Sebenarnya, Raisa ingin menyapa Radit pagi ini. Namun, adiknya itu masih marah padanya. Terlihat dari sorot matanya yang tampak acuh dan dingin. Jika sudah marah seperti ini, Raisa tidak berani menyapa atau sekedar mengajak Radit bercanda. Jika biasanya, Raisa selalu digoda bahkan dijahili oleh Radit, pagi ini suasana meja makan tampak tenang. Bunda sibuk mengambilkan sarapan untuk ayah. Radit sibuk memakan sarapannya dengan tenang—tanpa mau menyapa Raisa yang baru saja duduk disampingnya. Bunda juga terlihat dingin dan tidak menyapanya sama sekali. Mungkin bunda tersinggung dengan apa yang Raisa katakan kemarin. Kemarahan sesaat ternyata berefek panjang dan membuatnya tidak enak sendiri. Tapi ayah? Masih sama saja, tidak pernah berubah sama sekali. "Radit," panggil Raisa pelan ketika R

