3 bulan lagi
Alohaaa...
Apa khabar semua...
Maaf...baru bisa update, terima kasih yang sudah sabar menunggu
Oh ya.. jangan kaget ya,kalau setiap update selalu ada perubahan-perubahan..
Baik itu pada penulisan, tanda baca ataupun bahasa...
Karena itu berarti menuju kearah yang lebih baik,
walaupun sekarang masih banyak typo juga sih... hehehe
Terima kasih buat supportnya,
Selamat membaca
=============================
“ Huaahhh....
“ Huaaahh....
Kilau mengerutkan alisnya, tangannya menutup hidungnya. Matanya menatap tajam makhluk didepannya yang membuka mulut sampai hampir membelah wajahnya. Merasa diperhatikan, Rayyan menoleh, alisnya terangkat , matanya bertanya. Belum sempat mendapat jawaban, tiba-tiba..
Plakk...
“uhuk..uhuk..” tangannya menggapai-nggapai mencari minuman. Tiba-tiba ada yang mengulurkan dari samping kanannya. Cepat-cepat diraihnya, sekali teguk gelas itu langsung kosong. Tangannya mengusap-ngusap mulutnya, kepalanya menoleh kekanan dan kekiri, mencari siapa yang barusan melakukan kekerasan. Sebelah Kiri Kilau nampak tenang menghabiskan bakso, di depannya Laut Biru hanya mengaduk-aduk nasi sotonya. Tersangka terakhir! menoleh cepat ke samping kanan kursinya, kosong! . Kepalanya berputar mencari, kemana si Dinosaurus itu? kampret!”, batinnya.
“ Itu mulut punya sendiri apa minjam kuda nil? udah panjang kali lebar aja, semalam abis nungguin tetangga lahiran? hehh.. ngapain sih, dari tadi mata sama kepala muter terus? Udah kayak gasing aja?”.
“ Kil.. kira-kira kursi kosong disebelah ini, siapa penghuninya?” kepalanya mengedik ke sebelah kanannya. “ Bisa liat nggak? si makhluk astral ini mirip siapa?” lanjutnya.
“ A.K.U”, terdengar jawaban mendesah, serak-serak basah.
“waaaa....
“Uhuk..uhuk...
“Auuwwww...sakit!...ampun!, ya Allah, sakil La..” teriak Dinosaurus, tangannya menutupi muka dan kepala. Berusaha melindungi aset paling berharga dari seluruh anggota tubuhnya, menurutnya. Menangkis banyaknya serangan mematikan dari kanan, kiri dan depannya.
“Kalian kenapa sih? kok pada lesu? Kuis tadi? udah nggak usah dipikiran, udah lewat juga. Tetap Semangat! salam satu Nyali, Wani!! teriaknya, tangannya mengepal keatas.
“ Ini gara-gara kepalanya diganti gasing, jadi isinya juga ikut ambyar. Untung aja penampakannya masih sama“, sahut Kilau, tanganya terlipat diatas meja. Mangkok baksonya telah kosong dan sudah didorong ke tengah. Sekarang dia masih menikmati es campur.
“ Berarti udah ganti dong, bukan pamer bojo lagi, tapi pamer isi kepala yang ambyar”, tambah Biru. Serentak semua tertawa sampai cekikikan.
“ Atau ganti sama kincir air, pas muter kebawah khan terendam, terus naik, terendam lagi. Gitu terus, akhirnya isinya malah jadi bubur ”, lanjut Kilau. Suara tawa semakin keras. Korbannya hanya bisa mendengus.
“Berarti harus overhaul, Apa perlu diinstall lagi?” tambah Rayyan
“ Sadisss!! teriak Biru. eh ..Jalan yuk, kemana gitu”, lanjutnya.
“Emang tugas perpajakan sudah beres?” tanya Aldino. Biru mengangguk.
“ Berangkat!” dengan gerakan ala-ala master kungfu, tangannya memasukkan semua barang yang ada diatas meja ke dalam tas, masing-masing pemiliknya. Tiba-tiba gerakan tangannya berhenti...
“Eee..buset, mohon maaf, kalau boleh tau kisanak ini mahasiswa atau tukang bubur ayam? ini tas kok nggak ada isinya? Kosong...kosong..kosong”, ucapnya menirukan sulap, tangannya memegang tas sambil dibolak-balik. “ Umumnya ya, mahasiswa itu isi tasnya buku, terus bolpoin. Tapi ini kok aneh ya. Anda alih profesi? Apa karena ada penggantian onderdil?”, lanjutnya tanpa henti.
Sementara itu Kilau dan Biru sudah tertawa berderai sambil memegang perut. Sedang si Minyak Zaitun hanya bisa bertopang dagu, mendengarkan curhatan Dinosaurus dengan muka kepingin mencacah tubuh, khususnya orang yang sedang mengoceh disampingnya itu.
“ Maaf, apa kisanak sudah mengerjakan perpajakan?” tanyanya penuh aura membunuh, saatnya balas dendam.
“ Laut Biru sudah”.
“ Maaf, saya bertanya pada anda, ananconda!”, telunjuknya menunjuk pada Dinosaurus.
“ Ya sama saja, moto kami adalah sharing is caring, berbagi adalah salah satu bentuk perhatian, kebiasaan yang baik. Jadi karena kita adalah keluarga, maka tugas perpajakan bukan menjadi masalah lagi”, jelasnya panjang kali lebar dan sangat menyakinkan.
“ Aha... kalau itu saya setuju sekali, kisanak”, teriak Rayyan.
“Dasar cacing pita!”, gerutu Biru, mulutnya mencebik.
“ Ayo! Jadi nggak?”, kata Kilau menghentikan obrolan tak berujung itu.
*************
“ Yang mulia, kenapa murung? Apa ada yang menganggu pikiran? Katakan saja, mungkin kami bisa membantu”, tanya Rayyan.
“Iya..dari tadi itu muka udah kusut aja,” tambah Kilau
Semua mata memusatkan perhatian ke arah Biru, menunggu jawaban. Sedang yang ditanya hanya bertopang dagu, tangannya menusuk-nusuk cheesecake dipiring. Matanya melirik sebentar ke arah orang yang bertanya. Pikirannya melayang kembali pada pembicaraannya dengan si songong.
Flashback
Saat itu mereka mampir di kedai ice cream. Setelah memesan makanan dan ice cream, mereka mencari tempat duduk. Karena dibawah penuh, Alaska mengajak naik ke lantai dua. Mereka memilih duduk didekat jendela, sehingga bisa melihat pemandangan dilantai bawah. Sambil menunggu, Biru membuka-buka i********:. Mencari seseorang, karena dia ingat pernah membaca quotesnya, dan itu sangat bagus. Tentang hubungan 2 orang.
Jika dua orang saling menyayangi, bukan berarti mereka harus bersama saat itu juga. Tunggulah diwaktu yang tepat, saat semua sudah siap. Waktu dan jarak akan membuktikan apakah rasa itu akan bertahan, apakah semakin besar atau semakin memudar.
Tapi, sampai pesanan mereka datang, Biru masih belum menemukan. Akhirnya diletakannya Hp dimeja, dan mulai menikmati ice ceam matcha dan cheesecake kesukaannya. Dia hanya diam, tidak dihiraukannya Alaska yang ada didepannya, dia merasa kalau dari tadi Alaska menatapnya. Tapi dia cuek saja, rencananya dia akan mogok bicara.
“ Sayang, nggak capek marah terus? Masih lama marahnya?”, ujar Alaska. Biru hanya melirik dengan sudut matanya, mukanya menekuk, bibirnya cemberut.
“ Kok diam aja sih? nanti malam aku udah berangkat lho, waktu kita ketemu cuma sampai sore aja. Harusnya kita isi sama momen yang menyenangkan, bukan malah marah-marah. Kita mungkin baru bisa ketemu lagi tiga atau bahkan enam bulan lagi. Saat acara kita itu”.
“ Hemm...lebih lama malah lebih bagus”, sahut Biru, kalem tapi bikin Alaska melotot tajam.
Setelah menghela nafas, meredam otaknya yang tiba-tiba mulai memanas, rasanya sudah mengeluarkan asap. Diambilnya Hp Biru yang tergeletak dimeja. Mengetik sesuatu, lalu diletakkan lagi. Diambilnya matcha latte, diteguknya pelan-pelan. Matanya mengawasi gadis didepannya. Rambut hitam, kulit kuning, cenderung putih sih. Bibirnya yang mungil, pink basah, rasanya kenyal. Dia sudah tau rasanya, senyumnya dalam hati. Tubuhnya beraroma vanilla....
Tiba-tiba Hpnya berbunyi, tangannya dengan cepat meraih. Bersamaan dengan tangan lain juga terulur. Tapi dia lebih cepat, matanya menatap tajam, alisnya mengkerut bertemu di tengah. Setelah melihat siapa yang menghubunginya. Ditekannya tombol hijau.
“ Hallo...iya kak, ini masih diluar, kenapa?”.
.....................
“ Iya... libur kok, oh ..Diana? mana?”.
....................
“ Diiaanaaaa....i miss you, kamu kemana aja?”.
...................
“Iya..kapan ke rumah, nanti sore?di rumah kok”.
.................
“ Kilau ada, masih bareng terus, kita khan kembar tak identik, he ..he..he
..................
“ Ok, di tunggu, iya! bawel ihh....”.
Setelah mengakhiri panggilan, belum sempat meletakkan kembali. Tiba-tiba saja Hp itu sudah berpindah tangan. Biru sampai berjengit, terperanjat kaget. Matanya mendelik.
“ ehh...ehh, pelan dikit nggak bisa ya?!”, pekiknya terkejut dan marah. “ Dasar songong!”, gerutunya dalam hati. “Kembalikan,” tangannya berusaha mengambil telponnya. Matanya menatap penuh kemarahan.
“ Siapa?”.
“Siapa?” Biru balik bertanya, tidak mengerti.
“Siapa yang mau ke rumah? Diana itu adiknya si Marshal bukan?” matanya menyorot tajam, tatapannya terlihat gusar. Setelahmengetik sesuatu di Hp milik Biru.
“ Iya, nanti sore ke rumah”, Biru menjawab dengan kalem, kembali menikmati cheesecakenya dengan santai. Tidak peduli makhluk songong didepannya itu mulai terlihat mode tegangan tinggi. Dadanya serasa membara, seperti api didalam sekam.
“ Kemarin aku sudah bilang khan, jangan balas kalau anak itu kirim pesan, jangan terima kalau telpon. Apalagi sekarang mau main, jangan pernah ijinkan!” tegas Alaska.
“ Apaan sih!...itu yang mau main si Diana, kak Marshal cuma ngantar. Masa nggak boleh sih? Semua dilarang, terus kalau nggak ada yang mau main sama aku, gimana? mau tanggungjawab?!” seru Biru tertahan, matanya sudah berkaca-kaca.
Sekali lagi, Alaska menarik nafas panjang, dihembuskannya dengan pelan. Kemudian berdiri, berjalan kearah depan, mengambil minuman dingin didekat kasir. Mencoba mendinginkan isi kepalanya. Sambil berjalan kembali, diteguknya minuman itu sampai hampir habis.
Dipandangnya lekat-lekat gadis didepannya yang sedang menikmati ice cream itu. Mukanya ditekuk cemberut, wajahnya menunduk, menahan tangis. Sambil menghabiskan sisa minuman dibotol, pikirannya mencari cara agar Si Marshal tidak terus mengganggu teritorinya. Ya gadis dengan bibir mungil basah itu adalah hak miliknya. Tidak ada seorangpun yang boleh mengusiknya.
“Sayang, aku nggak marah, tapi nggak suka kalau ada laki-laki lain yang mendekati kamu. Aku nggak tenang, kamu pasti ngerti khan? kalau kakak Diana, si Marshal itu... mencoba dekat sama kamu. Terus kondisi kita berjauhan, bukan hanya beda kota, tapi beda negara, kita dipisahkan dengan jarak ribuan mil. Walaupun aku tau, kamu bisa jaga diri, tapi tetap aja aku khawatir. Aku nggak bisa mengawasi kamu secara langsung. Jadi, ngerti khan, kalau aku bersikap kayak gini?” terang Alaska.
Biru hanya melirik dari sudut matanya, bahkan tidak mau repot-repot mengangkat kepala, meski hanya sedikit.Walau hanya lewat sudut mata, tapi lirikan itu sanggup menurunkan kemarahan Alaska. Melihat Biru yang hanya diam saja, tentu saja kepalanya menjadi semakin berat, karena drama ini pasti bakal berlanjut lebih lama.
Dan, karena tidak pernah memiliki saudara apalagi saudara perempuan, membuatnya kebingungan. Bagaimana cara membujuk, khususnya seorang perempuan yang sedang marah. Hal itu sukses membuat Alaska menggaruk rambut meski tidak gatal juga. Pusing!
“Sayang .... jangan marah terus dong. Semua ini karena aku sayang kamu. Aku takut kamu nanti pindah ke lain hati, terus saat aku pulang, kamu sudah diambil orang lain. Aku takut kehilangan kamu, jangan marah lagi ya?”, rayuan yang gagal.
“ Kak Marshal itu cuma ngantar Diana! udah lama nggak ketemu dan pingin ngobrol juga. Nggak lebih dari itu. Kalau dikemudian hari ada hubungan yang lain, yaa.. anggap aja kita nggak berjodoh”, jawabnya.
Alaska memejamkan matanya, kemudian membukanya. Berusaha mengendalikan emosi yang mulai membara lagi. Dia tidak menyukai apa yang dikatakan gadis itu. Seperti sengaja memancing kemarahannya. Saatnya ubah strategi, jadi dia memilih hanya diam, tidak akan menanggapi ucapan Biru. Kalau dia memilih meladeni ucapan gadis itu, yang ada mereka akan terus beradu argumentasi. Dan tidak akan ada titik akhirnya.
“ Jadi jangan merasa berhak, sampai harus melarangku untuk berhubungan dengan mereka. Karena kita belum ada ikatan, A.P.A.P.U.N!”, ucapnya lagi penuh tekanan, matanya berkilat-kilat. Wajahnya masih memerah, terlihat jelas sisa-sisa kemarahan.
Mendengar kata-kata itu hati Alaska bergolak lagi, api dalam dadanya berkobar lebih besar. Dipejamkannya mata beberapa saat, menenangkan diri, karena kalau dia mengikuti emosinya, yang ada malah mereka akan saling menyakiti. Kesabarannya sudah diambang batas.
“ Ah..jadi begitu, karena kita belum ada hubungan, kamu bisa bebas sama siapa aja?! karena kita belum ada ikatan, kamu bebas berteman sama siapa aja?! itu yang kamu mau? begitu? Ok.. 3 bulan dari sekarang kamu akan jadi milikku, kita akan menikah. Jadi mulai saat itu, jangan pernah berpikir untuk bisa main-main lagi! Siapkan dirimu!,” Alaska terlihat kesal dan sedikit kecewa dengan Biru. Dipandangnya gadis itu dengan tajam.
Biru tersentak mendengar ucapan Alaska, dia melongo, matanya membelalak. Tidak ada kata-kata yang terucap, dia syok. Menikah! Menikah! Dia tidak salah dengar khan? Si songong ini pasti cuma menakut-nakuti saja. Iya..si songong ini pasti cuma gertal sambal. Tapi tak urung Biru sedikit takut juga. Ngeri juga kalau itu semua benar. Berusaha terlihat tidak terpengaruh kata-kata Alaska, didorongnya piring cheesecake yang sudah kosong. Setelah itu membersihkan tangan dan bibirnya dengan tissue, semua dilakukannya dengan muka datar. Ok..lets do it! Ganbatte! Jia you!.
“ Ah...jadi begitu”, menirukan ucapan Alaska tadi, tangannya terlipat diatas meja. Dipandangnya Alaska, matanya menyipit, kepalanya mengangguk-angguk. “ Yakin? 3 bulan lagi kita menikah? Itu tidak akan pernah terjadi! Karena aku tidak mau!”, pekiknya tertahan, dengan penekanan pada setiap katanya. Biru sudah tidak bisa menahan emosinya, mukanya yang putih nampak memerah.
“Laut Biru.”
Yang dipanggil hanya bisa mengkerut di kursi. Alaska memanggil dengan nada biasa tapi kenapa rasanya menakutkan. Panggilan itu mengandung peringatan yang berbahaya. Keinginan untuk melawan terasa sangat kuat, tapi nyalinya tidak mendukung. Jadi yang bisa dilakukannya hanya menunduk, kepalanya terkulai lemah. Tidak ada sisa-sisa keberanian melawan seperti tadi. Kemana larinya gelora semangat seperti saat tadi dia berbicara dengan berapi-api. Otaknya terus berpikir cara paling mudah, cepat, dan efektif untuk menghentikan kegilaan manusia didepannya ini. Nanti dia akan tanya para dayang, apa sudah ada legalitas tentang pembunuhan,biar dia segera melampiaskan keinginannya kepada si makhluk songong ini.
Alaska menahan dorongan nafsunya untuk membungkam bibir mungil basah itu, yang baru saja berani mengeluarkan kata-kata penuh tantangan. Tunggu saja ...dia akan mengubah segala kemarahan itu menjadi erangan pasrah...segera.
“Sayang...,” panggilan penuh kelembutan yang menakutkan.
Biru mengangkat kepalanya sedikit, berpikir untuk melawan sampai titik darah terakhir. Tapi keinginan itu berubah menciut saat menatap mata Alaska yang penuh peringatan.
Flashback Off
“Biru....
“ Yang Mulia...
“Laut Biru....
Yang dipanggil mengerjap-ngerjapkan matanya. Merasa teman-temanya sedang menatap dirinya. Juga menunggu penjelasannya. Biru cepat-cepat menusuk cheesecake dan langsung memakannya. Tapi tampaknya usaha untuk mengalihkan perhatian para dayang itu tidak berhasil.
“ Kamu kenapa?” tanya Kilau.
“Iya...kalau Yang Mulia punya masalah atau ganjalan apa aja, cerita saja. Kami selalu siap membantu,” lanjut Rayyan.
“ Ini tentang si Datuk Maringgih?” kata Dinosaurus.
Biru hanya menatap teman-temannya dengan pandangan kosong, mulutnya menggigiti garpu. Setelah berdehem dan membetulkan duduknya. Garpu diletakkan, tangannya terletak diatas meja dengan jemari saling menggenggam.
“ Menurut kalian, si Songong itu kayak gimana?
“ Siapa si songong itu?” tanya Dinosaurus bingung.
“ Kak Alaska? Menurutku dia baik kok. Orangnya sabar, dewasa, bijaksana, nggak pernah tebar pesona. Dan yang paling penting dia sayang sama kamu”, ujar Kilau.
“ Ya iyalah dewasa, secara umurnya jauh diatas kita”, ujar Rayyan.
“ Kalau menurutku, Kak Alaska itu orang tersabar didunia. Dia bisa menghadapi segala tingkah cengeng, manja, belum lagi pecicilannya yang sudah melekat sejak bayi. Auww...kenapa mukul kepala sih? belum lagi sifat bar-bar mode preman itu. Ah..satu lagi, dia juga baik hati dan suka menabung ”, terang Dinosaurus sambil mengusap kepalanya yang baru saja kena serangan fajar.
“Begitu ya,” kata Biru yang hanya mendengarkan dan menonton teman-temannya memuji Alaska. Kenapa semua menilai baik ya? apa si songong itu pake guna-guna? Pikirnya sambil meringis.
“Emang kenapa sih? kapan rencananya? Tanya Kilau lagi.
“Rencana apa? Tanya Rayyan.
“ Kapan nikahnya,” terang Kilau.
“ Haaa...
“Uhuk..uhuk...
Rayyan dan Dinosaurus sama-sama ternganga, matanya mendelik. Rayyan yang sedang minum es cendol pelangi sampai muncrat membasahi meja, sedangkan Dinosaurus yang sedang makan sampai sendoknya berhenti didepan mulut.
“ Halah...kalian ini lebay banget sih, khan sudah jelas kalau mereka akan menikah. Walaupun desakan terbesar itu datang dari pihak laki-laki. Jadiii...kesimpulan saat ini sih, yang ngebet itu kak Alaska,” jelasnya, tawanya berderai disusul para dayang lainnya.
Biru hanya mendengus, melihat kelakuan mereka. Pikirannya melayang lagi, teringat percakapannya dengan orang tuanya.
Flashback
“ Tante Amelia ingin kalian menikah secepatnya,” kata mama sore itu. Tentu saja Biru yang menonton televisi kaget bukan kepalang. Apa barusan si pembawa berita menyebutkan kata seperti mendengar petir di siang bolong. Kenapa sekarang kejadian ya? gumamnya.
“Maa...nunggu aku lulus kuliah khan bisa? Nggak lama kok, cuma 2 tahun lagi. kenapa harus cepat-cepat sih? mama khan bisa bilang tante Amelia gitu?”, rengeknya mencoba jurus rayuan yang selama ini ampuh membuat mamanya takluk.
“Mama setuju sih..kalau pernikahan kalian dipercepat. Ehh...dia tidak melarang kamu kuliah kok, jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Lagian setelah menikah kalian khan tidak langsung tinggal serumah. Alaska harus kembali bekerja, kontraknya habis 3 tahun lagi. Dan kamu bisa melanjutkan kuliahmu dengan tenang disini. Itu khan maumu?”.
“Tapi maa...”, Biru masih berusaha mengeluarkan jurus lain, untuk menggagalkan pernikahan itu.
“ Katanya karena masih kepingin kuliah, itu Alaska sudah mengijinkan. Sekarang apalagi masalahnya? Jangan cari-cari alasan ya Laut Biru!”.
“ Emang.. harus ya menikah sama si songong itu? kalau sama orang lain bisa nggak?” ujarnya menawar tapi sejurus kemudian meringis sambil memegang telinganya yang panas, belum lagi pelototan mata mamanya. Seperti bisa membuat baju bolong.
“Kalau tunangan dulu, terus menikahnya setelah lulus kuliah, bisa khan ya?” masih mencoba peruntungannya, kali aja berhasil. Tapi sepertinya itu hanya keinginan dari pihaknya. Anda belum beruntung!coba lagi!.
Flashback Off
“Serius? Yang Mulia akan menikah sama kak Alaska? Berarti kita akan punya hajatan besar nih? makan gratis!” teriaknya kegirangan, tangannya menepuk-nepuk perutnya.
“ Heh...cuma makan gratis aja yang dipikirin, mana simpati dan empatinya?!”, kata Biru dengan bibir mencebik.
“ Itu yang terpenting, kami menutup rasa simpati dan empati khusus untuk kasus ini aja,” kata Rayyan.
“ Horeee...hip..hip horee...teriak mereka berbarengan.
***************************
Dibelahan bumi lain, Alaska sedang makan siang bersama dengan beberapa rekan kerjanya. Tiba-tiba ada pesan masuk ke Hpnya. Diliriknya jam yang melingkar ditangan kanannya, masih ada waktu 30 menit lagi. Cepat-cepat diambilnya Hp disaku, seketika senyum tercetak diwajahnya. Berarti sekarang disana masih jam 3 sore. Karena perbedaan waktu, China lebih lambat satu jam daripada Indonesia.
Diamatinya gambar yang ada di Hpnya, seorang gadis dengan bibir mungil tengah menunduk memegang HP, didepannya ada mangkok yang sudah kosong. Rupanya sedang makan siang. Ya sudah hampir 2 bulan mereka berjauhan, dan ini sangat menyiksa Alaska. Hanya menyibukkan diri dengan pekerjaan saja, dia bisa sejenak meredam rasa kangen kepada gadis itu. Walaupun itu tidak akan pernah bisa mengatasi rasa didalam hatinya, seperti menggerogoti setiap sendi dalam tubuhnya. Karena setiap detik, setiap waktu hanya gadis itu yang melintas dalam angannya. Hanya gadis itu yang memenuhi isi kepalanya, yang sanggup melemahkan hatinya.
Dipandangnya beberapa foto yang baru saja diterimanya. Senyumnya tambah lebar, tangannya menggeser-geser layar Hp nya. Alaska sangat berterima kasih pada Kilau, Aldino dan Rayyan karena mereka mau membantunya untuk selalu memberi info apapun mengenai Biru. Seperti saat sekarang ini, foto-foto yang dikirim oleh Kilau seperti oase ditengah himpitan rasa rindu,hingga rasanya seperti sulit bernafas.
Karena itu sebelum dia berangkat, dia minta tolong sama Kilau agar selalu memberi informasi apapun kegiatan Biru. Begitu juga dengan 2 orang temen mereka.