Suara debur ombak yang hancur menabrak karang, dan nyanyian angin yang berbisik-bisik, membuat suasana indah pantai sore ini terasa mencekam. Di tempat inilah Bara telah menyusun rencana untuk memanipulasi kematian Niana.
Dia turun dari mobil dan menyiapkan semuanya. Beberapa saat setelah semuanya beres, dia kembali dan mengajak Niana keluar. Yang sebelumnya sudah mengganti baju dengan pakaian yang semula dia kenakan, sesuai instruksi Bara
"Udah nggak perlu takut, kita hanya berdua disini, jadi gini, kamu bisa berenang nggak?" tanya Bara.
"Bisa sedikit walau gak mahir." jawab Niana.
"Bagus, tidak masalah aku hanya butuh beberapa detik saja, jadi nanti kamu bakalan turun ke dasar sana, aku sudah siapin tali pengaman buat bantu kamu turun."
"Aku turun kesana? ini curam banget, gimana kalau talinya putus, aku bakalan bener-bener mati Bara.."
"Baiklah kita turun berdua, hanya ada satu tali jadi aku harap kamu gak keberatan kalau aku gendong saja." Niana terlihat masih menimbang-nimbang.
"Ok sudah mari kita turun". kata Bara yang ternyata sudah siap, tanpa pikir panjang dan menyia-nyiakan waktu, dia langsung menggendong Niana untuk menuruni tebing yang lumayan tinggi dam curam.
"Setelah ini, aku akan keatas untuk mengambil foto, dan mengirimkan ke klien ku, sudah kamu yang tenang, semua bakalan baik-baik saja kok. hanya akting seakan-akan kamu terlempar ke laut kamu bisa kan? setelah itu aku akan menjemputmu lagi."
"Iya aku akan berusaha sebaik mungkin."
Setelah sampai di dasar karang, Bara menurunkan Niana di tempat yang aman, kemudian memberikan beberapa instruksi agar kematiannya terlihat sempurna. Setelah itu, Bara naik lagi keatas untuk mengambil beberapa foto dengan adegan Niana terapung di atas permukaan laut.
Sesuai janjinya dia kembali membawa Niana keatas, tidak mudah karena tenaganya juga sudah berkurang untuk naik turun sebelum nya.
"Maaf merepotkan." ucap Niana, terlihat rona merah di kedua pipinya yang putih bersih. Kedua tangannya masih melingkar di leher Bara.
"Kamu bicara apa?"
"Aku gak tahu alasan kamu apa, sampai kamu kaya gini, naik turun tebing demi nyelametin aku dari target pembunuhan, dan kamu tahu kan kalau kamu bisa saja kena masalah gara-gara hal ini, bukannya ini juga menyangkut pekerjaan mu."
"Aku memang dibayar buat ngelakuin hal-hal yang sebenarnya gak ingin sama sekali aku lakuin, aku melakukan semua itu demi uang dan ayahku, tapi kali ini aku tidak bisa membunuhmu dengan bayaran dan bonus yang besar."
"Apakah karena aku menyimpan kalung pemberianmu ini?"
Bukannya menjawab Bara justru mempererat pegangannya terhadap Niana dan mempercepat langkahnya. Niana tidak berani lagi bertanya macam-macam. Dia hanya terdiam sampai berada di atas dan bisa bernafas dengan lega.
"Kamu sendiri, ngapain sering datang ke tempat peleburan, dan bawa hadiah? itu untuk aku kan?"
"Iya.. itu semua buat kamu, tiap saat aku teringat padamu, aku selalu kesana, berharap sekaliiii.. saja bisa melihatmu, bahkan sampai detik ini aku masih tidak percaya aku berdiri di depan mu, anak laki-laki yang menyelamatkan ku dulu."
Bara hanya tertawa sambil membereskan bekas tali dan berusaha meneliti sebaik mungkin jika mereka berdua meninggalkan jejak yang bisa saja terdeteksi klien Bara.
"Jangan bilang kamu jatuh cinta sama aku sewaktu kecil." kelakar Bara di sela-sela keseriusannya.
"Memang benar, aku jatuh cinta pada penyelamat ku." jawab Niana dengan cepat.
Bara tertegun sesaat kemudian melanjutkan tawanya. Setelah dia memasukkan beberapa peralatan yang tadi ia gunakan kedalam bagasi, dia kembali pada Niana.
"Sekarang gimana? orang yang dulu menyelamatkan mu, mau dibayar seseorang buat ngebunuh kamu, apakah perasaanmu masih sama dengan 10 tahun yang lalu?"
Bukannya menjawab Niana justru menangis dan menghambur ke pelukan Bara. Dia memeluk Bara dengan erat sambil memukulnya beberapa kali.
"Tak peduli sekarang atau 10 tahun yang lalu, aku selalu menunggumu, aku selalu berharap kamu mau mencari ku, dan perasaan itu tidak pernah berubah, sekalipun aku harus mati ditanganmu." kata Niana yang suaranya nyaris tak terdengar diantara deburan ombak.
"Dasar bodoh,"
"Kamu pikir drama Korea, hal semacam itu mana mungkin ada." ucap Bara dia terkejut dengan pengakuan Niana.
Niana melepaskan pelukannya dan menjauh, sejurus kemudian dia kembali dengan senyum nya yang cantik.
"Jujur saja kamu tidak bisa membunuhku karena kamu juga cinta sama aku! iya kan?" tanya Niana.
Bara justru tertawa keras dan meninggalkan Niana, dia memutar balik arah mobilnya kemudian memanggil Niana dari dalam.
Selama perjalanan pulang pun mereka lebih banyak berdiam diri. Tenggelam dalam pikiran masing-masing. Hingga tak terasa mobil Bara sudah memasuki halaman rumah nya yang cukup besar dan mewah, setelah memarkir kendaraannya dia mengajak Niana masuk dengan cepat.
"Mulai sekarang kamu akan tinggal disini, apapun yang terjadi jangan pernah buka pintu untuk orang lain, ingat aku tidak pernah beli barang online, delivery order makanan, jadi sama sekali tidak ada orang asing yang kesini, jika suatu saat aku tidak ada dirumah dan ada seseorang bertamu jangan pernah buka pintu ok?" jelas Bara.
"Iya."
"Dan kamu tidak perlu keluar rumah untuk beli apapun, aku akan berusaha menyediakan keperluan dan kebutuhanmu dengan segera termasuk baju dan keperluan wanita lainnya, ok!"
"Ok."
"Dan yang paling penting jangan pernah gunakan internet untuk akses apapun mengenai media sosialmu, anggap saja kamu sudah meninggal dan gak mungkin buka sosmed, paham?"
"Paham."
"Terakhir, kamu tahu pekerjaan ku seperti apa, kemungkinan aku akan banyak musuh dan selalu diawasi, rumah ini aku desain dengan minim jendela, kalaupun ada itu ditempat-tempat yang jauh dari privacy. Jadi usahakan agar kamu tidak mendekat ke jendela atau nampak dari jendela, paham?"
"Paham."
"Mungkin kamu akan bosan tinggal seperti ini, tapi jangan khawatir ada banyak buku di kamar yang bisa kamu baca, pokoknya janji sama aku, selama aku belum kelar mengatasi masalah, jangan pernah keluar dari rumah ini!"
"Iya aku paham, aku janji tidak akan menambah masalah untukmu, aku lapar apa kita bisa makan?"
"Ayo kita makan, apa kamu bisa masak? biasanya kamu masak apa?" Tanya Niana.
Bara membuka rak yang penuh dengan mi instan berbagai rasa dan berbagai merk sambil menahan tawa. Niana hanya menggelengkan kepala.
"Sudah kuduga, mulai besok kamu bisa belanja sayur, daging atau lainnya, aku akan masak untukmu."
"Siap... tapi gak papakan kali ini kita makan mi instan dulu, heheheh"
"Iya nggak papa, tapi mulai besok ganti menu dan aku yang nentuin, paham?" Niana menirukan gaya bicara Bara. Dan hanya disambut tawa oleh Bara.
"Makasih buat sudah peduli dan nyelametin aku untuk kedua kalinya."
"Hahahahha pasti buat kamu jatuh cinta berkali-kali padaku ya."
"Kaya kamu enggak aja, aku tahu kok kamu pasti punya perasaan yang sama kan ke aku." Ucap Niana dengan penuh percaya diri.
"Sok tahu kamu."
"Emang iya kan."
Bara hanya berlalu tanpa menjawab pertanyaan Niana.
"Dasar manusia kulkas.." gerutu Niana.