bc

MY Enemy Neighbor

book_age12+
60
IKUTI
1K
BACA
possessive
HE
mate
playboy
badboy
drama
comedy
no-couple
betrayal
like
intro-logo
Uraian

Bagaimana rasanya memiliki tetangga yang begitu menyebalkan? Sangat membosankan bukan, tapi bagaimana jika anda juga sama sepertinya?

Inilah yang dirasakan keenam remaja yang saling bertetangga,yang setiap hari bertengkar tanpa henti.

Agasya Zea Quensera, gadis yang dicap sebagai playgirl dan bad girl disekolahnya, Zea bertetangga dengan seorang anak laki-laki yang seumuran dengannya.

Enanda Zaidan Dirgantara seorang tetangga Zea yang memiliki sifat 11 12 dengan Zea. Zaidan dicap sebagai bad boy dan playboy di sekolahnya. Namun, jangan lupa Zaidan orangnya tidak mudah terbuka terhadap orang terkecuali itu temannya sendiri.

dan 5 saudara Zaidan membuat Zea jengah setiap hari, Zaidan dan saudaranya memiliki sikap yang sama.

"IHHHH! Kenapa Malang banget nasib gw punya tetangga kayak mereka,"

"Berarti lo jodoh sama gw

chap-preview
Pratinjau gratis
MEN-ONE
Seorang gadis cantik tengah duduk di halaman rumahnya yang luas, dengan laptop didepannya. Ia sangat serius menatap layar laptonya. Dia adalah Zea, Agasya Zea Quensera. Dia sedang menonton film favoritnya, minggu membuat dirinya bermalas-malasan di depan laptop. “Ihhh si cowoknya asal putusin aja, gak tau apa gimana sakitnya di putusin?” ucap Zea ketika melihat adegan di film yang membuat dirinya mengomel sendiri. Zea menutup laptopnya dengan malas, ia pun membawa laptopnya ke dalam rumah, namun belum ada 2 langkah seseorang melemparkan botol plastik ke kepala Zea. Zea menaruh laptopnya di meja, ia segera menuju ke pembatas rumahnya dan terdapat laki-laki dengan santainya duduk di atas tembok sambil memakan kuaci. Zea berkacak pinggang sambil menatap tajam laki tersebut. “Eh cebong beranak, ngapain lo lempar-lempar botol ke rumah gw ha? Emang rumah gw tempat sampah lo?” ucap Zea dengan nada ketus dan sedikit berteriak. Laki itu diam tak mengumbris ucapan Zea, ia tetap memakan kuaci hingga kulit kuacinya pun ia lemparkan ke arah Zea. Zea semakin kesal, ia melepaskan sendalnya dan melemparkannya ke Laki itu. Plak! Sendal Zea meluncur mulus ke kepala Laki itu. Laki itu menghentikan makannya dan menatap Zea. “Eh bocah kerdil, lo ngapain lempar sendal murahan lo ke gw ha?” tanya laki itu. “Apa? Sendal murahan? Helow! Sendal gw tu setara bisa beli 1 boba!” Laki itu melemparkan sendal Zea ke arah Zea, namun untung tak mengenai Zea.“Sendal adidas aja bangga” “Emang sendal lo apa?” tanya Zea kesal. “Swallow” Zea tertawa terbahak-bahak. “Lebih buyik!” ucap Zea dengan nada yang dibuat lebay. Laki itu membuang kulit kuaci yang tersisa tepat ke muka Zea. “Makan tu b***k!” ucap Laki itu kemudian ia terjun ke halaman rumahnya. Zea menghentakkan kakinya keras.“CEBONG AWAS LO YA!” Laki itu adalah Ananda Zaidan Dirgantara. Tetangga menyebalkan Zea, namun bagi Zaidan, Zea lah tetangga menyebalkan. *** Zaidan memasuki rumahnya dengan raut wajah gembiranya, membuat kelima saudara yang melihatnya keheranan. "Lo kenapa senam-senyum gitu?" tanya Saudaranya yang di cap sebagai anak pertama— Ananda Gibran Dirgantara. "Biasalah palingan habis ngerjain tetangga sebelah" jawab laki yang duduk dengan santainya sambil memainkan ponselnya, yang di cap sebagai anak terakhir—Ananda Devandra Dirgantara. Zaidan duduk di sebelah laki yang di cap sebagai anak kedua—Ananda Rehan Dirgantara. "Ya lah Van, gw ngerjain dia udah makanan gw setiap hari" ucap Zaidan dengan angkuhnya. Kenapa dia tidak memanggil dengan sebutan bang? Mereka hanya berselisih 5 menit dan dianggap kembar. Mustahil bukan jika memiliki kembaran sebanyak 5? Tapi inilah fakta. "Lo gak bosen apa ngerjain dia mulu?" tanya Rehan sambil menutup buku yang ia baca. Zaidan menggeleng. "Bukannya lo juga ikut-ikutan ngerjain cewek kerdil itu" "Ya gw suka ikut, tapi rada kasihan sih" jawab Rehan sambil menggaruk tengkuknya tak gatal. Zaidan memutar bola matanya malas, ia menatap mereka satu persatu. " Dafa mana?" tanya Zaidan. "Lagi main biasa" jawab Devan. "Yahh kalah deh!" teriak Devan sambil mengacak rambutnya. Zaidan yang melihatnya pun mengambil ponsel milik Devan, dan melemparnya ke sofa yang agak jauh. "Main game aja, gak bosen lo?" tanya Zaidan. "Trus lo gak bosen jailin Zea?" Devan Balik bertanya sambil berdiri untuk mengambil ponsel yang di lemparkan Zaidan. "Enggak lah buat apa bosen" "Nah sama, gw juga gak bosen main game" jawab Devan dan kembali duduk ke posisi semula. "Dah ya, gw mau jemput doi dulu" ucap Gibran sambil pergi meninggalkan mereka. "Pacaran terusss!" "Kebablasan mampus!" Gibran menatap Zaidan dan Rehan bergantian. "Iri, bilang bawahan" ucap Gibran dan kembali melanjutkan langkahnya keluar rumah. "Gw gak iri, gw punya Lela" ucap Rehan sambil sedikit melirik ke arah Zaidan. Zaidan menatap Rehan tajam. "Gw gak jomblo, lo lupa kalau gw fakboy berkelas" ucap Zaidan sambil menarikturunkan alisnya. Huekkk! Rehan memeragakan seseorang muntah sambil menarik tangan Devan agar pergi dari hadapan Zaidan. "WEE REHAN GW LAGI MAIN TAIK!" bentak Devan ketika ia diseret oleh Rehan. "Enek gw liat sok kegantengan Kakak lo!" *** Malam harinya, Zea tidak bisa tidur akibat suara musik yang keras di samping rumahnya. Ia mencoba menutup matanya sambil telinga yang udah ia sumpal menggunakan kertas. Zea mengeram kesal, ia beranjak bangun dari kasur dan berjalan menuju halaman rumahnya. Zea mengambil tangga dan menyenderkannya di tembok, ia langsung menaiki tangga dan sudah berada di rumah tetangganya. Zea berjalan dengan kesalnya, ia menggedor pintu dengan kasar ya. Dor! Dor! Dor! "WOY 5 CEBONG BERANAK KELUAR LO!" Teriak Zea sambil berkacak pinggang. Tak ada sahutan, suara musik malah semakin keras. Zea semakin keras menggedor pintu. "WOY KELU—" "Wes! Neng kerdil ngapain neng malem-malem?" tanya Zaidan sambil membuka pintu rumahnya lebar-lebar dan terlihatlah keenam saudaranya yang sedang memainkan alat musik. "Heh, lo ya ganggu orang tidur, lo gak tau udah malem? Dan lo main musik kegedean! Musiklo gak enak!" bentak Zea namun yang di bentak hanya menatap Zea Santai. "Trus? Gw harus gimana dong?" tanya Zaidan membuat Zea kesal. "IHHHH! Ya lo berhenti lah! Musik lo itu ganggu gw mau bobo cantik tau gak!" "Heh, Zea gak ada tuh tetangga yang ngomel karena kita main musik, lo nya aja sensian mulu!" bukan Zaidan yang menjawab melainkan Saudara yang di cap sebagai anak ke 4—Ananda Dafa Dirgantara. Zaidan bersedekap d**a. "Betul tuh, apa yang dibilang kembaran gw" Ucapnya. Zea menghentakkan kakinya, ia membalikkan badan dan segera pergi dari pekarangan Zaidan sementara Zaidan dan kelima saudaranya tertawa bisa mengerjain Zea. "Heh, lo mau pulang lewat mana Kerdil?" tanya Zaidan ketika Zea hendak berjalan menuju gerbang utamanya. Zea berbalik. "Ngapain nanya? Mau gw lewat genteng, lewat tembok, lewat pohon hubungannya sama lo apa?" tanya Zea dengan nada sinisnya. "Hubungannya, lo kesini naik tembok pake tangga, trus lo pulang pake apa? Serius mau lewat jalan? Ntar ada preman yang suka grepe-grepe iii" ucap Zaidan sambil memeragakan sikap yang seolah-olah ketakutan. Zea berjalan mendekati Zaidan. "L-lo jangan nakut-nakutin dong!" ucap Zea dengan nada sedikit tersentak. "Mending nginep aja disini Ze" ajak Gibran membuat Zea menatapnya tajam-tajam. "Ogah! Gak minat gw nginep disini, yang ada gw jadi emak berudu lagi" jawab Zea sambil mengalihkan pandangannya. "Weh, parah lo ngatain kita anak berudu, udah di bikin malah bikin naik tengsi" ucap Dafa sambil menunjuk Zea dengan stik drum nya. Zea mengangkat dagunya sambil menatap Dafa tajam-tajam. "Bodo, Wlee"

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.6K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.7K
bc

TERNODA

read
198.5K
bc

DIHAMILI PAKSA Duda Mafia Anak 1

read
40.7K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.3K
bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
30.0K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
51.8K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook