Bagian 16

2690 Kata
Jevarra mengambil sapu di belakang pintu kelas nya, hari ini adalah jadwal nya untuk piket. Adrea sedang menyalin PR nya bersama dengan Gaveska sedangkan Rehuel belum datang. Jevarra mengayun sapu nya ke depan dan belakang, serta menggeser posisi bangku dan meja agar kolong bisa ikut tersapu. "JEVARRAAAA!" Teriakan itu sontak membuat jevarra menutup telinga nya. "Astagfirullah, El kalo masuk kelas assalamualaikum dulu, sayang." Ucap Adrian sang wakil ketua kelas yang suka menggoda anak perempuan. Rehuel yang di panggil seperti itu pun membulatkan matanya. "Sayang, sayang, pala lo mau gue makan?" gerutu Rehuel. "Kenapa sih, El? dateng dateng udah ribut." tanya Gaveska. Lalu Rehuel mengedarkan pandangan nya. "Jevarra mana Jevarra?" "Gue disini, El. Kenapa? lo kangen sama gue?" ucap Jevarra sambil terkekeh. Rehuel langsung menghampiri Jevarra, cewek itu menatap tajam sahabat nya. Membuat Jevarra bingung. "Bagus ya, bagus. Sekarang udah main rahasia rahasia an." kata Rehuel sambil bertolak pinggang menatap Jevarra. Gaveska serta Adrea yang mendengar itu pun menoleh. "Kenapa, El?" tanya Adrea. Cewek itu jadi tidak fokus menyalin tugas. Namun ia tetap menulis. "Rahasia apaan?" tanya Gaveska. Lalu Rehuel menghampiri Gaveska dan Adrea. "Lo tau? teman lo itu lagi di omongin sama satu sekolah!" ucap Rehuel. Jevarra yang juga bingung pun bergabung dengan mereka. "El, kenapa sih? Gue kenapa? Ada yang salah?" tanya Jevarra. "Lo diem dulu, belom di suruh ngomong." kata Rehuel menoleh. Lalu kembali berbincang dengan Adrea juga Gaveska. Sedangkan Jevarra mengerucutkan bibirnya. "Ngomongin kenapa?" "Jevarra.... dia.... " ucap Rehuel terbata. Sengaja membuat penasaran. "Gue pukul ya lo, lama banget!" "Tau, El! Cepetan, Jevarra kenapa sih?" tanya Adrea. "Jevarra berangkat bareng sama Madhava!" ujar El. Membuat Gaveska serta Adrea melototkan matanya. Dan Jevarra, cewek itu menghela nafas lega. Kirain kenapa. "SERIUS, JEVA??" tanya Gaveska juga Adrea. "Ya ampun, El. Gue kira ada apa gitu. Lo bikin gue kaget aja sih, ternyata masalah gitu doang toh." ucap Jevarra santai. Membuat ketiga teman nya menatap tajam. "Gitu doang kata lo???" "Jevarra, cerita dong! Jahat ya lo enggak cerita cerita ke kita." kata Adrea. "Ish! Bukan nya enggak cerita, niat nya nanti pas istirahat gue cerita sama lo pada, tapi Rehuel tadi heboh banget dateng dateng." jelas Jevarra. "Yaudah, sekarang cerita!" suruh Gaveska, penasaran. "Nanti aja pas istirahat." mohon Jevarra. "Sekarang! Sekarang! Sekarang!" Jevarra berdecak. "Iya iya, jadi tuh—" Suara bel sekolah seakan mengintrupsi Jevarra untuk tidak melanjutkan cerita nya. Dan itu membuat Jevarra tersenyum lega. "Nah kan bel. Yaudah sih nanti aja cerita nya pas istirahat. Sabar sedikit ya sahabat sahabat ku." lalu Jevarra duduk di kursi nya menunggu guru datang. "Sumpah bel ngeselin banget." ucap Gaveska yang sudah kepalang penasaran. Lalu tak lama seorang guru masuk ke dalam kelas mereka. "Pagi anak anak." *** Tadi saat jam pelajaran selesai, mereka langsung menarik Jevarra supaya ikut bersama nya ke kantin. Teman teman nya itu sudah tidak sabar untuk mendengar ceritanya dan Jevarra tertawa melihatnya. "Jadi gimana, Jevarra?" "Ko bisa bareng sama Madhava?" "Jelasin se detail detail nya!" Jevarra memutar bola matanya jengah. "Sabar! Beli makan dulu ya? Laper banget." ucap Jevarra. Gaveska berdecak kesal. "Di tunda mulu ish! Yaudah sini, hari ini jadwal gue yang beli. Lo mau apa pada?" Setelah Jevarra, Adrea serta Rehuel menyebutkan masing masing pesanan nya, Gaveska langsung meninggalkan mereka. "Atau gue tanya aja langsung ya sama Madhava?" ucap Adrea menyipitkan mata. Sedangkan Jevarra mengikuti pandangan Adrea. Cewek itu membulatkan matanya saat Adrea menatap Madhava yang berada di pojok kantin bersama teman teman nya. "Adrea jangan macem macem ya lo!" Adrea mengerucutkan bibirnya. "Lagian lo dari tadi di tunda mulu sih! Ngeselin!" Jevarra tertawa. "Yaudah iya sabar dong, nanti kalau Gaveska balik gue cerita deh langsung!" Lalu tak lama Gaveska datang dengan beberapa mangkok mie ayam serta bakso dan juga minuman masing masing. "Asikk! Makasih ya Gaveska." kata Jevarra. "Cerita!" "Ya ampun iya! makan dulu makan dulu ya, biar kenyang." "Sambil cerita kenapa sih, Jev!" kesal Rehuel. Jevarra tertawa lagi melihat wajah wajah kesal serta penasaran dari teman teman nya. "Jadi gini, gue sama Madhava itu—" BRAK! Seseorang dengan lancang menggebrak meja yang di tempati oleh Jevarra dan kawan kawan nya. Jevarra, Adrea, Gaveska serta Rehuel langsung berdiri dari tempat nya. Seluruh siswa siswi yang berada di kantin pun menatap mereka. "Lo! Lo kan yang berangkat bareng sama cowok gue?" kata orang tersebut menatap Jevarra tajam. Jevarra mengernyitkan dahinya. Merasa bingung. "Sorry? kayaknya lo salah orang." Orang tersebut menatap Jevarra dengan tatapan tidak suka. "Halah! Gausah ngeles deh lo!" "Siapa? siapa cowok lo? nanti udah main labrak aja tau nya salah orang lagi. Kan malu." ledek Gaveska. "Tau, dateng dateng enggak sopan banget sih, orang lagi makan juga. Ganggu." sahut Adrea. Assya yang mendengar itu pun semakin marah. "Lo diem ya! Gue gada urusan sama lo." Gaveska maju, membuat Jevarra menahan cewek itu. "Gaveska.." bisik Jevarra. "Urusan Jevarra ya urusan gue juga lah, dia sahabat gue! Mau apa lo?" jawab Gaveska menatap Assya dengan lantang. "Udah Gaveska, jangan ribut disini. Dia salah orang kali." Jevarra menenangkan Gaveska. Karena di antara mereka berempat, emosi Gaveska yang paling susah di kontrol. "Lo Jevarra kan? Yang tadi pagi berangkat hareng Madhava, cowok gue!" teriak Assya. Ya, itu adalah Assya. Cewek gila itu tiba tiba datang bersama kedua teman nya dan langsung menggebrak meja yang di tempati Jevarra. Tara mendorong kencang Jevarra membuat cewek itu tersungkur dan tanpa sengaja lengan nya tergores paku yang menonjol pada meja membuat nya berdarah. "Aw!" ringis nya pelan. "Gausah gatel jadi cewek." ucap Tara. Gaveska kembali maju. Ia benar benar tidak bisa menahan emosi nya apalagi melihat Jevarra yang di dorong seperti itu. "MAKSUD LO APA DORONG DORONG TEMEN GUE!" teriak Gaveska. Suasana kantin tambah memanas. Namun tidak ada yang berniat untuk menghentikan ini semua. Mereka malah menikmati nya. Rehuel yang menenangkan Gaveska. Cewek itu menahan Gaveska. Sedangkan Adrea membantu Jevarra. "Gue bilang lo diem!" desis Assya sambil menunjuk Gaveska. "Lo yang diem! Dateng dateng enggak jelas ngelabrak orang. Waras ga otak lo!" kesal Adrea. Jevarra menatap Assya. "Jadi lo ngelabrak gue karena gue berangkat bareng Madhava?" "Gausah pura pura b**o dong!" Jevarra malah tersenyum sinis. "Lo iri ya ga bisa berangkat bareng Madhava?" Mendengar itu Assya semakin naik pitam. Ia menatap tajam Jevarra. "Gausah dekat dekat Madhava, lo kegatelan banget jadi cewek." Jevarra menaikkan alisnya. "Gue atau lo yang kegatelan? Gue tanya, Madhava emang nya siapa lo?" Assya terdiam. Baru kali ini dia terkaku. "Gue, gue pacar nya!" "Masa sih? bukan nya lo ngejar ngejar Madhava ya sampe dia risih?" teriak Adrea dengan sengaja. Semua yang berada di kantin melihat Assya Dan memandang nya remeh. Semua berbisik tentang kelakuan Assya. Sadar tengah di permalukan, Assya langsung mengambil es jeruk yang masih utuh di atas meja dan langsung menyiram kepada Jevarra. Jevarra membelalakkan matanya, sekarang rambut nya sampai seragam nya basah dan lengket. "Mampus lo!" Rachel tertawa remeh. "Wah cari gara gara lo." kesal Adrea setengah mati. Tangan Adrea bergerak untuk menampar Assya tapi tangan nya lebih dulu ditepis oleh Assya. "Gak sudi pipi gue disentuh sama tangan lo yg penuh kuman." katanya sambil menghempaskan tangan Adrea. "Lo emang benar benar ya, Assya!" teriak Rehuel. "Apa lo? Berani?" ucap Assya tersenyum remeh. "Lo pikir lo siapa gue harus takuti? Tuhan?" jawab Jevarra. Assya menoleh ke arah Jevarra yang terlihat lepek karena ulah nya. "Pokonya Madhava cowok gue. Lo ga boleh deket deket sama dia atau lo bakal—" "Atau dia bakal apa?" Ucapan Assya menggantung begitu saja saat seorang cowok memotong ucapan nya. Seisi kantin terkejut akan suara itu dan melihat Madhava yang berdiri dengan gaya cool nya yang memasukan tangan nya ke kantong saku celana abu abu nya, kini tengah menatap datar. Assya membeku, begitu pun Jevarra. "Gue bukan cowok lo." ucap Madhava datar namun penuh peringatan. Ia langsung mengandeng Jevarra untuk keluar dari kerumunan para siswa. Mereka langsung terdiam saat prince sekolah nya menggandeng seorang cewek. Sebagian yg berada di kantin senang melihat kebekuan Assya dan penasaran tentang hubungan Madhava dengan Jevarra, sampai Madhava yang selalu cuek dan tidak perduli sekitar itu turun tangan. "Malu sendiri kan lo!" Gaveska tersenyum remeh sambil menatap Assya yg masih diam. Gaveska, Adrea serta Rehuel meninggalkan kantin dan segera menyusul Jevarra. "s**l!" Umpat Assya dengan tangan yang mengepal. **** "Pulang." "Hah?" kata Jevarra mengernyitkan dahinya. "Gue anter." Setelah kejadian di kantin tadi, Madhava langsung membawa Jevarra ke parkiran. "Tapikan—" Ucapan Jevarra langsung di potong oleh Madhava. "Cepet." tegas Madhava terdengar tidak ingin di bantah. "Masih ada jam pelajaran, gue pulang sendiri aja ya? masa lo bolos?" tanya Jevarra. "Gue anter." ucap Madhava lalu menatap tajam Jevarra. "Ish iya iya! serem banget sih." ucap cewek itu mengerucut kan bibir nya. Ia berjalan ke parkiran motor tapi tangan nya di tahan oleh Madhava, Madhava menunjuk sebuah mobil berwarna putih. "Madhava yaampun ngomong kek gausah kode kode gitu, gue ga ngerti kan." ujar Jevarra sedikit kesal. Kesal juga dia lama lama. "Mobil Temen." "Kok? kenapa ga naik motor lo aja, Dhav?" tanya Jevarra bingung, karena seingatnya Kaivan, Darren dan Arga tidak ada yang membawa mobil. "lo lepek, angin." setelah mengucapkan itu, Madhava langsung menuju mobil itu. Dan meninggalkan Jevarra yang masih terbengong. "Astaghfirullah,untung aku sayang ya Allah." gumam nya pelan dan menyusul Madhava. Jevarra membuka pintu mobil,dan langsung masuk kedalam nya. "Ini gue kotor,nanti mobil temen lo kotor." "Cuci."kata Madhava lalu menginjak gas mobil itu dan membawa nya keluar dari pekarangan sekolah. Jevarra mengerucutkan bibirnya, "Lo mau nyuruh gue cuci mobil temen lo?" Madhava yang sedang menyetir pun menghela nafas. "Nanti gue steam, Jevarra." Jevarra hanya menganggukkan kepalanya sambil ber oh ria. Selama perjalanan Jevarra hanya menatap ke jendela sesekali melihat Madhava yang begitu fokus menyetir mobil. "Tambah ganteng ya doi,kalo lagi serius." Batin Jevarra. Saat sudah sampai di rumah, Jevarra langsung di sambut oleh Kala yang sepertinya baru pulang sekolah. "Loh kak Jeva? kenapa? baju nya lepek gitu sih?" tanya Kala heran yang melihat rambut serta baju seragam Jevarra yang basah. "Ketumpahan jus jeruk tadi pas lagi di kantin." Jawab Jevarra. "Bohong! Masa iya sampai ke rambut gitu." ucap Kala menatap dengan tatapan menyelidik. "Hehe." "Udah pulang?" tanya Madhava yang baru turun dari mobil heran melihat adiknya sudah berada di rumah di jam segini. "Ohh iya bang, guru nya lagi pada rapat jadinya aku pulang cepat."jelasnya "Oh." Madhava melangkahkan kakinya menuju tangga meninggalkan Kala dan Jevarra, namun ia langsung berhenti sejenak dan berbalik ke arah mereka,ralat kearah Jevarra. "Buruan mandi, masuk angin." ucap Madhava mengucapkan 4 kata tersebut dengan cepat dan langsung melanjutkan langkah nya menuju kamarnya. "Hah?dia ngomong sama gue?"tanya Jevarra pelan namun bisa di dengar Kala. "Hahaha iya kak, dia ngomong sama kakak." Kekeh Kala melihat wajah Jevarra yang tampak bingung. Jevarra hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Oke deh aku mau mandi dulu ya Kal,btw bunda kemana?" "Biasa ibu ibu sosialita, hahaha." "Ohh, hahaha." Akhirnya Jevarra masuk kedalam kamar nya dan segera membersihkan diri. *** Jevarra menuruni tangga rumah, ia melihat ke sekeliling. Sepi sekali, kemana Kala? Tadi anak itu sedang duduk sambil bermain handphone di ruang tamu. Tiba tiba sudah tidak ada. Setelah selesai membereskan dirinya yang kotor, Jevarra turun ke dapur. Perutnya masih lapar karena tadi di kantin ia belum sempat makan banyak. Saat ia membuka kulkas, Jevarra melihat Madhava yang juga sedang menuruni tangga untuk mengambil minum. "Loh? Dhava kirain gue lo balik ke sekolah." tanya nya kaget. "Ngapain?" tanya Madhava tanpa menoleh ke arah Jevarra. "Ya belajar? kan belum jam pulang. Masih ada satu jam lagi malahan." katanya melirik jam di telfon genggam nya. "Males." "Ih, Madhava nakal nih suka bolos bolos ya!" ucap Jevarra menyipitkan matanya. Sedangkan Madhava hanya menghendikkan bahunya. "Bunda belum pulang? Kala kemana? Kok sepi banget sih?" "Nggak tahu." Jevarra mengernyitkan dahinya, "Nggak tahu untuk pertanyaan gue yang mana nih, Madhava?" "Nggak tahu semuanya, Jevarra." Jevarra tersenyum simpul. Ia selalu menyukai bagaimana cowok itu memanggil namanya. Seperti candu untuk di dengar. "Mau bikin apa?" tanya Madhava melihat Jevarra yang menjauh dari kulkas. "Mau masak mie aja, Madhava mau?" Cowok itu terdiam sejenak sebelum akhirnya menganggukkan kepalanya. "Oke, tunggu sebentar ya," "Oh iya, pake telur gak?" "Pake." "Mie rebus atau mie goreng?" Madhava mengernyitkan dahinya, "Mie goreng nggak di rebus dulu?" Kali ini Jevarra yang menepuk pelan dahinya. "Maksud gue mie kuah atau mie goreng." "Kuah." "Oke. Soto atau Ayam bawang?" "Soto." "Pake saus nggak?" "Sedikit." "Pake—" "Ikut lo aja," ucap Madhava setengah kesal. Lalu ia berlalu dari dapur dan menuju ruang tamu. Jevarra tertawa kecil melihatnya. "Siap captain!" Jevarra meracik mie dengan semangat. Terdengar berlebihan, padahal ia hanya memasak mie dengan biasa. Tapi ya, ini kan spesial. "Soto spesial untuk orang spesial." kekeh Jevarra kecil sambil mencemplungkan mie ke dalam air yang sudah mendidih. Cewek itu berdiam diri menatapi Indomie yang sedang di masak. Ah, rasanya ia seperti seorang istri yang sedang membuatkan makan siang untuk suami nya. Memikirkan itu, Jevarra jadi senyum senyum sendiri. Apalagi jika Madhava lah yang menjadi suami nya kelak. Ia pasti akan bahagia. Nggak apa kan untuk berkhayal dulu? Tak lama Jevarra selesai memasak mie. Ia membawa dua mangkuk ke ruang tamu, dimana Madhava sedang menonton televisi. Tidak, padahal cowok itu sedang bermain handphone. "Udah jadi!" seru Jevarra dengan senang. Cewek itu duduk di samping Madhava, lalu menyerahkan satu mangkok Indomie milik Madhava. "Mie apa?" "Soto?" "Bukan. Punya lo." tanya Madhava melirik mie Jevarra yang kuah nya sangat merah. "Sama kok." "Merah banget." ucap Madhava. Sedikit ngeri melihat kuah yang di makan cewek itu. "Indomie kalo nggak pedes itu nggak enak tau!" jawab Jevarra, menyantap kuah milik nya. "Enak bangetttt!" ucap Jevarra setelah mengecap kuah milik nya. Jevarra kalau makan mie, yang namanya saus, cabai dan bon cabai itu tidak boleh ketinggalan. Harus di pakein semua. Sedangkan Madhava hanya diam sambil menyantap mie miliknya. "Mau cobain kuah punya gue?" tanya Jevarra, melirik Madhava. Madhava menggelengkan kepalanya. "Beneran nggak mau? enak tau." kata Jevarra menyendokkan kuah milik nya. Lalu mendekatkan pada Madhava. Madhava terdiam menatap sendok yang berisi kuah merah itu. Lalu cowok itu memajukan wajahnya, ia menyuap sendok itu. Membuat Jevarra terkejut bukan main. Padahal maksudnya kuah itu akan di taruh ke sendok milik Madhava. Jevarra menarik tangan nya dengan kaku. Mie nya belum habis, itu artinya ia akan kembali makan mie dengan sendok bekas Madhava. Bukan, bukan karena ia jijik. Tapi karena ia akan SESENDOK BERDUA DENGAN MADHAVA?!!!!? "E-enak gak?"tanya Jevarra dengan gugup. "Hm." deham cowok itu. Lalu Jevarra melanjutkan aksi makan mie nya yang tertunda. Ia masih terus menatapi benda yang ada di tangan nya, yaitu sendok. Secara tidak langsung mereka berciuman kan? Jevarra melirik ke sebelah nya saat mendengar desisan. Cewek itu membelalakan matanya melihat Madhava dengan muka yang sedikit memerah. "MADHAVA?? LO KEPEDASAN YA?! ADUH SEBENTAR GUE AMBIL MINUM DULU!" kata Jevarra dengan panik. Ia langsung menaruh Indomie nya di meja dan berlari ke arah dapur. Jevarra kembali dengan gelas di tangan nya. Yang langsung di ambil alih oleh Madhava. "HATI HATI AIR PA—" BYURR! "NAS..." Jevarra semakin panik saat cowok itu menyemburkan air yang ia berikan. "Panas banget!" "ADUH MADHAVA DI BILANG HATI HATI!" Lalu Madhava bangkit dari duduknya dan berlari kecil ke arah dapur. Cowok itu langsung membuka kulkas dan meminum s**u yang ada di dalam nya. Jevarra menghampiri Madhava dengan perasaan bersalah. "Madhava, maafin ya. Enggak tahu kalo lo nggak suka pedas." ucap Jevarra merasa tak enak. "Gue kasih air panas biar pedasnya cepat hilang. Maafin yaa." kata nya lagi. Tapi Madhava hanya diam sambil meminum s**u yang tadi ia ambil. Jevarra mengerucutkan bibirnya, benar benar merasa bersalah. "Madhava, marah ya?" "Madhava, maaf ya?" "Madhava, jangan marah dong." "Madha—" Madhava menoleh, "Nggak kepedasan?" tanya cowok itu melirik bibir Jevarra yang sudah memerah. "Hah?" Cowok itu menyerahkan s**u yang sejak tadi di pegang nya. "Minum." "Hah?" "Biar lo nggak sakit perut." "Hah?" kata Jevarra masih terlihat bingung. "Minum s**u ini, Jevarra. Kuah lo pedas banget. Nggak sehat untuk lambung." Jevarra masih terdiam melihat tangan Madhava yang menyerahkan sebotol s**u. "Tapi—" "Minum s**u nya. Jangan di makan lagi kuah mie nya." ucap Madhava, menyerahkan s**u pada Jevarra dan meninggalkan cewek itu. Jevarra menatap s**u yang ada di tangan nya. Ia tidak tahu harus senang karena di beri perhatian oleh Madhava atau harus sedih karena ia tidak boleh lagi menyantap kuah kesukaan nya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN