"oh, kau benar juga. terima kasih sudah memberikan saran kepadaku. mungkin nanti aku akan menambahkannya didaftar kualifikasi Sekretarisku" balas Steven santai.
Stella yang sudah sangat emosi kali ini, dirinya bahkan tidak ragu untuk melepaskan sepatu high hells sebelah kiri dan melemparnya kearah Steven dan sepatu tersebut mendarat di mejanya, membuat berberapa dokumen berjatuhan ke lantai dan berserakan disana.
tapi sebelum itu Jonathan sudah bersuara terebih dahulu.
"miss Stella.... maaf saya benar-benar mohon maa....aaf" ucap Jonathan karena belum sempat dirinya mengakhiri kalimatnya dia melihat sepatu melayang kearah meja sang Presdir.
******
"kau.... kau, apa yang kau telah lakukan, hah?" teriak Steven kesal dan tak percaya dengan apa yang dia lihat pada saat ini. begitu juga halnya dengan Jonathan yang tak berkedip. Lol
"memberimu pelajaran, kau pikir menyenangkan mengikuti test-test yang kau berikan, dan setelah menyelesaikan semuanya malah berakhir dengan pemecatan, huh?" balas Stell tanpa takut. Mungkin dirinnya tidak tahu dengan siapa dia berhadapan saat ini. tapi itu urusan nanti, toh yang harus dia sampaikan saat ini adalah unek-unek yang ada dalam benaknya saat ini. masalah lain itu perkara nanti.
Steven tertegun sesaat karena perkataan Stella tadi. well. dimuka bumi ini bahkan tidak ada yang berani memperlakukan Steven seperti ini hanya berberapa orang saja, itupun dapat dihitung dengan jari. jadi apa yang terjadi sekarang?.
"itu hakku karna aku bos-nya! aku bisa melakukan apa saja termasuk memecatmu saat ini!" jawab Steven dengan Arrogannya seperti biasanya.
Stella yang mendengar suara Steven itu, malah tersenyum sinis, lalu dirinya berjalan mendekati Steven dan mengambil sepatunya, tapi. bukan untuk memakainya lagi malah ia meletakannya diatas laptop yang tadi digunakan Steven mengetika berkas.
Steven melihat apa yang sudah Stella lakukan langsung melotot tak percaya. lain halnya dengan Jonathan yang sudah melotot sedari tadi tanpa berkedip sedikitpun. dan bergerak seincipun.
gadis ini jika sudah marah dia akan berkelakuan seperti singa betina. padahal dibalik wajah polosnya itu tersimpan sesuatu yang mengerikan jika dia sudah sangat marah seperti saat ini.
"kenapa? apa itu salah? toh kau mantan boss ku. apa kau lupa? kau sudah berkata memecatku, bukan? so, tidak ada masalahkan jika aku melakukan sesuatu yang tidak menghormatimu" balasan Stella sembari tersenyum sinis dan menatap Steven yang membatu di depan mejanya.
Setelah puas atas apa yang dia lakukan pada mantan boss nya itu. Stella berjalan keluar tanpa menghiraukan teriakan marah Steven, yang ditujukan pada dirinya.
ketika emosinya mulai mereda setelah kepergian gadi tersebut, diri kembali meledak saat ia melihat saptu diatas laptopnya, dia mengambil sepatu itu dan melemparkannya ke tengah ruangan. Dirinya pun langsung duduk mengusap wajahnya kasar.
"Jonathaaaan...." Stevan berteriak, sampai-sampai Jonthan bergidik ngeri, dia bahkan pasrah ditempat. mau dijadikan samsak tinjupun dirinya ikhlas. Inilah nasib Jonathan. saat mendampingi sang Presdir. Anugrah dan musibah menghampiri secara bersamaan. lol
"aku mau kau selidiki latar belakang gadis secara detail, tanpa ada satupun yang terlewatkan atau aku akan menggantungmu di patung Liberty" perintah Steven kepada sang Assistennya yang sudah pasrah menerima amukan, sampai-sampai dirinya susah payah menelan silvanya.
Jonathan hanya mengangguk pasrah dan tak berniat berbicara, satu yang dia pikirkan saat ini. "berani sekali itu gadis mempermalukan sang Presdir?"
Astaga gadis itu benar-benar mempermalukan ku. awas saja kau cinderella gagal abad 22. lihat saja nanti bagaimana aku membalasnya.
*****
Steven masuk ke cafe langganannya diapun memesan minuman favoritnya Americano Coffe. sambil menikmati pemandangan sore hari dikota New York, karna tadi siang dia mengalami musibah yang membuat stress sendiri, bayangan gadis itu melempar sepatu hingga gadis itu pergi.
"hai.. dude" sapa sesorang dibelakangnya
"kenapa mukamu kusut sekali hari ini, apa ada masalah dikantormu?" tanya Leon pada Steve.
"ya begitulah, kau tahu tikus-tikus itu tak pernah puas untuk mencuri uang dari perusahaanku. Mereka pikir aku bodoh tidak tahu apa yang mereka lakukan dibelakangku" ucap Steve.
"tapi, aku lebih sial lagi tadi siang, ketika Jonathan memperkenalkan Sekretaris baru kepadaku" lanjut Steven.
"memangnya apa yang diperbuat Sekretaris barumu itu? apa dia mengodamu?" tanya Leon penasaran.
"bukan itu, tapi dia melempariku dengan sepatu dan mengejekku, bahkan dia meninggalkan sebelah sepatu diatas laptopku. dia marah karena aku memecatnya" jelas Steven.
"whattt, are you kidding me?" tanya Leon kaget karena mendengar cerita sahabatnya itu.
"wah... wah... ini berita besar seorang billioner yang tertampan dilempari sepatu oleh mantan Sekretarisnya sendiri. Aku yakin jika berita ini diterbitkan ataupun disiarkan akan menjadi treding topic selama sebulan. hahhaahhah" tertawa geli mendengar cerita sahabatnya.
"diamlah,, sialan. Aku kesini bukan untuk mendengarkan ejekanmu itu." ucap Steven
"apa alasanmu memecatnya? dari yang aku amati dari ceritamu tadi. dia sepertinya tidak terima jika kau memecatnya tanpa dia tahu dia sudah melakukan kesalahan apa?" tanya Leon lagi.
"matanya dan tatapannya membuatku mengingat tentang dia, padahal aku sudah berusaha melupakannya" jawab Steven lirih.
"dude, sebaiknya kau melupakannya dan cari wanita lain untuk mengisi hatimu, mungkin dengan begitu agar kau bisa melupakan jalang itu" balas Leon yang bersimpati mendengar cerita sahabatnya. Ia bahkan mengingat cerita percintaan sahabatnya ini.well, siapa yang tahu jika billioner terkaya dan tertampan ini bahkan menderita karena seorang wanita, dia dikhianati.
"pesanan siap" ujar sang pelayan riang, sembari meletakan isi nampan berisi 2 cup Americano Coffe, di atas meja. yang berada ditengah-tengah Leon dan lelaki itu. Ketika dia menoleh kearah lelaki itu. Damn!
Alasan Stella mengantarkan minuman ini adalah permintaan temannya. Jadi mau tidak mau mengantarkan minuman tersebut karena pelayan lain tengah sibuk dengan pesanan pelanggan lain, padahal dirinya bertugas dibagian dapur, menyiapkan minuman yang pelanggan pesan. saat ini mau tak mau dirinya membantu temannya Elizabeth yang pergi ketoilet. dia dimintai tolong oleh temannya untuk mengantar minum. Untung dirinya tidak terlalu sibuk saat ini.
"Kau" ucap Stella dan dan lelaki itu bersamaan. Dan mereka sama-sama terkejut ketika menyadari kehadiran masing-masing.
Bersambung....