Bara mengambil kacamata hitam, masker dan memakai Hoodie hitam nya. Waktu terus berjalan hingga limit yang diberikan klien nya. Jelas dia tidak akan membunuh Niana, dia bisa saja membatalkan pekerjaannya, namun di sisi lain, ada banyak hal yang mengganggu pikirannya.
Siapa yang benar-benar menginginkan gadis ini meninggal, dari kecil sampai sekarang kenapa selalu berusaha disingkirkan? siapa dia dan apa pengaruh nya terhadap klien nya kali ini.
"Bisa gak kira-kira aku bikin kamuflase kematian Niana? tapi setelah itu harus ada pemakaman, dan jika suatu saat klien ku masih menemukan Niana selamat, dia akan berbalik nyerang aku, bahkan akan melakukan apa saja demi melenyapkan Niana. Terus aku harus ngapain sekarang." pikir Bara.
"Ok, aku paham sekarang." lanjutnya sesaat setelah memikirkan berbagai kemungkinan, sembari meneguk sebotol minuman dingin sampai kandas.
Dia mengemudikan mobilnya dengan kencang menuju salah satu titik GPS dimana Niana sering berada di tempat itu, bahkan satu Minggu bisa 3-4 kali berada di sana.
"Bukannya ini jalan menuju...." Bara terdiam untuk beberapa saat, hingga mobilnya benar-benar berhenti di sebuah tempat peleburan limbah plastik. Itu adalah tempat di mana dulu, dia pernah menyelamatkan Niana semasa kecil.
"Niana sering kemari, untuk apa, mungkinkah dia berharap suatu hari akan melihatku berada di tempat ini?" pertanyaan-pertanyaan itu sukses mengacaukan pikirannya.
Bara berkeliling ke area peleburan yang sekarang sudah tidak difungsikan lagi, hanya menyisakan onggokan sampah di mana-mana. Matanya terpusat pada pos kecil yang sudah semakin rapuh dan nyaris roboh. Dia berjalan mendekat, membuka pintu perlahan dan bak diterjang gelombang kedua, pertahanan kegundahan hatinya runtuh, kala melihat, di sudut ruangan banyak sekali barang-barang yang bukan miliknya dulu.
Kenapa dia sampai menangis? karena selepas Tuan Shanon sosok life saver dalam hidup Bara, yang telah mengangkatnya menjadi pelayan di rumah megah kediaman Shanon, hingga membiayai pendidikannya sampai ke luar negeri itu tiada, dia tidak pernah mendapatkan hadiah apapun lagi, dari siapapun sampai kini.
Iya benar, Tuan Shanon tidak pernah menyadari bahwa Bara adalah anak dari musuh terbesarnya, dia hanya melihat bahwa Bara sebagai anak terlantar yang sangat berbakat dan mempunyai inteligensi yang tinggi, jadi dia ingin menjadikan pengawal nomor satu untuknya secara pribadi.
Namun, saat Bara masih pendidikan militer di Rusia, dia mendapat kabar bahwa tuan Shanon meninggal karena kecelakaan yang telah disabotase. Dia yakin otak dari semua itu adalah ayahnya.
Karena dia pernah melihat Ayahnya menjadikan foto Tuan Shanon sebagai objek panahan untuk ayah juga teman-teman brandalnya. Dari sana Bara kecil menyimpulkan bahwa, sosok dalam foto adalah orang yang menjadi musuh ayahnya.
Usai dia menempuh pendidikan di Rusia dia kembali ke Indonesia, namun karena tuan Shanon sudah tiada dia memutuskan untuk keluar dari sana dan tetap akan melayani keluarga tuan Shanon dengan penuh bakti hingga akhir hayatnya.
Bara akhirnya berangkatlah menyendiri dan mengambil pekerjaan-pekerjaan gelap yang memberinya pundi-pundi rupiah hingga bermilyaran satu kali tugas clear.
Kembali ke gubuk renta tadi, semua barang tertutup debu dan bahkan rusak karena termakan usia. Ada sepatu kecil yang muat untuknya pada usia rentang 10 tahun, ada mainan robot mahal yang biasa terpasang di etalase toko mainan anak-anak pada masa ia berumur 11 tahunan. Ada banyak jajanan yang diproduksi kira-kira 8 tahun lalu, di tanggal produksi, yang kini sudah rusak dan sangat tidak layak untuk sekedar dilihat. Ada kaos,jaket, sandal, topi dan banyak lagi lainnya.
Namun ada satu yang masih baru, kira-kira belum terlalu lama ditinggalkan oleh Niana. Yaitu jam tangan. Dia membuka kotaknya dan menemukan sebuah surat.
"Aku tahu, mustahil untuk kamu kembali ke tempat ini, dan sangat tidak mungkin kita bakal bertemu lagi. Walaupun begitu, aku sering kesini, berharap sekali saja bisa melihatmu di sini. Aku tidak tahu barang apa yang kamu sukai, aku ingin memberi hadiah kecil untukmu. Seandainya kamu tahu, aku tidak pernah ingin pulang kerumah waktu itu. Seandainya saja aku memilih tinggal bersamamu di pondok ini, mungkin hidupku tidak akan menjadi permainan mereka.
Yang selalu menunggumu. Niana."
Dia menggenggam kertas itu dengan erat.
Krakk...
Terdengar derit pintu dibuka dari luar, dan nampaklah seorang gadis cantik yang menyisakan di ingatan Bara, wajah masa kecil gadis itu. Dan tentu saja sosok yang baru saja wajahnya diamati oleh Bara saat pintu terbuka tadi, terkaget dan merangsek masuk, melihat orang asing yang menjamah tempat rahasianya.
"Siapa kamu, berani-beraninya masuk ke tempatku?"
"Siapa yang mengetahui tempat ini, selain aku dan kamu?" Bara balik bertanya dan dengan sigap menutup pintu di balik badan Niana.
"Maksud kamu, apakah kamu anak kecil yang dulu pernah menyelamatkan ku dari penculikan, iya, apakah kamu anak itu?" tanya Niana, sekilas Bara melihat binar di mata Niana.
"Iya, dan untuk apa kamu ketempat ini sendirian, kamu tahu, kamu dalam bahaya?"
"Bahaya?"
"Aku akan menjelaskan nanti, sekarang berjanjilah pada ku untuk tidak pergi kemana-mana, tutup pintunya dan ingat jangan pernah buka pintu untuk siapapun, cari tempat persembunyian yang aman di manapun di dalam ruangan ini, aku akan kembali dalam waktu kurang lebih satu jam." terang Bara, sambil melangkah pergi dengan tergesa-gesa lalu menutup pintu.
Niana hanya diam termangu menatap Bara pergi, dia teringat sewaktu kecil Bara pernah mengatakan hal yang serupa.
Kemudian sesuai perintah Bara dia mengunci pintu dari dalam, lebih tepatnya memasang palang pintu yang sebenarnya bisa dibuka dengan mudah dari luar. kemudian bersembunyi di balik kotak kayu yang dulu digunakan Bara untuk menyimpan pakaian nya
Satu jam lebih sudah berlalu, namun Bara tak juga kembali, Niana mulai gelisah, sesekali dia mengintip kearah pintu. Tak ada tanda-tanda Bara akan kembali, dia mulai kecewa karena berharap banyak hari ini. Dia menunduk menekuri lantai tanah yang sangat kotor itu.
Namun beberapa saat kemudian sebuah tangan terjulur dari luar, dan dengan lincah membuka pintu pos itu. Bara muncul dengan banyak barang yang dia bawa. Kemudian menutup pintu dengan segera. Niana keluar dari persembunyiannya.
"Kamu ganti pakaian kamu dengan ini, kemudian ini, lalu ini, seemuanya, bergayalah seperti seorang laki-laki, ok?"
"Baiklah." Niana hanya menuruti perkataan Bara, karena dia tahu Bara pasti melakukan itu dengan suatu alasan.
"Aku akan berbalik hingga kamu bisa berganti pakaian dengan nyaman." ucap Bara lalu membalikkan badan kearah pintu. Beberapa saat kemudian, Niana selesai dengan kesibukannya mengganti outfit.
"Sudah, kamu bisa melihatku!" ucap Niana. Bara terdiam sejenak, nyaris tidak bisa dikenali, pikir Bara.
"Okke, sekarang berjalanlah keluar, ini kunci mobilku, jadi di luar sana ada sebuah mobil berwarna hitam yang aku parkir di bawah pohon, berjalan lah terus seakan kamu memang pemilik mobil itu, masuk seperti biasa, dan jangan tolah-toleh. paham?"
"Iya paham, terus kamu gimana?"
"Aku akan menyusul mu saat kamu sudah berada didalam."
"Baiklah"
"Tapi kenapa kita nggak jalan sama-sama saja?"
"Karena aku selalu bekerja sendirian, tidak menutup kemungkinan bahwa aku sedang diawasi, aku tidak mau kamu terlibat lebih banyak lagi."
"Baiklah kamu bisa menjelaskan nanti." ucap Niana.
"Ok... kamu bisa jalan sekarang, aku akan mengawasi mu dari sini, begitu kamu sudah di dalam, pindah ke kursi belakang, dan langsung merunduk serendah mungkin, anggap saja kamu partnerku yang tak boleh dilihat oleh siapapun, aku akan menyusul mu nanti." jelas Bara.
"Aku... pernah percaya padamu sekali, dan akan terus mempercayai mu." kata Niana sambil melangkahkan kakinya keluar. Walaupun hatinya merasakan ketakutan yang luar biasa, karena Bara mengatakan dirinya dalam bahaya, namun dia sendiri tidak pernah tahu bahaya seperti apa yang dimaksud Bara.
Bara sudah berada di mobil, sesaat setelah Niana pindah ke kursi belakang. Dia menaikkan kaca jendela dan memacu mobilnya dengan kencang.
"Nama kamu siapa?" tanya Niana dari kursi belakang.
"Bara."
"Sekarang kamu kerja apa? kelihatannya kamu tidak lagi mengalami kesusahan dalam hidup." Bara diam tak menyahut.
"Mungkin kamu bertanya, sejak kapan aku bisa bicara, jadi waktu kecil dokter mengatakan aku mengalami gangguan bicara akibat kondisi mental ku yang terguncang karena terlibat kecelakaan besar yang menewaskan mama ku, entah kenapa sejak saat itu aku tidak mau bicara sama sekali, lama kelamaan, aku benar-benar kehilangan kemampuanku berbicara, sekalipun aku mencoba tetap gagal, dan akhirnya, baru 5 tahun yang lalu aku bisa bersuara dan berbicara lagi."
"Syukurlah, aku turut senang. Di mana rumahmu sekarang?"
"Aku sudah meninggalkan rumah sejak Papa ku meninggal dua tahun lalu, aku tinggal di komplek asrama sekolah putri, di sana, aku bekerja sebagai pengajar anak usia dini, dan dari pekerjaan itu aku bisa bertahan dan melanjutkan hidupku hingga saat ini." terang Niana.
"Apakah mereka itu, ibu tiri dan saudara tirimu? yang waktu itu aku lihat dibalik punggung Papamu."
"Bukan... jadi dia adalah istri kedua papa ku juga anaknya. dan aku pikir, sepertinya mereka terlibat konspirasi besar atas kecelakaan mama dan meninggalnya papa ku."
"Mungkinkah klien ku?" batin Bara.
"Kamu tahu, seseorang memerintahkan ku untuk membunuhmu?" ucap Bara kemudian.
"Apa? membunuhku? siapa yang menyuruhmu? jadi pekerjaanmu sekarang adalah 'pesuruh' begitu?"
"Aku tidak tahu, tapi yang jelas dia menawarkan bayaran dan bonus jika aku berhasil tanpa ada masalah."
"Lalu, apakah kamu ingin membunuh ku?" raut wajah Niana berubah menjadi ketakutan luar biasa.
"Tidak, aku akan memalsukan kematianmu, kuharap kamu mau bekerja sama denganku, dan setelah itu kita cari tau alasan dibalik ini semua ?"
"Kenapa kamu tidak membunuhku?"
"Ka... karena aku memang tidak bisa membunuhmu."
"Bukankah, ini bagian dari pekerjaan mu?"
"Aku memang pesuruh, tapi aku tidak pernah membunuh siapapun, dan aku menerima pekerjaan ini karena aku punya alasan."
"Baiklah... aku mungkin bisa percaya padamu."
"Sekarang kita mau kemana?" lanjut Niana.
"Kita akan buat kematianmu tampak nyata, setelah itu berjanji padaku kamu tidak akan lagi muncul di depan umum, sampai aku berhasil membereskan semuanya!" tekan Bara.
"Aku akan terus bersembunyi gitu?'
"Iya sampai semua ini beres."
"Aku tidak lagi bekerja, terus aku tinggal dimana? beritahu aku siapa yang menginginkan aku mati?!"
"Kamu bisa tinggal di rumahku, aku akan menjamin semuanya baik-baik saja, aku juga akan mencari tahu klien di balik semua ini. Kamu tenang saja." jelas Bara.
Kemudian mereka saling berdiam diri untuk waktu yang lama, mereka tenggelam dalam pikiran masing-masing. Sampai pada akhirnya perjalanan mereka telah tiba di suatu tempat yang sangat sepi. Sebuah pantai yang indah untuk kematian yang mengerikan.