari depan pintu UKS. "Berisik lo awkarung." sentak Jevarra dan Adrea. *** El membuka matanya lemas, ia memegangi kepalanya berniat ingin bangun namun ia masih sedikit pusing. "Jangan bangun dulu, klo masih pusing." suara berat itu menyadarkan El. "Lo? Gue dimana?" Tanya El. "Di surga ini. Kan lo bisa ketemu pangeran setampan gue." canda lelaki itu sambil terkekeh kecil. "Kaivan percaya diri lo kurangin dikit! Gak jelas lo!" cibir El. Kaivan tertawa kecil. "Udah tau gue ngomong jelas, ya mungkin lo masih pusing kali gara gara kena bola basket." jelas Kaivan. "Ohh iya gue pingsan ya? Gara gara bola basket s****n itu? Trus siapa yg bawa gue kesini? Temen temen gue mana?" tanya El bertubi-tubi. Kaivan menyentil pelan dahi El. "Kalo nanya satu satu, kutil." "Iya lo pingsan, kenapa ga bablas mati aja sih." ledek Kaivan. "Anjir lo nyumpain gue mati? Kalo gue mati populasi cewek cantik nanti berkurang tau!”kata El mengerucutkan bibirnya. "Pede gila!" seru Kaivan. "Ketularan lo!" "Jawabin pertanyaan gue yg tadi." ucap El kembali menatap Kaivan. Kaivan memutar bola mata nya malas. "Yg gendong lo kesini gue, sumpah lo makan apaan si berat banget tau." "KAIVAN GUE ITU KURUS GA GENDUT!" kesal El menatap tajam Kaivan. "Yang bilang lo gendut siapa Rehuel?" tanya Kaivan. "Au ah dark!" jawab El masih kesal di bilang berat. "WOI! KEMBARAN NYA SIMPANSE UDAH SADAR LO." teriak Adrea yang baru saja datang. "Engga gue masih pingsan." jawab El asal. "Widih, mantep pingsan jaman sekarang keren ya udah bisa ngomong." sahut Gaveska. "Kai, makasih ya udah nemenin El." ucap Jevarra menepuk pelan pundak Kaivan. "Yoi, santai aja. Eh ini rombongan lo udah pada dateng gue pergi ya, and sorry tadi bola basket nya gue yang ngelempar hehe." jelas Kaivan dan langsung pergi meninggalkan UKS. "Hadeh, abang Kaivan cakep amat sih kalo dari deket." celetuk El. "Please deh gausah lebay." "Lo masih pusing El? kalo masih pusing gausah ikut ke bandara." ucap Jevarra. "Engga kok engga, gue ikut pengen ketemu kak Rara." ujar El. Jevarra memang sudah menceritakan soal kepergian keluarga nya untuk beberapa bulan kedepan. "Yaudah kalo gitu seterah." "KANTIN KUY!" teriak Adrea. "Heh induk Gorila kaga usah teriak teriakan napa, dikata ini dihutan napa ya." kesal Gaveska. Adrea kalau sudah di satukan dengan El. Sudah deh, dunia nggak akan baik dengar suara mereka. "Lah Stress! Yang namanya Gorilla mah emang tinggal dihutan kali." cerca El. "Terserah lo aja lah El, yang penting lo senang." "Ih, Gaveska kamu so sweet banget sih." Akhirnya mereka keluar dari UKS dan menuju Kantin sekolah yanh sudah ramai oleh siswa dan siswi sekolah HI. Setelah memesan makanan, mereka mengedarkan pandangan nya ke penjuru kantin, PENUH itu lah kata untuk kondisi kantin saat ini. "Yah! kita duduk dimana nih? Ga kebagian meja masa." kata El sambil melihat ke arah kantin yang sudah penuh. "Ha! Itu meja bang Arga masih kesisa." ucap Adrea cepat sambil menunjuk meja Madhava dan kawan kawan nya. "Serius? Itu ada Madhava tau." ucap Jevarra. "Lalu kenapa? Bagus kan biar bisa lebih dekat gitu." jelas Gaveska. "Udah lah ayo cepet." seru Adrea. Akhirnya mereka semua menghampiri meja yang ditempati oleh Arga, Darren, Kaivan serta Madhava. "Woi! bang kita keabisan meja nih, numpang disini boleh ya?" seru Adrea. "Wes boleh lah, kapan lagi kan semeja sama cecan." ucap Darren sambil terkekeh. "Dimohon gausah bacod pake d ya." ancam Gaveska melirik Darren. "Gapapa kan kita gabung?" tanya Jevarra sambil melirik Madhava. "Hm." deham Madhava. "Untung ganteng ya Allah." batin Jevarra. "El lo udah ga pusing lagi kan?" tanya Kaivan memastikan. "Enggak kok Kai." ucap El yakin. "Eh bang," panggil Adrea. "Apaan?" jawab Arga mengangkat alis nya satu. "Dih paan si, orang manggil abang somay di belakang lo, ni bang saya nambah seporsi ya." ucap Adrea sambil menyerahkan piring. "s****n lo!" kata Arga dengan kesal. Tak lama abang somay itu kembali dan Adrea menyantap somay ronde kedua nya. "Woi bang!" panggil Adrea, lagi. "Ih kok lo diam aja sih? gue sambit ni pake sendok." gertak Adrea menatap Arga di hadapan nya. "Gue kira lo manggil abang somay lagi, somplak." ujar Arga. "Bukan, gue manggil lo. Nanti pulang sekolah gue mau ke bandara dulu ya." jelas Adrea. "Lah ngapain lo?" tanya Arga. "Jualan permen kaki." celetuk Gaveska. "Ikut dong!" ucap Darren. "Mau ngapain coba ikut ikut?" tanya Gaveska bingung. "Nyulik pramugari yang cakep lah." jawab Darren santai. Madhava sesekali mencuri pandangan nya ke arah Jevarra,entah apa yang bikin ia penasaran atas gadis itu. "Huft, s***p semua ya anak didikan nya mimi peri." seru Jevarra sambil memijit pelipis nya. **** Jevarra mengambil ponsel nya dari saku seragam sekolah nya, ia memencet pola ponsel nya dan mencari nomor seseorang, tak lama ia menempelkan ponsel nya di telinga nya. "Halo, assalamualaikum ma aku di parkiran bandara nih." ujar nya "....." "Ohh oke aku langsung ke sana." Jevarra langsung mematikan telepon di ponselnya dan menaruh nya kembali di saku seragam sekolah nya. "Aduh ada pilot ganteng ga ya?" seru El dengan heboh. "Please deh jangan malu maluin kita." cibir Gaveska. Melihat itu, El mendengus kesal. Akhirnya mereka menyusuri area bandara internasional Soekarno-Hatta itu, mereka berempat sempat berganti baju ditoilet sekolah tadi saat sebelum pergi ke bandara. Tak lama mereka menemukan mama,papa, Rara dan satu orang lelaki yang di ketahui adalah pacar dari kakak nya itu. "Halo! Om, Tante." sapa El sambil tersenyum manis. "Halo sayang." balas Violin ikut tersenyum. "Tan ke Singapura jangan lupa beli oleh oleh ya!" kekeh Adrea. Damoura menatap Adrea, "Alah oleh oleh dari Sydney aja dulu mana?udah lupa apa sama gue nih?" ledek Rara. "Uh! tenang Kak Rara nih oleh oleh nya buat lo!" ujar Adrea sembari menyerah kan kotak berwarna merah muda itu. Rara membelalakan matanya, sedikit terkejut. Niatnya hanya ingin meledek saja. "Serius? padahal gue tadi cuman bercanda lho, Re." "Santai aja kenapa sih kak! pengen ngasih sih sebenernya tapi kan tau biasa mahasiswi kan sibuk banget." cibir Adrea sambil senyum menyeringai. "Sibuk pacaran, Re." sindir Jevarra melirik cowok di samping sang kakak. "Eh kenalin dong Kakak ganteng yang ini, diem diem aja nih kak Rara." ujar Gaveska sambil menunjuk seorang cowok disamping Rara. "Ohh ini dia namanya Septian,tapi biasa gue panggil sayang." kekeh nya. "Widihhhhhh! boleh lah gue ikutan manggil sayang." ledek El sambil terkekeh. Rara menunjukan kepalan tangan kanan nya di depan muka El, "Boleh banget dong kalo kamu mau rasain ini." "Hahaha, sudah sudah, pesawat nya akan take off sepuluh menit lagi." lerai Hilimi menggelengkan kepalanya. "Iya pa." "Jevarra sayang kamu jaga diri, jangan telat makan, seperti yang mama bilang, selama kita di Singapura kamu sementara di rumah sahabat mama dulu ya." pesan Violin pada Jevarra. Jevarra mengerucut kan bibirnya. "Ih mama kenapa sih aku ga di rumah aja,lagian ada El, Gave sama Rea yang bisa nginep." "Iya tuh Tan!" pekik mereka bersamaan. Violin tersenyum hangat. "Ga mungkin kan mereka nginep setiap hari, lagi pula mereka pasti dikhawatirkan oleh orang tua nya, boleh nginep tapi nanti ya kalo bi Surti udah pulang ya, ga lama kok paling seminggu lagi." jelas Violin lagi. "Iya sayang. Inget pesan mama kamu,jangan nakal, jaga diri baik baik. El, Gave, Adrea, Om titip Jevarra ya! kalo dia nakal lapor aja ke om." kata Hilimi menatap ketiga sahabat nya. "Siap 86 om!" Tegas El, Gave dan Adrea sambil memberi hormat. "Bye Jeva! gue mau liburan di sana dong." ledek Rara. "Ih! kok ngeselin banget sih?!" kesal Jevarra. Rara mengelus lembut pucuk kepala Jevarra. "Haha engga Jeva bercanda, disana pasti gue sibuk Jev." "Yasudah yasudah, Jevarra inget nanti sahabat mama bakal jemput kamu sore, ayo pesawat nya segera take off." ucap Violin di akhiri dengan memeluk Jevarra. Sebenernya ia tidak tega meninggalkan anak nya sendiri, tapi harus bagaimana lagi. Hilimi memeluk Jevarra seperti istrinya tadi, ia juga mengelus lembut puncak rambut anaknya dengan lembut. "Mama sama papa duluan aja nanti aku nyusul bentar." ucap Rara. "Ya udah jangan lama lama, Jevarra sayangkita pergi ya." sergah Hilimi. "Hati hati pa." teriak Jevarra "Hati hati om." Hilimi dan Violin bergegas menuju kabin pesawat terlebih dahulu. "Jaga diri baik baik, sayang. Kalo udah sampe kamu kabarin aku ya." ucap Septian sambil mencium kening Rara dan memeluk nya. "Anjir mampus kita jadi nyamuk sama pasangan yang bentar lagi LDR." ujar El menutup matanya. "Hust, El ngeganggu orang romantis aja lo!" geram Gaveska. "Ck, kapan gue kaya gitu sama Madhava?" ucap Jevarra tanpa sadar. "Nanti kalo gua nikah sama Septian terus punya anak, terus anak gua punya anak,terus punya anak lagi,terus punya anak lagi." ledek Rara. Jevarra melotot kan matanya. "Jangan gitu lah kak, lagian kaya kak Septian mau nikah sama lo aja?" kata Jevarra sambil terkekeh kecil. "Udah udah, sayang pesawat kamu mau take off, hati hati ya." sekali lagi Septian memeluk erat. "Iya sayang, hm nitip adik aku yg bandel ya hehe." ujar nya melirik Jevarra. "Gue pergi Jev, hati hati lo pada." kata Rara menarik koper nya meninggalkan mereka. "Dadah kak Rara!" teriak teman teman Jevarra. "Jeva? mau bareng sama kakak?" tanya Septian menatap adik dari pacarnya itu. "Ehm, engga kak aku bawa mobil, kak Septian mau langsung pulang?" jawab Jevarra yang di sertai dengan pertanyaan. "Engga kakak mau lanjut ke kantor." ujar nya. "Loh?emang kak Septian udah kerja?" tanya Gaveska, kepo. "Iya di perusahaan ayah kakak." jelas Septian. "Jadi apa kak?" tanya El. "CEO." "Anjir kak Rara pinter banget nyari pacar,udah tampan,mapan pula." seru Adrea menatap takjub. Septian mengulum senyumnya. "Hahaha bisa aja kamu. Nanti juga kalian dapet sama apa yang kalian mau." "AAMIIN YA ALLAH!" teriak Jevarra bersama sama. "Ya udah kakak duluan ya, mau ada meeting soalnya." ucap Septian. "Oke kak, hati hati ya!" Septian meninggalkan mereka yang masih terdiam "Eh udah ayo? ngapain lagi disini?" Tanya Gaveska. "Kata Lo mau jualan permen kaki jadi ga?" ujar El polos. Jevarra serta Adrea menggelengkan kepalanya. Sedangkan Gaveska sudah sedikit terpancing emosi. "El, kata gue lo mending pulang terus tidur.” jawab Gaveska. “Ya emang mau pulang kan? Emang mau kemana lagi?” tanya Rehuel. Gaveska menghela nafasnya. Sedangkan Jevarra dan Adrea tertawa. “Ayo, masih mau ribut enggak? Kalau masih gue anterin ke lapangan penerbangan. Biar enak ribut nya.” saran Adrea. Rehuel mendengus kesal. “Mau kemana habis ini kita?” tanya Jevarra. “Rumah gue mau ga? Tapi ada teman teman nya bang Arga sih.” Mendengar itu, Jevarra menoleh. “Ada Madhava dong?” “Ya menurut lo aja teman nya bang Arga siapa?” “Yuk yuk! Lo bisa caper dikit ke Madhava biar di lirik.” kekeh Gaveska. “s****n lo. Tapi bener sih. Gas kali ya?” ujar Jevarra sambil tertawa. “Gas lah!”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN