bc

Oh ... My Baby

book_age18+
206
IKUTI
4.3K
BACA
tragedy
bxg
city
widow/widower
like
intro-logo
Uraian

Kehilangan buah hati yang baru saja ia lahirkan membuat dunia Aleya, seorang ibu muda yang berprofesi sebagai pelayan di sebuah klub malam menjadi runtuh seketika. Tak tahu apa penyebab putri pertamanya itu tiba-tiba saja kejang dan meninggal dunia. Padahal, Aleya sudah susah payah mempertahankan bayinya itu di tengah gonjang ganjing rumah tangganya bersama Brama, ayah dari anaknya, yang sudah di ujung tanduk. Alasannya cukup klise, keluarga Brama tidak setuju putra mereka menikah dengan Aleya yang seorang pelayan klub. Mereka beranggapan jika wanita yang bekerja pada klub malam itu sudah pasti menjual diri. Sehingga mereka mencurigai jika bayi yang Aleya lahirkan itu bukanlah darah daging Brama. Ditambah lagi, tiba-tiba saja Brama naik jabatan langsung menjadi direktur. Membuat Aleya terkejut dan tidak percaya. Ia menduga jika ada yang tidak beres dengan tempat kerja Brama.Ternyata dugaan Aleya benar, suaminya berselingkuh dengan anak CEO perusahaan dan sudah mendapatkan lampu hijau. Brama bahkan sudah blak-blakan mengatakan kepada Aleya jika ia sudah tidak mau lagi melanjutkan pernikahan bersama Aleya.Aleya begitu hancur, baru kehilangan buah hatinya, kini ia harus menerima kenyataan jika sang suami berkhianat. Sehingga ia sampai pada puncak keputusasaannya dan memilih untuk mati dengan menabrakkan diri ke jalanan. Beruntung Aleya diselamatkan oleh seorang pria yang kebetulan berhenti saat lampu jalan sedang merah. Nama pria itu ialah Zein Dahendra. Seorang CEO perusahaan besar yang sedang terburu-buru menuju rumah sakit karena sang istri yang sebentar lagi akan melahirkan. Namun sayangnya, istri Zein harus merenggang nyawa karena mengalami preeklamsia pasca melahirkan. Zein pun sangat terpukul saat mengetahui jika istri yang sangat ia cintai pergi begitu cepat meninggal dirinya dan sang putri yang baru saja dilahirkan. Sampai pada saat takdir membawa ia kembali bertemu dengan Aleya."Aku membutuhkan ASI-mu untuk putriku, Aleya," ucap Zein."Kau pikir aku pabrik s**u? Ini ASI putriku, bukan putrimu."

chap-preview
Pratinjau gratis
Bab 1
"Kau yakin itu anakku?" pertanyaan Brama mengguncangkan seluruh raga Aleya. Ia terperangah dan dahinya bertaut tanda heran. Bagaimana bisa, seorang suami bertanya tentang kebenaran darah dagingnya sendiri, kepada istri yang tengah hamil tua dan sebentar lagi akan melahirkan? Sungguh di luar nalar Aleya. "Maksud Mas apa bertanya seperti itu? Aku ini istri kamu loh Mas. Ya jelas anak ini adalah anak kamu, masa anak tetangga." Aleya tampak gusar. Dirinya tidak habis pikir jika lisan Brama, pria yang sudah menikahi dirinya lebih dari satu tahun itu, bisa setajam itu dalam bertutur kata. Seolah dirinya adalah jalang yang suka gonta-ganti pasangan sehingga hamil anak yang tidak jelas siapa bapaknya. "Aku curiga jika itu bukanlah darah dagingku, seperti dugaan keluargaku selama ini." Brama kembali mempertegas kecurigaannya. Membuat darah Aleya naik dan dadanya kian memanas. Aleya menyibak rambut panjangnya ke belakang dan memegang pelipis dengan kedua tangannya. Mencoba untuk mencerna setiap kata yang keluar dari mulut laki-laki biadab yang saat ini ada di depannya. Ingin sekali ia melayangkan telapak tangannya dan mendarat kuat di pipi suaminya itu. Namun, Aleya masih berusaha untuk bersikap baik dan berpikir tenang, sebab saat ini ia tengah berbadan dua dan sebentar lagi akan menjalani persalinan. Aleya tidak mau jika sampai rasa kesalnya kepada sang suami membawa dampak buruk bagi kesehatan dirinya dan juga sang calon buah hati. Aleya juga tidak ingin jika hal buruk yang ada di sekitarnya mempengaruhi tumbuh kembang anaknya di dalam sana. Sebab akhir-akhir ini dirinya memang sering sekali merasakan setres dan sakit kepala akibat ulah sang suami dan keluarga mertuanya. Bagaimana tidak, tuduhan dan cercaan terus saja dilayangkan tiada henti oleh keluarga suaminya kepadanya. Ia dikatakan wanita malam lah, pelayan plus-plus lah, bahkan yang terakhir tuduhan kepada anak yang saat ini tengah ia kandung, yang kata mereka ... anak dari benih laki-laki lain. Sangat tidak berperi kemanusiaan sekali. "Mas, Mas sudah keterlaluan. Bisa-bisanya Mas mencurigai anak Mas sendiri. Mas pikir aku perempuan apaan? l***e?" Aleya benar-benar sakit hati kepada ucapan laki-laki yang saat ini tengah duduk berhadapan dengannya. "Ya bisa saja kan itu anak pria lain. Secara, kamu ini kerja di kelab malam, tempat di mana para hidung belang mencari jalang. Lagian, perempuan baik-baik mana yang kerjanya di tempat hiburan malam seperti itu?" Brama semakin menjadi-jadi dalam menjatuhkan harga diri Aleya. Aleya menyunggingkan senyum sinis. Seolah tengah menertawai kebodohan Brama yang baginya sudah sangat akut itu. "Mas, kamu lupa di mana kita bertemu pertama kali? Kita itu bertemu di kelab malam Mas. Kalau kamu bilang pria yang mendatangi kelab malam adalah para hidung belang, berarti kamu salah satunya." Aleya terkekeh namun segera bangkit dari duduknya dan berlalu menuju kamar. "Kurang ajar kamu, Aleya!" hardik pria berwajah sayu, bagaikan pecandu narkoba itu. Brama menggebrak meja karena begitu murka saat mendengar kata-kata Aleya. Harga dirinya sebagai laki-laki seolah di banting habis-habisan oleh istrinya itu. Padahal, ia duluan yang memulai perang, sekarang malah tidak terima ketika balik diserang? Lucu! Aleya sudah tidak mau menggubris panggilan Brama. Ia terus berlalu masuk ke dalam kamar dan membaringkan tubuhnya di atas ranjang. Sendu matanya mulai mengeluarkan bulir-bulir air yang sudah ia tahan sejak tadi. Hatinya bagaikan terkoyak dan perasaannya sangat berantakan. Sembari mengelus perutnya yang sudah membulat sempurna itu, ia pejamkan matanya dan mulai mencoba untuk menstabilkan emosinya. Aleya tidak mau jika perasaan sedihnya membuat anak yang ada di dalam perutnya juga ikut merasakan sedih. Sebab yang ia dengar dari orang-orang, janin itu bisa merasakan apa yang ibunya rasakan. Jika ibunya bahagia, maka janin juga aka tersenyum. Namun sebaliknya, jika ibunya menangis, janin juga akan ikut menangis. "Bersabarlah sayang, setelah kamu lahir, kita akan pergi dari rumah durjana ini. Kita akan hidup dan tinggal berdua. Hanya kamu dan mama." Aleya menyeka air matanya. Namun sesaat kemudian ia mendengar suara deru mobil Brama. Pria tak berperasaan itu tampaknya sudah pergi meninggalkan rumah. Aleya bangkit perlahan dan melempar pandang ke arah ruang tengah. Benar, suaminya sudah tidak ada lagi di sana. Bagus dia pergi, aku memang sudah muak melihat wajahnya, bisik Aleya. Ia begitu menaruh rasa benci kepada Brama. Bahkan jika tak ingat kalau Brama adalah ayah dari anak yang sedang ia kandung, ingin rasanya Aleya membunuh pria b******n itu dan membuang jasadnya ke sungai supaya dimakan oleh buaya. Bukan tanpa alasan mengapa Aleya begitu membenci laki-laki bertubuh tinggi kurus bagaikan kutilang itu, sebab Brama tidak bisa menjadi suami yang mengayomi bagi Aleya. Aleya selalu saja berdiri seorang diri dan berjuang sendiri, bahkan di saat dirinya dihina habis-habisan oleh keluarga Brama. Pria berambut ikal itu seolah tak mau ambil pusing dengan harga diri istrinya yang dicabik habis-habisan oleh keluarganya sendiri. Bahkan saat tuduhan anak haram dilayangkan kepada calon anak mereka, tak sedikitpun Brama membela Aleya. Seolah ia membenarkan tuduhan-tuduhan orang tua dan saudara-saudaranya. Membuat Aleya begitu terpukul dan sakit hati. Andai ia gila dan tak lagi punya iman, pasti sudah ia racun satu keluarga itu, agar mereka semua mati, pikir Aleya. Aleya kembali duduk di dekat meja makan sembari menghabiskan satu gelas air putih untuk membuat jiwanya kembali tenang. Mengusap lembut perutnya seraya berbicara lirih kepada anak yang sebentar lagi akan ia lahirkan ke dunia itu. "Sabar ya sayang. Mama yakin kamu adalah putri mama yang kuat. Bertahanlah sebentar lagi. Setelah kamu lahir, mama akan membawa mu pergi dari manusia-manusia laknat itu. Kita akan hidup bahagia berdua tanpa ada yang merendahkan atau menghina kita lagi." Aleya mengusap kasar wajahnya. Menyeka air mata yang sempat membasahi pipi lembutnya. Kembali menyemangati dirinya agar tetap kuat dan tegar lagi. Dan Seolah mendengar apa yang mamanya curahkan, janin itupun bergerak secara tiba-tiba, membuat Aleya merasakan geli tapi juga begitu terharu. Bahkan tak hanya sekali, Aleya dapat merasakan beberapa kali tendangan anaknya di dalam sana. Namun, setelah janin itu bergerak, mendadak Aleya merasakan kontraksi yang begitu kuat. Perutnya bagaikan di putar paksa dan menegang secara tiba-tiba. "Agh ... uuh ... sakit sekali ...." Aleya terus meringis kesakitan seraya menyeret langkah kakinya. Berpegangan pada tembok rumah agar tetap bisa berdiri dan tidak tumbang. Perutnya terus mengalami kontraksi hebat, membuat Aleya kian lemah dan tak berdaya. Aleya terus berusaha untuk berjalan ke arah kamar guna mengambil telepon genggamnya. Ia harus memberitahu Brama soal kondisinya saat ini. Agar Brama bisa membawanya ke rumah sakit untuk segera mendapatkan pertolongan medis. Sebab Aleya yakin sekali jika ia akan segera melahirkan. Sayangnya, saat Aleya sudah mendial nomor Brama, panggilannya tidak disambut sama sekali oleh suaminya itu. Ternyata Brama sengaja tidak mau mengangkat panggilan dari Aleya karena sedang b******u mesra di dalam mobil dengan seorang wanita. Ya, Brama selingkuh dari Aleya.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

TERNODA

read
198.6K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.6K
bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
30.2K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.7K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.4K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
54.7K
bc

My Secret Little Wife

read
132.0K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook