WFH itu Work From Home
Artinya tetap bekerja walau di rumah
Buat emak-emak kayak aku, WFH itu :
1. Memasak agar serumah tidak kelaparan, makanan yang sehat ya.
2. Bersihin rumah, nggak lucu khan? bisa jaga diri dari covid-19 tapi kena penyakit kulit, karena jorok.
3. Menemani anak belajar (hapalan Al-qur’an, video-in, kirim ke wali kelas)
4. Nyiapin keperluan suami
5. And there’s a lot of thing to do, not only writing or reading through wattpad
Jadi zeyenggg.... jangan ngambek ya kalau belum ada notif ..
Tetap semangat, and jaga kesehatan,
Terakhir....selalu cuci tangan..
Always typo...
Cinta ini membunuhku
Kalau dulu, saat tengah malam, Alaska masih terjaga dengan laptop menyala didepannya. Menyelesaikan pekerjaan yang tertunda siang tadi, walau sebetulnya dia bisa mengerjakan itu esok hari. Dengan beberapa gelas kopi yang menemaninya. Atau sampai matanya mengantuk, baru dia akan menutup laptopnya untuk tidur. Begitu setiap hari. Tapi itu dulu.
Sekarang, setiap pulang ke mess, tidak ada lagi laptop yang masih menyala, apalagi keinginan untuk menyelesaikan pekerjaan. Setelah membersihkan badan, menumpuk bantal dikepala ranjang untuk sandaran. Selanjutnya, yang menjadi kegiatan rutinnya, hanyalah melihat lagi foto-foto koleksinya. Ada banyak foto Biru di ponselnyaMeski hanya sedikit, tapi mampu mengurangi rasa rindu yang memenuhi setiap rongga dalam dadanya. Rasanya sesak, tapi hanya itu yang bisa dilakukannya.
Dan...favoritnya adalah gambar “Mahakarya” yang menampilkan keseluruhan dari gadis itu. Selalu itu yang dipandanginya, lebih lama dari foto yang lain. Kalau yang lain, hanya berhenti beberapa menit lalu tangannya akan menggeser, menampilkan gambar berikutnya. Tapi kalau “Mahakarya” itu dia akan memandang lebih dari 10 menit. Dan otaknya yang sekarang berubah menjadi “m***m” itu, akan kembali memutar ingatannya saat itu. Apalagi kalau sudah terbayang si “berenda” warna coklat dan hitam. Segala otak warasnya, juga bagian tubuhnya yang tersembunyi akan ambyar.
Ketika itu terjadi, dilemparkannya telpon disampingnya. Lalu menutup kepalanya dengan bantal sambil tidur tengkurap. Dengan keyakinan otaknya akan sedikit membeku agar tidak melayang kemana-mana. Juga untuk menahan nyeri dibagian bawah tubuhnya. Dan upaya terakhirnya adalah mencuci mukanya sampai rambutnya basah kuyub, agar otaknya ikut tercuci, hanya sekedar harapan.
Atau...dengan bekerja. Pernah juga dicobanya, saat sampai dirumah, dengan tekad kuat, tidak akan membuka gallery ditelponnya. Dibukanya laptop dan mulai fokus dengan pekerjaannya. Hanya 5 menit, setelah itu matanya terus memandang telpon yang ada digenggamannya.
Apalagi kalau Kilau dan teman-temannya itu kirim foto di w******p nya. Begitu ada bunyi notifikasi pesan singkat diponselnya, dia langsung gelisah. Alaska tidak sabar untuk membuka dan melihatnya. Ya...mereka adalah mata-matanya, untuk mendapatkan info terbaru tentang Biru. Hanya itu satu-satunya cara, mengetahui apa saja yang dilakukan gadis itu. Juga untuk mengawasi, dengan siapa aja dia berteman, terutama yang berjenis laki-laki. Meski Kilau dan temanya memasang harga “ mahal”. He..he.
Hal yang sia-sia, kalau dia memaksakan diri tetap bekerja setiba dirumah, yang ada malah pikirannya melayang-layang. Semakin berusaha untuk fokus, malah semakin membuat konsentrasinya buyar. Karena yang ada dalam pikirannya cuma Biru, Biru dan hanya Biru. Hanya itu yang memenuhi pikirannya, kadangkala dia tidak bisa memejamkan mata sedetikpun. Saat awal-awal kembali bekerja, beberapa kali harus ditegur rekannya karena lalai, untung bukan atasannya, kalau itu terjadi, bisa fatal akibatnya. Karena perusahannya sangat ketat mengenai safety.
Rasanya dia masih mencium aroma gadis itu. Masih merasakan bagaimana manisnya rasa bibir kenyal itu. Kadangkala dia seperti mencium aroma vanilla disekitarnya, batinnya selalu tersentak, karena dia pikir Biru ada disini, didekatnya. Rasanya berat berjauhan seperti ini, mungkin dia bisa gila kalau tidak menyibukkan diri dengan pekerjaan. Ya dia tertolong dengan jadwal yang padat.
Perbedaan usia yang lumayan jauh, itu berimbas pada cara mereka memaknai sebuah hubungan. Alaska berpikir akhir dari sebuah hubungan adalah perkawinan, karena itu keseriusan adalah tawaran terakhir. Sedangan Biru berpikir belum ada akhir dari sebuah hubungan, perkawinan masih dalam bentuk angan. Ah ya... satu lagi, yaitu pihak yang lebih “dewasa” harus mempunyai extra sabar, extra pengertian dan extra-extra yang lain. Itu adalah resiko yang harus ditanggung kalau mempunyai kekasih anak di “bawah umur”.
Saat ini gadis cilik nan pecicilan, kesayangannya itu, memang masih menolak untuk menjalin hubungan dengannya, sebenarnya sih kata yang tepat adalah menolak untuk menikah dengannya. Biru hanya memberinya peluang untuk menjalin hubungan dalam bentuk tunangan lebih dulu. Dan menawarkan pernikahan setelah dia lulus kuliah, sekitar 2 tahun lagi. Itu terlalu lama.. keluhnya. Tapi Alaska mana mau menerima kata penolakan. Dia tidak akan menyerah, karena Semenanjung Laut Biru sudah masuk dalam rencana hidupnya, masa depannya. Jadi dia tidak akan menyerah.
Tiba-tiba, telponnya berbunyi, lewat popup yang tampil, terlihat nama Kilau. Saat dibuka, kemudian terdengar lagu “ cinta ini membunuhku”. Ah....
Kau membuat ku berantakan
Kau membuat ku tak karuan
Kau membuat ku tak berdaya
Cinta ini membunuhku...
Flashback
“Sayang...jangan nangis,” seraya tangannya menggenggam jemari gadis itu. “ Udah ya, jangan nangis lagi. Aku nggak marah, nggak ada niat membentak juga. Tadi itu nggak sengaja, cuma suaraku memang keras. Aku minta maaf, udah, berhenti ya nangisnya ”.
Saat itu mereka ada didepan kedai ice cream. Mereka masih berdiri disamping pintu mobil, beruntung posisi parkir mereka terhalang sebuah pohon dan mobil suv yang terparkir disamping mobil Alaska. Setidaknya mereka tidak akan jadi pusat perhatian.
Biru berusaha melepas tangan Alaska, tapi tidak berhasil. Karena tiap kali Biru berusaha melepaskannya, Alaska akan semakin erat menggenggamnya. Akhirnya tanpa memperdulikan lagi tangan mereka yang masih bertaut. Kenapa genggamannya erat dan hangat gini sih... Dia menunduk, airmatanya sudah tidak bisa dibendung lagi. Alaska menghela nafas, kemudian dipegangnya pundak gadis itu. Merasa tangannya bebas, diangkatnya tangannya untuk menutupi mukanya. Sesenggukan.
“Maaf ya,” ulangnya lagi, setelah itu ditariknya Biru lebih dekat, kearah dadanya, dipeluknya dengan erat gadis itu. Dielusnya kepalanya dengan pelan. Diusapnya punggungnya beberapa kali, untuk menenangkan. Namun sesekali masih terdengar isaknya.
Ya...Biru merasa sedih, merasa kesal, merasa teraniaya. Seumur-umur hidupnya dia tidak pernah dibentak, baik itu oleh orang tuanya ataupun kak Jagad. Biasanya orang rumah kalau dia bandel hanya akan memanggil namanya dengan “Laut Biru”. Hanya dengan itu, dia akan berhenti, dan menyadari kalau dia telah melakukan kesalahan.
Tapi ini, si songong ini, berbicara dengan berteriak bahkan membentaknya. Sebenarnya nggak membentak sih, mungkin ngomong agak sedikit lebih tinggi, nadanya. Memang siapa sih dia ini, hanya makhluk songong yang kebetulan mamanya sangat menyukainya. Entah... pake ilmu apa si songong ini, hingga bisa bikin ibunda ratu takluk.
Biru mendorong tubuh Alaska, tapi yang ada Alaska malah semakin erat mendekapnya. Biru berusaha memberontak, membuka kedua tangan Alaska yang memeluk erat pinggangnya. Menepis kedua tangan Alaska yang seenaknya bertengger dikedua sisi pinggulnya.
Tapi Alaska dengan santai meletakkan kepalanya dipundak Biru dengan nyaman. Tidak terpengaruh oleh gerakan gadis itu. Dihirupnya aroma shampo rambut gadis itu, dan dinikmatinya lekuk lembut didalam dekapannya. Aroma vanilla menguar dari tubuh gadis itu. Diingatnya semua itu, untuk disimpannya dalam memori otaknya, disudut hati yang terdalam.
Setelah puas, dan dirasa Biru sudah tenang, Alaska melepaskan pelukannya. Dipegangnya pundak Biru, kepala menunduk untuk menyamakan dengan tinggi gadis itu. Dirapikannya rambutnya, dielusnya kepalanya dengan pelan. Diusapnya sisa-sisa airmata yang menempel dipipinya. Dipegangnya wajah gadis itu dengan kedua tangannya, mereka bertatapan selama beberapa saat. Cantik... Setelah yakin kalau Biru tidak akan kaget, ditariknya kepalanya mendekat, diciumnya kening, kedua pipi dan terakhirnya pucuk hidungnya. Selesai.
Biru melotot kaget, matanya membelalak lebar. Mulutnya membuka menutup, tidak bisa mengeluarkan satu katapun. Saking kagetnya. Dia hanya berdiri kaku, tidak bisa bergerak sama sekali. Tubuhnya membeku.
setelah melakukan aksi berani mati tadi. Ini sudah yang ke-2 kali ya... Matanya memperhatikan Biru, wajahnya terlihat tersenyum walau samar. Menikmati ekspresi wajah gadis itu, mulai mukanya yang merah padam menahan amarah, keningnya berkerut, dan mulutnya yang melongo, sukses membuat Alaska gemas sendiri. Kepingin mencicipi rasa bibir merah basah itu. Melumatnya agar tidak cemberut terus.
“Aku mau pulang!”, ujar Biru dengan ketus. Setelah kesadarannya pulih, hanya itu yang melintas di pikirannya. Matanya berkaca-kaca lagi.
“Katanya mau ke toko buku. Beli buku apa sih? Ayo ..berangkat sekarang aja”.
Biru diam aja, kakinya melangkah kearah pintu mobil disebelah Alaska, didorongnya tubuh Alaska yang menutupi pintu. Setelah duduk, tangannya hendak meraih seatbelt, tapi keduluan Alaska. Matanya mendelik, lalu melengos, menatap kearah depan. Dibiarkannya Alaska memasang seatbelt lalu menutup pintu.
Cup...
Ahhh.... Biru memekik, tangannya memegang pipinya dengan muka merah padam. “ Kak Alaska!!!!! teriaknya. Alaska hanya membalas dengan tertawa kecil. Didalam mobil, dia hanya duduk menghadap kearah Biru.
“ Makanya jaga sikap, jangan bikin gemes gitu.” Biru mendelik, nafasnya naik turun. Dia berusaha menahan amarah. Alaska sudah menunggu, apa kira-kira tindakan gadis itu. Tapi gadis itu hanya melengos, lalu melihat keluar jendela.
Setelah mobil berjalan, beberapa kali Alaska mengajak ngobrol. Tapi Biru hanya diam saja, matanya tetap menatap keluar sisi kiri mobil. Pemandangan diluar lebih menarik perhatiannya. Karena kalau dia menjawab pertanyaan si songong ini, yang ada dia malah menjadi sedih dan akhirnya menangis lagi. Biru tidak suka memberi peluang kepada Alaska untuk mengambil kesempatan dari situasi yang ada. Kalau dia menangis, Alaska pasti berusaha membujuknya, lalu memegang tangan atau memeluknya. Terus menciumnya. Heh...dasar jomblo tua!.
Tapi kok..rasanya hatinya masih terasa sakit ya, teringat terus saat Alaska membentaknya. Terngiang-ngiang dibenaknya. Belum lagi, baru saja si songong ini, sudah membuat dirinya tidak suci lagi, membuat dirinya ternoda, entah untuk yang ke berapa kalinya. Perasaannya tiba-tiba saja menjadi melow. Matanya mulai buram, berkaca-kaca. Tanpa sadar airmatanya sudah mengalir turun, membasahi pipinya yang halus itu. Biru berusaha menahan isaknya, agar Alaska tidak mendengarnya.
Hanya saja, Biru salah perhitungan. Lewat kaca spion, Alaska melihatnya semuanya. Dicarinya tempat yang agak sepi, dipinggirkannya mobil, mematikan mesin. Membuka seatbelt lalu turun, dan berjalan mengitari mobil, kearah biru. Setelah pintu terbuka, dilihatnya Biru menunduk, dengan bahu naik turun menahan isakan. Diputarnya tubuh gadis itu, sampai menghadap kearahnya, kakinya menjuntai keluar.
“ Sayang.. hei, kenapa menangis lagi? aku minta maaf.... sudah ya, aku minta maaf,” diusapnya kepala Biru dengan pelan. Diangkatnya dagunya, sampai mukanya terlihat. Air matanya masih meleleh, diusapnya dengan punggung tangannya. Tiba-tiba saja ada perasaan asing yang melintas dalam hatinya, melihat airmata gadis itu meleleh. Aku kenapa sih...
Posisi Alaska saat ini, bersandar dipinggir pintu yang terbuka. Ditariknya lembut gadis itu, lalu didekapnya dengan erat. Biru menepis tangan Alaska dan langsung keluar dari mobil lalu bersandar di sebelah pintu. Alaska berdiri didepannya, masih berusaha membujuknya.
“Kenapa Kak Alaska kejam sekali?,” ucap Biru sambil menangis.
“Kejam? maksudnya?” Alaska belum paham.
“Iya, kenapa kakak tadi memeluk, te-terus cium pipi, hidung? Barusan cium pipi lagi, nanti apalagi?’ tangannya menunjuk sesuai dengan apa yang diucapkannya. “Aku jadi nggak suci lagi, aku terus-terusan ternoda, tau nggak?,“ pekiknya tertahan.
Ah... Alaska menahan tawanya mendengar ucapan gadis itu,” siapa yang bilang sih? siapa yang bikin kamu punya pikiran kayak gitu?
“ Kenapa masih bertanya? Kenapa terulang terus? sengaja khan? terus gimana kalau nggak ada yang mau nikah sama aku? Karena mereka tau aku sudah nggak suci lagi! sudah ternoda berkali-kali ,” serunya sambil menangis, mukanya merah padam, antara marah dan sedih.
Alaska sudah tidak bisa menahan gelak tawanya. Setelah mereda, tangannya mengusap airmata disudut matanya. Ditariknya lembut tangan gadis itu, tubuhnya sekarang bersandar dipinggir pintu mobil yang masih terbuka. Ditatapnya Biru yang sekarang berdiri didepannya, tangannya sibuk mengusap airmata. Bahunya naik turun menahan isak. Lucu sekali...bikin tambah gemes aja. Dihelanya tubuh gadis itu agar lebih mendekat, tangannya memegang pinggang Biru. Kedua kakinya mengapit dikanan kiri tubuhnya.
“ Aku mau, aku yang akan menikah sama kamu. Bahkan tidak boleh ada yang mempunyai keinginan menikah sama kamu, itu tidak akan pernah terjadi. Karena hanya aku, ALASKA, yang boleh menikah sama LAUT BIRU,” tegasnya, dengan penekanan pada nama mereka.
Mendengar ucapan Alaska, Biru malah ternganga. Matanya mengerjap, gerakan tangannya menjadi terhenti. Dibiarkannya airmatanya mengalir turun. Alaska mengusap airmatanya dengan perlahan, sangat lembut. Kalau tadi kaget dengan ucapan Alaska, sekarang tubuhnya yang dibuat bergerak gelisah. Setelah itu dirapikannya beberapa helai rambut yang menempel dipipinya.
Tidak. Si songong ini pasti sedang membual, cuma membujuknya supaya berhenti menangis.
“ Aku nggak mau menikah! Sekarang ataupun 3 bulan lagi! Jangan pernah memaksa, aku akan menikah setelah lulus kuliah!,” jawabnya, wajahnya memberengut kesal.
Alaska memejamkan matanya, berusaha tidak terpancing dengan ucapan gadis itu. Lebih baik diam daripada mereka nanti akan berdebat. Karena mereka selalu berputar dimasalah yang sama. Alaska lebih memilih sebagai pihak yang menahan diri. Akan tiba saatnya...
“ Ah ya...satu lagi, jangan panggil SAYANG lagi! aku nggak suka! serunya tertahan. “ Sayang-sayang, udah kayak via vallen aja,”dumelnya dalam hati.
“ Emang benaran, sayang banget, gimana dong? Jawab Alaska dengan menahan senyum. Matanya berbinar.
Kenapa wajahnya segar penuh gairah. maksudnya bersemangat....
Menawan.
Laut Biru! Jaga mata!! jaga hati!!!
“ Bukan urusanku! Jawab Biru ketus.
Aduh...jangan senyum, Jangan nularin diabetes lewat senyuman dong. Menggoda kok terus.. Duhh... daya tahanku sudah menipis nih.”
Mendengar jawaban Biru itu, Alaska tidak bisa menahan diri lagi, ditariknya gadis itu, didekapnya dengan erat. Diciumnya puncak kepalanya. Diresapinya sepenuh hati, lekuk lembut tubuh gadis itu. Ah... tekanan dua gundukan kenyal didadanya membuatnya membayangkan lagi ketika gadis itu terbaring pingsan. Ah...
Flashback off
Setelah pramusaji meletakkan pesenan mereka, Rayyan langsung mengambil gelas minuman, dan meneguknya separuh. Begitupun dengan Biru, sampai tangan mereka saling bertabrakan diatas meja. Sedang Kilau dan Dinosaurus memandang mereka dengan heran, Kilau memegang ponselnya, keningnya berkerut. Dinosauruspun begitu, ponselnya mengarah kearah Biru, tapi mulutnya melongo.
“ Lapar apa rakus? Berapa tahun nggak ketemu nasi? tanya Kilau kepada Rayyan.
“ Ratusan,” sahut Dinosaurus.
“ Hari ini puasa? Biru menggeleng. “ Lagi doyan? Ngidam?’ Biru menggeleng lagi. “ ehhh... bunga kecubung! menggeleng aja, berarti memang lagi syantik apa lagi rakus!?
Serentak mereka semua tertawa cekikikan. Rayyan bahkan terbatuk-batuk, nasinya tersembur keluar. Kilau sendiri hanya bisa cemberut, jengkel karena dicuekin sama Biru. Dinosaurus sampai memukul-mukul kursi, tertawanya paling kencang. Tangannya menunjuk Kilau, tapi tidak ada satu katapun yang terucap. Setiap kali akan mengucapkan sesuatu, tidak jadi karena tertawa lagi. Begitu terus sampai beberapa kali.
“Minyak Zaitun!! jorok!! teriak Biru, karena semburan nasinya berceceran dekat piringnya.
Dinosaurus menghela nafas panjang, lagi...sekali lagi, berusaha agar syaraf tertawanya berhenti. “ Kil, tolong rekam kita ,” ujar Dinosaurus, tangannya menunjuk berputar. Kilau tidak menjawab, hanya kamera ponselnya langsung mengarah kepada mereka semua. Dinosaurus menunjuk Ke arah Biru, kamera Kilau langsung berpindah. Lalu Dinosaurus menunjuk dirinya sendiri. Kamerapun berpindah obyek lagi.
“ Hallo kak Alaska, apa kabar? Sehat? Tidak ada hal penting yang akan kita sampaikan. Cuma himbauan saja, bahwa kakak perlu untuk berpikir ulang. Dan ini harus secepatnya, maksudnya dalam mengambil keputusan, memang mendesak sekali. Agar ke depannya tidak ada penyesalan”. Dinosaurus mengucapkan itu dengan muka serius. Semua teman-temannya mendengarkan tanpa ada yang memotong ucapannya. Mereka semua diam, tapi saling berpandangan dengan mata bertanya “ ada apa?.’
“ Kil... kamera arahkan ke Yang Mulia, sang calon pengantin.” Kilau mengarahkan ponsel kearah Biru, yang sedang mengaduk sop iga, sepiring mie goreng, segelas tinggi es teh, ditambah chessecake matcha dipiring kecil.
Beberapa saat kemudian, Dinosaurus minta Kilau kembali merekam dirinya. “ Nah..kak Alaska sudah mengerti maksudku khan? Kenapa harus berpikir ulang. Jadi pesenku cuma satu, kedepannya kakak harus bekerja lebih keras lagi, demi kemaslahatan isteri.”
“ Memang kenapa? tanya Kilau penasaran. Semua juga punya pertanyaan yang sama.
“ Karena calon isteri kakak, makannya banyak.. se-ka-li.
Hah... ucapan Dinosaurus sukses membuat ketiga temannya mengerutkan kening dan juga alis sekaligus. Beberapa saat kemudian, baru terdengar tawa cekikikan, untuk yang kedua kalinya. Membuat meja mereka kembali riuh oleh tawa dan menjadi pusat perhatian pengunjung lain.
Bughh...
Auww... terdengat teriakan kesakitan. Kilau sampai memegang perutnya yang kram terasa sakit sampai kaku, karena kebanyakan tertawa. Apalagi melihat Biru berdiri disebelah kursi memegang lembaran menu. Dan Dinosaurus yang berusaha melindungi kepala dan anggota tubuhnya yang lain, dari pukulan dan cubitan.
“ Tetap semangat dan jaga kesehatan ya kak!! teriak Rayyan.
“ Kami selalu mendukung apapun keputusan kakak,” sambung Kilau.
Setelah tawa mereka mereka, Rayyan nyeletuk “ kenapa marah sih La? Makanmu memang banyak kok, kita berbicara tentang kenyataan. Kita bukan organisasi abal-abal. Kita nggak mau terjadi pembohongan publik. Klien harus mendapat informasi yang sebenernya. Jujur apa adanya,” kata-katanya serius, raut wajahnya tegas, matanya menyorot tajam.
“ Ya ..setuju! kata Kilau, kamera ponselnya tetap merekam.
“ Nah..itu kalian tau semua, itu yang aku maksudkan tadi,” sahut Dinosaurus.
Sudah cukup... ehhh....buaya darat! Itu mie goreng punya siapa? tangannya menunjuk Rayyan, yang duduk disebelahnya, tepat dihidungnya. “Kenapa diam? Jawab! Tau nggak tadi itu namanya apa? Pem-bu-nu-han ka-rak ter,” dengan mengeja setiap katanya.
“ Aduh... iya..iya. Ini sakit! Laut Biru! Iya mie goreng itu punyaku,” Rayyan meringis, tangannya mengusap-usap telinga yang panas. Matanya mendelik, mulutnya bergumam “ sadisss!!.’
Biru mengalihkan pandangannya, sekarang tatapannya mengarah pada Dinosaurus dan Kilau. Merasa jadi sasaran target selanjutnya, mereka langsung menarik kursi saling mendekat. Meski begitu Kilau tetap merekam, sedang Dinosaurus menatap ngeri ke arah Biru yang berkacak pinggang.
“ Dan kalian... jangan bermuka dua ya? siapa bos kalian? Semenanjung Laut Biru! sudah ingat?” tangannya menunjuk dadanya.
“ Ingat Yang Mulia,” jawab mereka bertiga serempak, posisi kepala menunduk, tangan didada. Seperti orang korea.
“ Good...,” ujar Biru, wajahnya tersenyum, puas.