Chapter 3 - I'm not kidding.

1480 Kata
Astri, gadis cantik dengan tinggi badan seperti model ini, sungguh menawan dan sedap dipandang mata. Mata. Astri sendiri menyadari apa yang dia punya ini bisa meresahkan mata laki-laki yang memandangnya. Padahal dalam kesehariannya dia selalu menggunakan jilbab dan baju yang longgar dan panjang. Dan ketika bekerja, tak pernah sekalipun ia melepaskan hijabnya itu, kecuali di kamarnya sendiri. Jadi Mereka diluar sana hanya melihat wajahnya. Wajahnya saja sudah membuat kaum Adam menoleh kepadanya dua kali. Teman-teman kuliahnya dulu bilang wajahnya itu sexy. Dengan hidung yang sebenarnya tidak semancung kaum perempuan arab, tapi bentuknya sangat proporsional dengan bibirnya yang juga bervolume tapi tidak tebal. Sedangkan matanya yang bulat lonjong seperti buah almond dengan lipat mata yang kecil tapi tidak sipit. Ditambah dengan alisnya yang seperti sayap burung elang. Sedari tadi Astri sadar betul bahwa mata kakak majikannya itu sering kali terlihat mencuri pandang ke arah nya. Bahkan ketika Ameera meninggalkan pria itu sendirian di tepi kolam, Mata Zayn seakan-akan melahap dirinya. Astri terus membenamkan badannya hingga sebatas bahu, ia tak berani naik hingga batas pinggang, karena pasti bentuk tubuhnya akan langsung tercetak oleh bajunya yang basah. Sungguh Astri merasa jengah, ia berharap sesi di kolam ini cepat selesai.  Ketika Ameera kembali ke kolam, barulah Zayn beralih pandangan matanya ke Ameera. Mereka kemudian berbincang-bincang kembali.  “Zayn, tidakkah kau mencari pengganti istrimu? Paling tidak Thariq punya ibu yang akan merawatnya sejak bayi.”  Zayn termangu.. “Apalagi kalau Maha menikah, tak mungkin ia mengasuh Thariq, apalagi di saat mereka berbulan madu.” “Aku belum menemukannya dik. Terasa susah mencari pengganti Latifah. Selain cantik, aku menginginkan perempuan yang benar-benar baik, berakhlak mulia dan mau dan sanggup mendidik putraku.” Ameera menarik napas panjang dan menghembuskannya kembali dengan panjang juga. “Aku tidak buta dik, dari tadi aku melihat kau menatapi pelayanku itu. Masa kau tertarik padanya ?” Zayn tidak menjawab. Ia tak mau isi hatinya diketahui lebih dalam oleh adiknya. Ia memilih diam.  Setelah sekitar satu jam lebih mereka berada di kolam, akhirnya Putri Ameera berkata, “Sudah Maryam, ayo naik, sudah cukup berenang nya.” Ooohhh akhirnya selesai juga penderitaan ini. Dengan sigap Astri mengajak Maryam ke tepi dan menaikkan gadis kecil itu ke pinggir kolam renang meskipun dengan protes keras darinya dalam bahasa arab yang cadel. Mata Zayn kembali menatapi Astri ketika gadis itu keluar dari kolam dengan bajunya yang basah menempel di tubuhnya. Dan Ameera melihat itu.   --   Setelah Astri dan Maryam berlalu masuk kembali ke bangunan utama rumah, tinggallah Zayn berdua adiknya duduk di pinggir kolam renang. Mereka duduk di atas bangku. “Dik, bagaimana kau bisa mendapatkannya ?” “Siapa kak ?” “Pelayanmu itu.” “Amar yang membawa nya dari seorang agen pekerja.” “ Dia cantik, masyaAllah, dari negara mana dia ?” “Indonesia!” “Really ? Indonesia ? begitu cantik ?” kupikir mereka hanya pantas jadi pembantu rumah tangga.” “Iya aku tahu., agak mengherankan juga sebenarnya buatku, kenapa gadis secantik dia, mau pergi ke sini sebagai pembantu rumah tangga. Sedikit aneh saja. Dia bisa kok mencari pekerjaan lain. Dia bisa kok jadi model, tapi kenapa tak dilakukannya?” “Ya cantik, cantik yang tidak biasa untuk seorang gadis Indonesia, dan sebagai pelayan.” tambah Zayn lagi. “Aku sering melihat wanita-wanita indonesia, tampang mereka yang ada di sini memang pas menjadi pelayan. Dan rata-rata mereka memang pembantu rumah tangga.” “Ada apa ini kak?, adiknya itu menatap mata Zayn dengan selidik heran, “Jangan katakan kau tertarik padanya.” “Hmmm.. tapi itulah yang hendak kukatakan. Ia beda dari gadis Indonesia pada umumnya” Mata Ameera langsung melotot seakan-akan hendak melompat dari tempatnya. “…hhh hendak kau apakan dia? Jangan katakan kau akan menjadikannya….” “Aku tak serendah itu Ameera !, aku hanya ingin dia bekerja di rumah ku. Aku akan memperlakukannya dengan baik.” “Tapi, tapi dia akan menjadi pelayanmu yang cantik, dan kau tertarik padanya.” Ameera menarik napas panjang. Wajahnya murung membayangkan kakaknya menyukai pelayannya. “Kau pilih saja, aku yang tergoda atau suamimu yang tergoda. Aku menyelamatkanmu Ameera, tak mengertikah ?” “Pembicaraan macam apa ini, Zayn.? Tentu saja aku tak ingin suamiku tergoda padanya, dan aku pikir suamiku juga tak serendah itu.!” “Ya sudah, kalau gitu serahkan dia padaku.” “tapi.. tapi..aku pun tak ingin kau tergoda padanya…, Zayn, dia hanya pelayan.” “Dan pelayan juga seorang manusia Ameera, dia pantas di rumah ku, menjadi pelayan ku..” “Apa ?” “Ayolah Ameera, seperti katamu, dia hanya seorang pelayan. Toh pelayan mu juga masih banyak. Kau tak akan kerepotan karena kehilangan dia. Dan mungkin Thariq bisa kupercayakan padanya.” “Siapa bilang ?, Maryam sangat menyukainya. Ia  pasti akan merasa sangat kehilangan.” “Ingat Ameera, aku atau suami mu.. ! kutunggu jawaban mu besok.” “Tidak dua-dua nya Zayn!” “Baik, biar ini menjadi urusanku dan Amar.” Ameera bergidik mendengar pernyataan kakaknya itu. Tampaknya kakaknya benar-benar serius ingin memiliki pelayannya itu.  “Jam berapa suami kembali ?” “Nanti malam kak.” “Baik aku akan kembali nanti malam.” Hubungan kakak beradik ini sesungguhnya sangat dekat. Tapi kakaknya tadi hanya mengatakan bahwa ia menginginkan Astri untuk membantunya di rumahnya. Ia tak ingin berpikiran buruk, tapi tetap saja pikiran itu terbersit di pikirannya, mengingat wajah Astri nan cantik dan sexy. Sebenarnya ia pun was-was jika suaminya pun tertarik pada gadis itu. Sebenarnya Zayn datang, karena akhir-akhir ini ia mendengar kelakuan iparnya itu dengan harem-harem di mansion nya. Dia tak ingin ikut campur, dia hanya ingin memastikan kalau adiknya, Ameera tidak menderita. Dan tampaknya Ameera belum tahu tentang berita-berita itu. Tapi kini di pikirannya terbersit rencana lain.  --   Amar, suami Ameera adalah seorang pengusaha muda di bidang suply minyak. Ibunya berdarah inggris, Orang tuanya bertemu di Inggris ketika mereka kuliah. Tapi ibunya Amar tidak pernah sekalipun menginjakkan kakinya di tanah arab ini, Amar pun lahir di Inggris. Beberapa minggu setelah bayi itu lahir, ia dibawa kembali oleh ayahnya ke tanak arab, tanpa sepengetahuan ibunya. Ia di bawah pengasuhan neneknya. Tapi pengasuhnya sendiri selalu berganti-ganti.   Malam itu Zayn kembali ke rumah Ameera, dan hari telah cukup larut. Ameera sudah tidur. Sebelumnya Zayn telah menghubungi Amar, dan mengatakan ia ingin membicarakan sesuatu. Mereka berdua duduk di ruang kerja Amar.  “Nah, Zayn, apa yang membuatmu gusar.? Tadi pagi aku melihatmu mendelik pada ku, ada apa ini?” Zayn diam sebentar. Menarik napas panjang. “Aku menginginkan pelayan mu.” “Yang mana Zayn ? Yang Filipina itu? Atau yang India ?” “I am not Kidding Amar.” “I know you are not. But why? Apa kau kesusahan mencari pembantu di luar sana? Kenapa juga harus pelayanku.? “Aku ingin gadis pengasuh itu.” “Wow wow, nanti dulu… gadis itu kutebus dengan harga yang mahal. Apalagi untuk harga seorang pembantu rumah tangga.” “Sudahlah Amar, katakan berapa harga yang kau minta.? Tak usah bertele-tele. Atau perlukah aku menjelaskan pada Ameera tentang kelakuanmu beserta harem-harem sial mu itu?” Mata Amar melotot.  “Hahaha.. pasti sebenarnya kau menginginkannya di mansion harem mu bukan?, tapi karena Ameera membutuhkan seseorang untuk membantunya maka kau terpaksa menaruhnya di rumah mu ini.” Amar kembali melotot tapi tak bisa berkata apa-apa. “Ingat Amar, jangan sekali-kali kau sakiti hati adikku, apa lagi kau melakukannya di rumah ini. Habis kau! Ayo sebutkan berapa harganya. Aku tak mau adikku sengsara karena kau tak sanggup menahan nafsumu pada pelayan itu.” Dengan berat hati Amar berkata “Baik, baik. Aku menebusnya dengan harga 25.000 $” “Baik, aku akan ambilnya dengan harga  dua kali lipat. Tapi dengan syarat, jangan sekali-kali kau mencoba mencarinya, dan jangan sekali-kali kau sakiti hati adikku. “ Zayn menuliskan cek, dan memberikannya pada Amar. “Aku akan membawanya malam ini juga. Mana dokumennya, kemarikan, sekalian aku bawa, supaya kau tidak ada urusan lagi dengan perempuan ini.”  Amar segera mengeluarkan semua dokumen Astri dan memberikannya pada Zayn. Hari telah malam, semua pelayan sudah tidur, mereka berdua menuju section bagian pelayan di rumah itu, pelan-pelan mereka berjalan agar tidak membangunkan para pelayan. Sampai di kamar Astri mereka mencoba membukanya. Terkunci. Amar mencoba mencari akal bagaimana supaya pintu kamar ini bisa terbuka.  “Sebentar, aku siapkan dulu sesuatu.” Kata Amar. Ia pergi, dan kemudian kembali membawa saputangan yang sedikit berbau menyengat. Seperti bau eter. “Astri, Astri..” kata Amar sambil mengetuk pelan pintu kamar Astri. Beberapa kali Akhirnya Astri menyahut, “Ada apa? Siapa?” “Astri, Maryam membutuhkanmu.” Astri berpikir, ini suara majikannya yang laki-laki, aneh,, tidak biasanya..  “Cepat Astri. Dia mengigau memanggilmu.” Bual Amar lagi. Rasa penasaran Astri membawanya untuk membuka pintu. Begitu pintu dibuka, mulutnya langsung dibekap oleh sapu tangan itu dan ia tak sadarkan diri. Dengan sigap Zayn kemudian mengangkatnya dan membawa perempuan itu pergi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN