Setelah pulang dari bandara, Jevarra bersama ketiga sahabatnya itu mampir ke mall terdekat, rencananya akan pergi kerumah Adrea, tetapi tidak jadi. Mereka memutuskan untuk pergi ke mall.
Seperti biasa jika mereka sudah nge mall pasti akan memakan waktu cukup lama, kali ini hanya sebentar karena ia ingat dengan sahabat mama nya yang akan menjemput nya sore ini.
Ia pun mengantarkan sahabat sahabat nya ke rumah nya masing masing dan setelah itu ia langsung pulang ke rumah.
Jevarra memasuki barang barang yang akan ia bawa ke rumah sahabat mama nya itu,tidak banyak hanya beberapa baju ganti dan seragam sekolah.
Entahlah padahal Jevarra sangat ingin tinggal di rumah nya saja, Jevarrasudah besar ia pasti bisa jaga diri. Menurutnya mama nya sangat berlebihan.
"Huee! tapi serem juga ya kalo gue sendirian disini." gerutu nya.
"Lah masa ada setan makan orang?"
Ia seperti orang gila yang berbicara sendiri, setelah selesai memasukan barang yang menurutnya penting ia membuka benda tipis canggih, yups handphone!
Bosan sebenarnya ia hanya memainkan benda tipis itu. Menscroll halaman halaman sosial media nya. Sampai cewek itu berhenti pada salah satu postingan Arga, teman Madhava. Disitu terlihat foto Arga, Kaivan, Darren juga Madhava.
Tentu saja Jevarra terfokus pada Madhava.
"Astagfirullah, ganteng banget. Yang kaya gini mubazir banget kalo bukan jodohku." ucap Jevarra melihat foto Madhava.
Sedang asik menatap foto Madhava, Jevarra terkaget mendengar suara bel rumah nya yang berbunyi.
Ting tong!
Jevarra langsung turun dari tempat tidur nya dan menuju lantai bawah untuk membuka kan pintu rumah nya.
"Iya sebentar." teriak nya.
Jevarra membuka pintu nya dan muncul lah seorang wanita yang cantik, kira kira seumuran sang mama sedang tersenyum ke arah nya.
"Jevarra sayang?" sapa nya.
"Iya, aku Jevarra ada apa ya Tan?" Tanya Jevarra bingung.
"Kamu pasti lupa ya sama tante? Dulu kita ketemu pas kamu masih kecil banget! Tante Luna, sahabat mama kamu." jelas nya sambil tersenyum ramah.
"Ohh! tante sahabat nya mama, aku lupa banget Tan, maaf ya. Ayo masuk dulu Tan." ajak Jevarra.
Mereka pun masuk ke dalam rumah Jevarra dan duduk di sofa ruang tamu.
"Mau minum apa tante?"
"Gapapa Jevarra, jangan repot repot."
"Sebentar ya, Tante. Aku buatin minum dulu di dapur." katanya sopan lalu meninggalkan Luna sendiri.
Selang beberapa menit, Jevarra kembali dengan nampan di tangan nya berisi segelas orange juice dan beberapa cemilan.
"Di minum dulu, Tante." ujar Jevarra.
"Aduh cantik, makasih ya. Ngerepotin deh tante jadinya."
Jevarra menggelengkan kepalanya. "Enggak sama sekali, Tan. Malah aku yang ngerepotin Tante, maaf ya Tan jadi ngerepotin gara gara mama nyuruh aku tinggal di rumah Tante." jelas Jevarra merasa tak enak hati.
Wanita itu menggeleng kan kepalanya
"Engga sayang, justru Tante seneng, jadi anak perempuan Tante nambah satu hehehe."
"Ohh tante punya anak perempuan juga?" ucap Jevarra.
"Iya, anak perempuan masih kelas 3 SMP terus dua anak laki laki, yang satu kuliah di Bandung yang satu lagi masih SMA seumuran kamu gitu."
"Wah rame ya, Tan."
"Iya sayang."
"Hm, Sebentar ya tan, aku ambil koper aku dulu biar kita langsung pergi kerumah Tante."
"Oke deh Tante tunggu disini ya."
Lalu Jevarra menaiki tangga menuju kamar nya untuk mengambil koper nya yang sudah ia beresin tadi.
***
Dentuman suara yang memekikkan telinga langsung menyambut Madhava saat cowok itu memasuki tempat hiburan malam.
"Widih, dateng juga lo, Dhav." sapa Darren.
"Ya,"
"Langsung ke singgasana lo gih sana." seru Darren di tengah dentuman musik.
Madhava langsung menuju tempat yang Darren maksud.
Ya, Madhava suka ke tempat hiburan malam. Namun cowok itu kesana bukan untuk meminum minuman keras atau pun melepas nafsu nya, ia hanya menuruti hobi jika bosan yaitu sebagai DJ.
Bunda nya pun tahu dan bunda nya percaya bahwa Madhava tidak akan melakukan itu.
Madhava yang dikasih kepercayaan dari bunda nya itu pun tidak akan mengecewakan bunda nya. Lagi pula ini hiburan malam ini milik keluarga Darren.
"Mantep DJ kesayangan kita udah dateng nih!" seru Fero salah satu DJ juga.
Madhava hanya tersenyum kecil.
Musik semakin menggema, para wanita memekik senang, bukan karena lagu tapi karena DJ yang mereka tunggu tunggu, walau semua tau bahwa Madhava sangat cuek dan tidak ada yang boleh menyentuh nya.
***
Jevarra memasuki rumah berwarna cat biru langit yang cukup besar.
"Ayo sayang." ajak Tante itu sambil keluar dari mobil nya
"Eh iya Tan,"
Sesampainya depan pintu ia sudah disambut oleh satu anak perempuan yang tersenyum manis. Seperti memang sedang menunggu kedatangan nya.
"Lho? Kak Jevarra??" seru anak itu kaget.
"Kala?" ucap Jevarra tak kalah kaget.
"Eh udah kenal toh?" tanya sang bunda.
"Ini bun, kak Jeva. Teman nya bang Madhava." jelas Kala.
Hah? Serius? Ini rumah Madhava? Demi apa sihhhh? batin Jevarra.
"Jadi ini rumah nya Madhava?" tanya Jevarra.
"Kamu temen nya Madhava? Aduh emang sempit banget ya dunia itu." kekeh Luna.
"Iyaa bundaa. Ini teman nya bang Madhava, waktu itu aku ketemu di toko buku." kata Kala.
"Iya, Tante." sumpah entah apa yang menggambarkan perasaan Jevarra sekarang, antara senang dan terkejut.
"Mulai sekarang jangan panggil tante, panggil bunda aja biar kaya anak anak."
"Eh iya ta- Bun." kekeh Jevarra.
"Asik asik Kala punya teman baru!" teriak Kala antusias.
"Lho kamu ini kak Jeva nya enggak di ajak masuk, Kala. Ayo sayang masuk." ucap Luna.
"Hehehe. Lupa bunda, aku keasikan. Ayo kak Jeva, masuk."
Akhirnya mereka pun masuk kedalam rumah. Benar benar di luar dugaan Jevarra, ia tak pernah sekali pun berfikir bahwa ia akan tinggal di rumah cowok yang selama ini ia suka.
"Bunda, kak Jeva bobo sama aku aja ya? biar aku ada teman." rengek Kala.
"Enggak bisa sayang, nanti kak Jeva ga nyaman."
"Enggak bunda, gapapa aku tidur sama Kala." ucap Jevarra.
"Bunda udah siapin kok, kamu tidur di kamar Madhava ya. Soalnya kamar tamu bunda di jadiin gudang lagi."
"HAH?" pekik Jevarra kaget.
"Terus nanti Madhava gimana bunda? Dia enggak marah kamar nya aku pake?" tanya Jevarra.
"Madhava di kamar abang nya, kan abangnya di Bandung lagi kuliah. Tenang aja bunda udah bilang Madhava kok kemarin, dia enggak marah." jelas Luna.
"O- okay, bunda."
Jevarra mengedarkan pandangannya ke penjuru ruangan, ia mencari sosok yang sedari tadi dipikiran nya.
Kemana dia?ini kan udah malam Batin Jevarra.
"Kak Jeva, bang Dhava nya lagi gada dirumah jadi jangan di cariin dulu." ledek Kala.
"Eh?"
"Yaudah Kala antar Kak Jeva ke kamar abang kamu ya, bunda mau nyiapin makan malam dulu."
"Oke siap 86 Bun! Ayo kak Jeva aku Anter." ujar Kala.
Akhirnya Jevarra menyeret koper nya lalu mengikuti Kala yang berada di depan nya.
Sumpah ini benar benar gila menurut Jevarra, apakah ia bakal bertahan 1 Minggu di dekat Madhava? bahkan 1 atap dengan Madhava. Gila.
****
Setelah makan malam bersama bunda Luna juga Kala, Jevarra langsung menaiki tangga dan bergegas untuk tidur di kamar Madhava.
Omong omong, cowok itu belum juga kelihatan batang hidung nya. Madhava kemana? Main kerumah Arga kah?
Jevarra mengamati sekeliling kamar Madhava. Tidak berantakan atau malah terbilang cukup rapih untuk ukuran kamar laki laki. Cowok itu memiliki kamar dengan nuansa abu abu di padu hitam. Kesan pertama saat Jevarra masuk ke dalam kamar Madhava adalah wangi.
"Mimpi ga sih gue ini tidur di kamar Madhava?" ucap nya pada diri sendiri. Masih tidak percaya.
Jevarra berjalan ke arah lemari pajangan pojok kamar. Ada beberapa foto piguran juga beberapa mainan Leggo dan miniatur Avengers milik Madhava.
"Ini Madhava tau ga sih kalau gue disini? Gimana reaksi nya lihat gue ya?"
"Kira kira ini kode dari semesta ga sih kalau gue harus deketin Madhava?"
Jevarra mengernyitkan dahinya. "Masa cewek deketin duluan sih?"
"Eh tapi gapapa kan ya? Tipis tipis mah. Siapa tau kan Madhava nyantol sama gue." kekeh nya sendiri.
Dia seperti orang gila yang sedang berbicara sendirian sambil menatap foto Madhava sewaktu kecil yang sedang memegang mainan pesawat.
"Ini kecil nya aja ganteng banget, ya Allah."
"Ini lama lama gue mabok kegantengan nya Madhava, mending tidur deh," kata nya berjalan ke arah tempat tidur.
****
Jevarra terbangun dari tidurnya. Cewek dengan piyama itu merasa tenggorokan nya sangat kering sekarang.
Ia mengecek handphone yang berada di nakas samping tempat tidur untuk melihat jam.
"Jam 2?" gumam nya.
Jevarra berjalan dengan malas keluar kamar untuk mengambil minum. Ia lupa untuk menyiapkan segelas air putih untuk di simpan di kamar.
Menuruni tangga dengan rasa ngantuk, bergegas ke arah dapur. Setelah menuntaskan hausnya ia kembali berjalan keluar dapur.
Saat ia ingin kembali ke kamar, ia mendengar suara samar samar seperti orang yang membuka pintu depan.
"Ga mungkin maling kan?" bisiknya.
Ia berjalan pelan mendekat kearah suara, ia membulatkan matanya saat siapa yang baru saja membuka pintu.
"Hah? Madhava?"
Jevarra menepuk pelan dahinya saat menyadari sesuatu. "Bodoh, ini kan rumah nya Madhava!" gerutu nya pelan.
Jevarra langsung cepat dengan pelan menaiki tangga dengan jantung yang tidak karuan. Tidak ingin bertemu cowok itu untuk sekarang.
Madhava yang melihat seorang gadis dengan piyama tidur Doraemon itu mengernyitkan dahinya heran. Kalau adik nya itu tidak mungkin, Kala tidak setinggi itu.
"Kala?"
Karena penasaran Madhava pun mengejar langkah nya dan menarik pergelangan tangan sang gadis.
Jevarr yang merasa tangan nya di tarik ke belakang pun langsung berhenti karena kaget.
Madhava tersentak saat melihat siapa yang berada di hadapan nya. Perasaan dirinya tidak minum minuman beralkohol tetapi mengapa ia berhalusinasi ada Jevarra di hadapan nya?
"Halo, Madhava!" sapa Jeva dengan gugup.
Cowok itu mengeryitkan dahi nya. Lalu menatap Jevarra datar. Ia tidak sedang berhalusinasi. Itu benar Jevarra.
"Jeva?"
"Hehehe." Jevarra bingung harus menjawab apa.
"Loh Jevarra belum tidur? eh Abang baru pulang?"
Jevarra menghela nafas lega saat melihat bunda Luna datang.
Madhava yang melihat bunda nya pun langsung melepaskan genggaman tangan nya di tangan Jevarra.
"Kebangun bun, abis ambil minum, bunda sendiri?" Tanya Jevarra kikuk.
"Bunda mau salat tahajud sayang." jawab nya.
"Oh gitu, bun."
"Bun?" Madhava mengernyitkan dahinya.
Luna yang mengerti kode an anak nya langsung memberi tahu.
"Oh iya abang, ini Jevarra anak nya sahabat bunda yang lagi itu bunda bilang ke kamu." jelas Luna pada anak kedua nya.
Madhava terlihat kaget. Namun cowok itu dengan cepat menutupi ekspresi nya.
"Yaudah bunda pengen solat tahajud dulu ya, Jevarra sayang kamu lanjut tidur aja, Dhava kamu tidur di kamar abang mu." ucap Luna dan berlalu dari hadapan mereka.
Jevarra tersenyum kaku menatap Madhava. "Gue duluan ya, btw, kamar lo gue pinjem dulu. Sorry."
Jevarra langsung bergegas menaiki tangga dan masuk ke dalam kamar. Cewek itu berdiri di belakang pintu kamar setelah menutup nya.
"Ya Allah jantung gue... barusan Madhava ganteng banget pake jaket denim gitu."
***
Jevarra menuruni tangga bersama Kala. Cewek itu merangkul Kala.
"Pagi bundaa! Pagi abangg!" sapa Kala dengan ceria sedangkan Jevarra hanya tersenyum manis.
"Pagi anak anak bunda yang cantik. Aduh aduh cantik banget ini siapa yang kepangin rambut kamu?" tanya Luna saat melihat rambut Kala yang terkepang rapih.
"Kak Jevaaa dong!" pamer nya tersenyum bangga.
"Kamu di apain juga cantik, Kala." puji Jevarra.
"Ah, kak Jeva bisa aja. Jadi malu aku." kata Kala dengan tersipu.
"Udah ayo kalian sarapan dulu. Jeva sayang kamu makan nasi atau roti?" tanya Luna.
Jevarra duduk di sebrang Madhava. Cewek itu melihat Madhava yang dengan cuek memakan sarapan nya.
"Aku roti aja bunda."
"Sebentar bunda ambilin dulu ya,"
"Makasih ya bunda."
Kala yang di samping Madhava pun menoleh. "Abang, rambut aku cantik enggak?" tanya Kala membuat Madhava ikut menoleh ke arah sang adik.
"Hm," jawab nya dan langsung kembali fokus pada sarapan nya.
Kala mengerucutkan bibirnya. "Jawab ih, bukan hm hm doang. Aku rambut cantik atau enggak?"
Madhava menoleh lagi. Dan mengelus lembut rambut Kala. "Cantik."
"Makasih abang, btw jangan di rusakin rambut nya!" ucap Kala sedikit menghindari tangan Madhava.
Jevarra yang melihat interaksi kedua adik abang itu terdiam. Madhava diam diam bisa so sweet juga ya.
Jevarra tersenyum hangat saat menerima piring yang berisi beberapa helai roti bakar dengan selai di atasnya.
"Makasih bunda Luna." ucap Jevarra.
"Sama sama sayang."
Tak lama kemudian Madhava telah menyelesaikan sarapan nya.
"Bun, berangkat." ucap Madhava berniat menyalami Luna.
"Lho, bentar bentar sayang. Kamu kan satu sekolah ya sama Jevarra? Bareng aja kalo gitu sekalian." ucap Luna.
Jevarra yang mendengar itu hampir tersedak. Cewek itu langsung buru buru minum.
"Iya tuh bang bener, kak Jeva masa berangkat sendirian." sahut Kala.
Jevarra menoleh ke arah Madhava sekilas. Lalu menatap Luna. "Bundaa gapapa kok, aku sendirian aja. Biasa berangkat sendiri juga kok."
"Ish, jangan atuh sayang. Udah abang kamu bareng Jevarra ya."
"Hm, tunggu depan." ucap Madhava lalu menyalimi sang bunda. Dan pergi meninggalkan yang lain. Terutama Jevarra yang masih terdiam.
Ini beneran berangkat bareng Madhava? GUE????
"Yaudah bunda, Dhava nya udah nunggu. Aku berangkat dulu ya," ucap Jevarra menyalimi Luna.
"Iya sayang, hati hati ya."
"Dadah Kala!"
"Dadah kak Jevaa!"
Lalu Jevarra berjalan keluar, sudah ada Madhava yang sigap menunggu di atas motor kesayangan nya.
"Helm abang gue." ucap Madhava menyerahkan helm pada Jevarra.
"Oke.. makasih Madhava, sorry ya gue ngerepotin lagi."
"Santai."
Lalu Jevarra memakai helm tersebut. Ia terlihat agak susah menaiki motor Madhava yang terlihat tinggi. Hingga cowok itu menyadari nya, Madhava memberikan tangan nya, berniat membantu Jevarra.
Jevarra tersenyum kikuk. Lalu ia memegang tangan Madhava dan menaiki motor Madhava.
"Rok lo?" ucap Madhava. Membuat Jevarra mengernyitkan dahinya.
"Hah?"
"Pendek banget."
Jevarra meringis malu. "Bentar gue ambil jaket dulu buat nutupin."
"Gausah."
Lalu Madhava menyerahkan jaket yang ia pakai pada Jevarra dan lagi lagi membuat cewek itu salah tingkah.
"Udah siang nanti telat." ucap Madhava.
Jevarra mengangguk. "Makasih lagi Madhava."
***
Pagi ini sama seperti pagi pagi sebelumnya. Banyak siswi yang berdiam diri di pinggir parkiran sekolah untuk cuci mata melihat cogan cogan sekolah yang baru saja datang.
Namun mereka terlihat kecewa saat motor ninja yang biasa mereka tunggu itu terlihat memboncengi seorang perempuan. Tentu saja itu motor Madhava yang memboncengi Jevarra.
“Madhava bonceng cewek woi!”
“Sumpah? itu siapa deh? Madhava punya pacar?”
“Assya bukan sih? Eh bukan ya?”
“Aaaa broken heart gueee! Pangeran gue punya pacar!”
“Bukan pacar nya kali, kan ga pernah dengar gosip Madhava dekat sama cewek.”
“Ih beruntung banget bisa di boncengin Madhava!”
“SUMPAH ITU KAK JEVARRA!”
“OMG kak Jeva pacaran sama kak Madhava?”
“Ga rela gue demi deh.”
Jevarra tahu banyak siswi yang menatap nya dengan pandangan iri. Cewek itu tersenyum kecil karena merasa senang.
“Madhava makasih ya!” kata Jevarra menyerahkan helm dan jaket milik cowok itu.
“Makasih mulu.”
Jevarra tertawa kecil. “Ya gue ngerepotin lo mulu sih. Tahan ya, seminggu aja kok.” kekeh Jevarra.
Padahal sebenarnya cewek itu sedang menahan diri untuk tidak berteriak saking senang nya.
“Ya,”
“Oke deh, gue duluan ke kelas ya Madhava.”
“Hm.”
Belum ada sepuluh langkah, Jevarra terhenti karena seseorang memanggil namanya.
“Jevaaa!” teriak Adrea.
Iya, Adrea, sahabat nya itu baru datang bersama Arga, Kaivan juga Darren yang memarkirkan motornya di samping motor Madhava. Jevarra mencuri pandang pada cowok itu.
Sialan, Madhava ganteng banget lagi benerin rambut di spion gitu. batin Jevarra gemas.
“Tunggu gue, bang gue duluan. Ayo bareng.” ucap Adrea merangkul Jevarra.
Sepertinya Adrea tidak menyadari bahwa Jevarra berangkat bareng Madhava. Jelas, kalau cewek itu tahu pasti ia akan heboh.
Madhava menatap teman teman nya.
“Ayo,”
“Kemana?” tanya Kaivan.
“Pulang.” jawab Arga.
“Nanya serius gue ya, jing.” kesal Kaivan.
Arga tertawa. “Santai brother. Selow men, emosian banget kaya abis di putusin pacar.”
Mendengar itu Darren tertawa. “Dia kan ga punya pacar, Ga. Ngeledek aja lo.”
Kaivan merengut. “Pagi pagi jangan buat gue marah ya, gue ancurin nih bumi— eh, cantik, baru dateng ya?” ucap Kaivan pada adik kelas yang melewati mereka.
Adik kelas itu hanya tersenyum malu dan menundukkan kepalanya.
Arga menepuk tangan Kaivan. “Masih pagi godain anak orang aja lo kerjaan nya.”
“Yaela lo gamau liat temen lo bahagia napa, Ga? Biar gue punya pacar lah!” ucap Kaivan sambil mengusap rambut nya, tebar pesona.
“Pacar pacar, gaya lo!”
“Diem lo yang gamon di larang bicara.”
Darren melotot. “s****n!”
Madhava hanya diam sambil menatap tidak minat ke arah pembicaraan mereka.
“Diem mulu lo, Dhav? Sariawan?” ucap Kaivan.
“Seorang Madhava Shankara lo tanya kaya gitu? Yang aneh kalo dia banyak omong baru lo tanyain.” kata Arga membuat Madhava melirik malas.
“Kantin.” ucap Madhava dan langsung pergi mendahului mereka.
“Parah lo, Ga. Tapi emang bener sih.” kekeh Darren.