#LAMARAN PERTAMA
JATUH SEBELUM LEPAS LANDAS
#LAMARAN PERTAMA
"Siska! Siska" ! seru Ibu dari dapur sambil menggerutu yang bingung daritadi belum mendengar jawaban dari Siska.
"Iya, Bu" jawab Siska lirih sambil berlari dari bilik kamar menuju ruang dapur dan tepat berada di belakang sang Ibu.
"Bantu Ibu di dapur sayang, Ibu lagi banyak kerjaan, Alhamdulillah orderan ceteringan Ibu banyak yang pesan "..
Ya, selain mengurus pekerjaan rumah Ibu Siska juga berjualan mengais pundi-pundi rupiah dari hasil hobby memasak nya.
"Siska, bantu apa Bu"?
"Tolong. bantu kupas bawang merah,bawang putih lalu diiris tipis-tipis saja setelah itu potong-potong cabai,tomat serta bumbu dapur lainnya"! pinta Bu Retno
"Siap bu"!
Setelah beberapa saat pekerjaan dapur dan mengemas ke dalam kotak makanan selesai, Siska beranjak dari dapur dan ingin pergi kembali ke kamarnya namun baru saja akan pergi ternyata Ibu Retno kembali meminta Siska untuk mengantarkan box-box makanan itu ke tempat si pembeli.
"Siska! sekarang Ibu minta tolong, bantu mengantar pesanan ini ke Ibu Dian bidan kampung sebelah yaa? "
"Oke Bu, ada, ongkos kirimnya gak Bu? " Siska menjawab sambil tersenyum dan berharap jawaban dari ibu nya adalah iya.
Benar saja ibu Retno membalas dengan senyuman tanda jika dia meng ia kan.
Tak lama kemudian semua nya telah siap diatas motor yang yang akan ia kendarai mengantarkan box-box makanan.
Dalam perjalanan Siska bertemu dengan temannya.
"Eh Siska mau kemana sis "? Teriak putri dari kejuhan.
Putri adalah teman sekelas Siska dia anak dari kepala desa tempat tinggal Siska.
Namun Siska tak mendengar nya,dia terus melaju membawa box-box makanan dengan sangat hati-hati karena takut makanan didalam nya tergoncang.
Sampailah Siska di rumah Ibu Dian bidan kampung sebelah.
"Assalamu'alaikum, Bu Dian saya mau mengantarkan cetringan dari Ibu Retno !"ujar Siska dengan suara yang sedikit nyaring.
" Walaikumsalam
Iya Sis, sambil mengambil bungkusan-bungkusan yang disodorkan Siska." ini uangnya Enam Ratus Tujuh Puluh Delapan ribu yaa".
"Iya Bu !" Sahutku.
Tak lama kemudian aku berpamitan pulang kepada Ibu Dian.
Setelah sampai dirumah aku bergegas memberikan uang hasil penjualan cetringan hari ini kepada ibu.
"Alhamdulillah "
Akupun berpamitan menuju kamar nya untuk mengerjakan tugas sekolah ku, karena tugas sekolah belum sempat aku selesai kan.
Siska seorang pelajar SMA yang berusia delapan belas tahun dan masih duduk di bangku kelas dua belas.
Dia anak yang rajin cantik jelita bahkan banyak orang-orang mengagumi karna kerajinan nya..
"Sore nanti bada ashar mau ke rumah Putri ah, lagian dirumah terus ngapain".
Akhirnya aku pun segera menekan tombol menu utama di ponsel pintar ku. mencari salah satu nama dalam kontak, lalu menelponnya . Percakapan kami hanya sebentar saja, aku mengatakan bahwa sore nanti akan pergi kerumahnya untuk sekedar bermain game karna dirumah Putri ada WiFi, sedang dirumahku tidak ada.
Sesampainya dirumah putri aku dikejutkan dengan seseorang yang membukan pintu untuk ku dan aku berdiam diri sejenak," apa aku salah rumah"? Ucapku dalam hati.
Akupun menoleh kanan dan kiri memastikan bahwa ini benar rumah teman baik ku Putri..
"Udah , ayo masuk, putri sudah menunggu dikamarnya".
"Oh, iya om"
"Kok, om, pangil aja mas"
Tok ... tok ... tok
" Putri " lirihku
"Iya masuk Sis" sahut siska
Aku segera masuk ke kamar Putri, bahkan aku langsung menanyakan. Siapakah laki-laki yang telah membukakan pintu untuk ku tadi.
"Eh, Put, itu tadi siapa yang buka pintu buat aku."
"Oh itu, anak dari Kaka nya Abah sis"
"Keren yaa, ganteng pula". ucap ku lirih.
"Apa sis! , hayoo kamu naksir ya sama mas Dimas"
"Oh. Dimas".
Dimas namanya nya, seorang lelaki yang sudah dewasa menurut pandangan ku, dia baik dan juga sopan dari tutur sapanya.
"Put, boleh mas masuk"
Dah.dig.dug..
Kenapa hati ini berdebar sangat kencang saat mas Dimas memasuki kamar putri.
"Sis, bo-bol-bolehkah mas minta nomer telpon mu"?
"Minta aja sama putri mas !"
Waktu terus berjalan hingga Maghrib pun tiba. usai shalat Maghrib entah mengapa aku selalu memandangi ponsel ku, berharap Mas Dimas Mengirim pesan untuk ku.
Waktu menunjukkan pukul sembilan malam, ku pikir mas Dimas tak akan mengirimkan pesan ataupun Meneleponku, lagi pula siapa aku untuk apa dia meneleponku "ah sudahlah buang jauh-jauh harapan itu".
Derrtt ... derrtt
Ponsel ku bergetar segera ku mengambilnya dari nakas.
Benar saja ternyata itu pesan dari Mas Dimas.
[Dek Siska, sedang apa ?]
Aku bingung mau membalas nya dengan kata-kata apa, masa iya aku bilang sedang menunggu pesan dari nya dengan perasaan yang gugup aku membalasnya dengan terburu-buru.
[Sedang, Santai saja mas !]
Begitu banyak pesan yang dikirim untuk ku dari mas Dimas hingga akhirnya waktu menunjukan pukul 11 malam.
"Mas, sudah dulu ya, Siska ngantuk mas !"
"Oke, besok jangan lupa ketemuan di taman desa ya Dek !"
"inshaallah ya Mas "!.
Pagi sudah membayang. Cahaya matahari terlihat terpancar terang. itu artinya hari mulai Menunjukan bahwa malam telah berlalu. usai bangun dari tempat tidur, Aku segera menuju kamar mandi untuk segera membersihkan diri.
Sayup-sayup suara Abah dan Ibu dari ruang TV
"Pak, pagi ini dia akan datang membawa rombongan nya. tapi bagaimana dengan Siska apa dia mau?"
Hah, Aku. Sontak saja aku terkejut.
Kenapa? siapa yang akan datang? ada apa?
Begitu banyak pertanyaan yang terlintas dalam benakku
Aku ingin sekali bertanya dengan mereka namun lagi-lagi bibirku tak mampu mengucapkan nya.
Pagi ini Ibu disibukkan dengan memasak makanan yang Begitu banyak.
"Bu, apa hari ini dapat cetringan lagi ? siapa yang pesan makanan sebanyak ini? ada acara apa Bu?
"Ada tamu yang akan datang sayang, Dan ini bukan pesanan cetringan" Ibu menoleh kearah ku dan tersenyum.
"Sayangnya ibu ,setelah lulus sekolah mau meneruskan untuk kuliah atau bekerja ?" timpal Ibu
"Siska, mau kerja Bu, itung-itung buat nambah pemasukan keluarga kita Bu ".ucap Siska
"kenapa tiba-tiba ibu menanyaiku seperti itu ya?" ucapku dalam hati.
"sudah sana,mandi setelah itu, pakai baju yang sudah ibu siapkan. digantungan baju kamar belakang ya sayang !"
"iya, Bu, memang kita mau kemana Bu, harus memakai gaun ini". Sambil membolak- balikan gaun berwarna hijau tosca dipadu dengan manik2 cantik,"
selang beberapa saat kemudian tamu yang dimaksudkan datang membawa begitu banyak rombongan, dan aku terkejut ada seorang laki-laki berpakaian sangat rapi dengan celana jeans dan baju kemeja berwarna hitam membuat laki-laki itu semakin terlihat lebih menarik. Namun lebih terkejutnya ketika aku tau dia adalah mas Evan teman Abah. Namun usianya jauh lebih muda dari abahku.
Sekilas dia tersenyum melihatku,aku hanya memasang muka masam. aku tau tujuannya datang kerumah dia ingin melamar ku.
"maafkan saya Ibu, Bapak saya Evan Setiawan datang kemari untuk meminang putri Ibu dan Bapak, menjadi teman hidup saya,ingin menikahinya "ujar mas Evan.
dengan mudah nya mengatakan bahwa Ibu, Bapak sudah mengetahui apa tujuan nya datang kemari.
aku hanya berdiam diri saja seperti patung, dan akan berbicara ketika aku diminta untuk berbicara.
"Ibu, Bapak setuju saja nak Evan, namun keputusan ini akan diambil sendiri oleh Siska, apapun jawaban Siska mohon diterima yaa nak".
deggg
jantung ini serasa berhenti berdetak ketika ibu mengatakan itu, jelas saja aku menolaknya dengan alasan aku ingin menikmati masa remaja ku terlebih dahulu dan belum siap untuk menikah.
walaupun keluarga dan rombongan Mas Evan merasa kecewa, namun aku melihat ke ikhlaskan diwajah Mas Evan.
"maafkan aku mas, tapi aku tak pernah menaruh rasa suka padamu". gumamku
sore harinya aku menemui mas Dimas di taman desaku,ternyata dia lebih dulu menunggu ku..
" Mas" seruku
"iya, Dek, sini !"
"ada, apa ya mas. apa ada yang mau diomongin Mas" Tanyaku
"iya dek, jadi mas mau melamar Dek Siska, apa Dek Siska mau menjadi pasangan hidup Mas, menjadi calon Ibu untuk anak-anak Mas kelak ?" Mas sudah lama, memperhatikan mu Dek, dan Mas merasa nyaman denganmu, sejak lama Mas ingin mendekatimu namun baru kali ini Mas berkesempatan dekat denganmu walau baru kemarin sore "
"maaf sebelumnya Mas, Mas Dimas mau kah menungguku 1 atau 2 tahun lagi Mas, aku ingin meneruskan sekolah terlebih dahulu, bahkan aku belum siap jika harus menjadi seorang istri yang hanya melakukan tugas Di dapur, sumur dan kasur. jika mas benar-benar serius denganku, Siska harap Mas mengerti." pintaku
tanpa berfikir panjang bahkan mas Dimas mengiyakan permintaan ku, untuk menungguku 1 Atau 2 tahun lagi. senang rasanya hati ini ketika jawaban yang aku harap kan terlontar dibibir nya.
"kita jalani saja masa penjajakan kita yaa dek, Ingat jangan pernah membuka hati untuk pria lain" sambil tersenyum melihatku
aku pun membalas senyumannya dan segera kami bergegas pulang ke rumah masing-masing, takut akan ada orang yang melihat dan nantinya menjadi fitnah mata.
sesampai dirumah Ibu, Bapak terlihat seperti sedang marah, aku hanya menundukkan kepala dan tak berani memandang wajah kedua orang tuaku.
sepertinya mereka marah dengan keputusanku menolak lamaran dari Mas Evan atau kah marah karna aku baru saja menemui Mas Dimas di taman desa, tapi bagaimana mereka bisa tau? bahkan kuyakini tak ada seorang pun yang melihatku sama sekali saat di taman.
segera aku melewati mereka tanpa menyapa, aku takut mereka akan marahiku "
"Sis! Siska! bagus ya, sejak kapan kamu pergi tanpa pamit begini, kamu anak perempuan satu-satunya dikeluarga ini jangan sampai kamu bikin malu Abah dan Ibu mu, ini yang Abah takutkan punya anak perempuan yang gak bisa dikontrol, takut terjerumus ke pergaulan yang salah" Dengan nada tinggi Abah mengatakan itu..
"Selesai lulus sekolah mau gak mau kamu harus menikah, dengan Mas Evan" imbuh abah
"Tapi bah, Siska sudah punya pacar dan kami serius bahkan dia mau menunggu Siska 1 tahun bahkan 2 tahun lagi" ujar Siska ,Siska yang terisak
"Kenapa harus menunggu 2 tahun untuk menikahimu"
"Siska ingin menikmati masa remaja Siska Bah, bahkan ingin bekerja terlebih dahulu"
"Besok, suruh dia menemui Abah dirumah Abah mau bicara hanya berdua saja tanpa ada kamu dan Ibu"
"Ba-Baik Bah"
dengan perasaan cemas Siska menuju kamar dan segera mengirim pesan kepada Mas Dimas.
"Assalamu'alaikum mas, maaf besok bisa ke rumah Abah meminta Mas Dimas kerumah untuk menemui Abah"
"Walaikumsalam, iya Dek, besok Mas akan datang "
Keesokan harinya Aku hanya di pinta Abah dan Ibu untuk tetap di dalam kamar bahkan tidak di perbolehkan keluar kamar.
mungkinkah ada hal yang sangat serius hingga Mas Dimas diminta untuk kesini, ada apa sebenarnya?
apa Abah tau kemarin sore aku telah menemui Mas Dimas ditaman desa.
sekitar beberapa jam kemudian terdengar suara seseorang, sedang membicarakan sesuatu tapi aku tak mendengar jelas apa perbincangan dua laki-laki itu.
setelah beberapa jam, Mas Dimas berpamitan pulang dengan Abah dan Ibu.
Abah memanggilku "Sis, keluarlah Mas Dimas mau pamit pulang"
"iya bah" sahutku dari bilik kamar
dan kami bersalaman aku mengangguk kan kepala mengiyakan memperbolehkan Mas Dimas pulang, aku melihat senyum sumringah dari wajah tampan itu
ada apa? apa sebenarnya yang Mas Dimas bicarakan dengan Abah? aku terus menatapnya hingga Mas Dimas tak terlihat lagi.
dalam benak ku timbul pertanyaan-pertanyaan begitu banyak.
apakah Mas Dimas?
****
Beberapa Tahun kemudian kelulusan sekolah di umumkan, betapa bahagianya aku, ketika melihat dipapan pengumuman tertulis namaku bahkan disana tertulis Siska Rahmadhan mendapat peringkat pertama.
"Alhamdulillah" lirihku
Teman-teman memberikan ku selamat atas keberhasilan ku karna telah mendapat peringkat pertama.
yaa bisa dibilang aku anak yang gemilang disekolah, nilai-nilai ku tak pernah rendah, para guru disekolah sangat menyayangi ku.
Dalam perjalanan pulang dari sekolah aku bertemu Mas Dimas dan menawarkan ku untuk mengantarkan ku pulang.
"Dek, Mas antar pulang, Mas sekalian mau mampir nih ke rumah mu boleh kan Dek?"
"iya Mas, tentu saja boleh"
semakin hari hubungan kami semakin dekat saja, kami saling memahami, saling mengerti.
sesampai di rumah Ibu dan Abah menyambut kedatangan kami
"Eh, ada nak Dimas ya" ucap Ibu
"iya, Bu kebetulan tadi saya melewati sekolah Dek Siska, jadi saya menawarkan untuk mengantarkan nya pulang"
"Ya nak, Tidak apa-apa"
setelah berganti baju, aku duduk bersama Mas Dimas, Ibu dan juga Abah.
Abah memulai pembicaraannya
"Nak Dimas, kapan orang tua mu datang untuk meminang putri Abah ini, kalau bisa secepatnya. kebetulan Siska juga sudah lulus sekolah kalian bisa segera mencari tanggal yang baik untuk pernikahan kalian, Dimas apakah kamu setuju dengan ini?
"inshaallah setuju bah, besok lusa Dimas akan memboyong keluarga untuk prosesi lamaran"
Entah mengapa hati ku tidak merasa senang dengan pembicaraan ini, menurutku ini terlalu terburu-buru.
Aku hanya terdiam, Aku merasa sedih haruskah aku menikah pada usiaku sekarang
yang terbilang masih muda, masih banyak yang ingin ku capai. namun aku tak mampu mengungkapkan isi hatiku kepada Abah dan Ibu.
takut mereka akan marah kepadaku, ya sudah lah mungkin jalan ku seperti ini hingga harus menikah muda.
Usiaku dan mas Dimas terpaut hanya 5 tahun.
****
tibalah dimana mas Dimas dan kelurga besarnya datang untuk meminang ku.
kulihat ada wanita paruh baya dan seorang lelaki tua, mungkinkah mereka orang tua mas Dimas?
aku bahkan belum pernah diperkenalkan oleh Mas Dimas pada keluarga besarnya, yang kutahu hanya Putri saja.
bahkan aku melihat Putri ikut serta dalam prosesi lamaran ini dia ikut serta berbaur dengan rombongan kelurga Mas Dimas.
setelah prosesi lamaran ini bahkan mereka semua sudah menentukan tanggal pernikahan kami.
ya tanggal pernikahan kami 1 Minggu lagi, tepatnya ditanggal tujuhbelas September mendatang.
"apa tidak terlalu cepat Bah, karna kita perlu mempersiapkan segala sesuatunya" cetus ku.
"baik-baik saja Dek, kita bisa mempersiapkan mulai dari hari ini kan" jawab Mas Dimas.
acara demi acara telah selesai sekarang waktunya bertukar cincin, Mas Dimas menyematkan cincin mas berwarna putih dengan intan kecil diatasnya, dan aku pun segera menyematkan cincin untuknya.
acara telah selesai, keluarga mas Dimas segara berpamitan untuk pulang.
sejak hari itu kedua keluarga sibuk mempersiapkan segala sesuatunya agar pernikahan pertama dan terakhir ini menjadi lebih indah.
dekorasi, makanan untuk para tamu yang hadir, gaun pengantin serta kebutuhan pernikahan lain nya telah selesai.
Tibalah dimana hari yang kami tunggu aku bersiap dengan memakai baju adat Jawa berwarna hitam dengan motif ke emasan yang begitu indah, aku melihat diriku didepan cermin ,betapa cantiknya aku saat ini, memakai gaun berwarna kuning ke emasan ditaburi dengan berlian-berlian cantik.
menambah kesan mewah, dan itu semakin membuat Baju ini terlihat semakin cantik.
"Mba, apa penggantinya sudah siap, sebentar lagi mempelai pria nya segera tiba"! ujar Ibu
"Sudah, Bu " kata perias pengantin
dengan perasaan yang begitu berdebar aku melangkahkan kaki menuju pelaminan untuk akad nikah. Setibanya aku disana pandangan ku tertuju dengan seorang wanita, Bahkan aku tak mengenalnya sama sekali? siapa dia? apa dia kerabat dari mas Dimas? namun dia datang sendiri tanpa ditemani seseorang.
" Saya nikahkan engkau ananda Dimas Nugraha bin Wildan Tama dengan Siska Rahmadhan Binti Abdul Aziz dengan mas kawin Seperangkat alat shalat dan mas 2 gram dibayar tunai."
"Saya terima nikah dan kawinnya Siska Rahmadhan Binti Abdul Aziz dengan mas kawin yang telah disebutkan Tunai"
" bagaimana saksi, Sah "
saat itu hening sekali , tiba-tiba saja ada seorang wanita berteriak " Tunngguuu "....
bersambung.
terimakasih yang sudah bersedia membaca. mohon krisan nya.